Jakarta (Antara Bali) - Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP PDI Perjuangan) menggelar pertunjukan wayang kulit dengan lakon "Semar Mbangun Candi Saptaharga" di halaman parkir kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta, Sabtu malam.
Pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Seno Nugroho ini dihadiri antara lain, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, sejumlah anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, serta sejumlah kepala daerah dari PDI Perjuangan.
Hadir juga Ketua DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, yang menjadi calon wakil gubernur DKI Jakarta pada pilkada serentak, 15 Februari mendatang.
Menjelang pagelaran wayang kulit, Hasto Kristiyanto mengatakan, pagelaran wayang kulit ini dilaksanakan pada rangkaian peringatan ulang tahun ke-44 PDI Perjuangan serta ulang tahun ke-70 Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
"Sekaligus mohon doa restu agar pilkada DKI dan pilkada di daerah lainnya dalam rangkaian pilkada rerentak tahun 2017 dapat berjalan lancar," kata Hasto.
Hasto menjelaskan, pagelaran wayang dengan lakon "Semar Mbangun Candi Saptaharga ini akan mengingatkan seluruh kader PDI Perjuangan bahwa dalam memimpin harus selalu memperhatikan para punokawan atau wong cilik.
Ratusan warga sekitar menyaksikan pertunjukan pertunjukan wayang kulit tersebut, bersama dengan sejumlah kepala daerah dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, yang diusung PDI Perjuangan.
"Para kepala daerah dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, hadir di sini untuk memberikan semagat kepada pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, yang maju sebagai calon kepala daerah DKI Jakarta," katanya.
Menurut Hasto, semangat para kepala daerah yang hadir ini, seperti semangat Semar dalam lakon "Semar Mbangun Candi Saptaharga" yakni semangat rakyat untuk mendukung masyarakat bersatu dalam ikatan yang kokoh serta menjunjung tinggi kebhinnekaan.
Sementara itu, calon wakil gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, yang hadir pada pagelaran wayang kulit tersebut mengatakan, dirinya adalah seseorang yang belajar banyak dari gaya kepemimpinan Jawa.
Saat bertemu dengan Presiden RI ketiga, BJ Habibie, beberapa waktu lalu, Djarot dan Ahok juga dinasehati untuk menanamkan nilai kepemimpinan Jawa, seperti menggunakan tutur kata yang lebih halus.
Djarot mengaku tidak sulit untuk menjalankannya, karena dirinya berasal dari Jawa, dan pernah menjadi wali kota Blitar selama 10 tahun.
"Gaya kepemimpinan Jawa memang penting, apalagi banyak warga Jakarta yang juga berasal dari Jawa," katanya. (WDY)