Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengajak umat Hindu untuk memaknai "Hari Tumpek Landep" yang dirayakan setiap 210 hari sekali sebagai momentum untuk mempertajam pikiran.
"Landep itu artinya tajam atau runcing, kita maknai hari raya ini dengan menajamkan hati dan pikiran kita, kembangkan pengetahuan yang kita miliki, jangan biarkan otak kita berhenti untuk bekerja. Teruslah belajar dan berpikir kritis," katanya dalam dharma wacana (ceramah keagamaan) di Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, Tumpek Landep yang jatuh tepatnya pada penanggalan Sabtu Kliwon Wuku Landep itu hendaknya dimaknai sebagai momentum untuk mempertajam pikiran sehingga dapat berpikir lebih kritis, lebih jernih, proaktif, selalu ingin belajar dan terus menambah pengetahuan yang akan meningkatkan bakti dalam melaksanakan swadharma (kewajiban) masing-masing.
"Tumpek Landep merupakan sebuah tonggak penajaman terhadap citta, budhi dan manah (pikiran) dan dengan demikian kita akan selalu berperilaku berdasarkan kejernihan pikiran dengan berlandaskan nilai-nilai agama. Dengan pikiran yang jernih itu pula kita akan dapat memilah mana hal yang baik dan mana yang buruk," ucapnya.
Orang nomor satu di Bali ini menambahkan upacara Tumpek Landep semula diupacarai dengan beberapa pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris dan tombak, namun selaras dengan perkembangan yang ada, dewasa ini senjata lancip sudah meluas pengertiannya.
Tidak hanya sebatas keris dan tombak, namun termasuk didalamnya benda-benda hasil cipta karsa manusia yang dapat mempermudah hidup seperti sepeda motor, mobil, mesin, komputer dan sebagainya turut diupacarai pula dalam perayaan Tumpek Landep.
"Sekali lagi saya ingatkan jangan sampai ada salah mengartikan, bahwasannya ketika kita mengupacarai mobil, motor, komputer dan sebagainya bukan berarti kita menyembah benda benda tersebut," ujar Pastika pada rangkaian piodalan (persembahyangan) di Pura Penataran Agung Kerta Sabha di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jayasabha itu.
Namun, lanjut Pastika, umat Hindu memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) melalui manifestasi sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati untuk memberikan kekuatan pada benda tersebut sehingga betul-betul dapat mempermudah manusia dalam melaksanakan kewajiban masing-masing.
Rangkaian upacara piodalan tersebut diawali dengan prosesi "nedunang" atau menurunkan keris pusaka dari tempat suci di Merajan Jayasabha untuk diupacarai.
Prosesi yang "dipuput" atau dipimpin oleh Ida Pedanda Putra Lor Singarsa dari Griya Simpangan Bernasi Buduk , Mengwi, Kabupaten Badung ini berlangsung dengan khidmat dan diikuti oleh Wagub Bali Ketut Sudikerta, Sekda Provinsi Bali Cokorda Pemayun, serta Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemprov Bali.
Rangkaian ritual piodalan juga diisi dengan Tari Rejang Renteng yang dipimpin langsung oleh Ayu Pastika serta Tari Topeng Tua dan Topeng Sidakarya. Prosesi diakhiri dengan persembahyangan bersama dan "nunas" atau meminta nasi yasa. (WDY)