Bali sebagai daerah tujuan wisata setiap tahunnya menerima kunjungan jutaan turis sehingga menjadi potensi besar dalam mengembangkan industri kreatif termasuk memproduksi film.
Karya-karya lukis seniman andal selama ini mencuat ke permukaan, bahkan hasil kreativitas di atas kanvas itu sejajar dengan karya-karya seniman dari berbagai negara.
Demikian pula karya seni patung dan cenderamata dari bahan baku kayu berhasil menembus pasaran luar negeri.
Semua karya-karya seni itu telah mendunia, dengan harapan mampu memberikan imbas terhadap upaya pengembangan produksi film, tutur Ketua Program Studi (Prodi) Film dan televisi ISI Denpasar, Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn.,M.Si.
Alumnus pascasarjana Universtas Udayana itu telah memulai rintisan dengan merancang produksi film mengangkat kearifan lokal Bali dan Indonesia yang memiliki nilai moral tinggi.
Hal itu didasari atas pertimbangan Bali yang mewarisi keunikan seni dan budaya menjadi daya tarik tersendiri sehingga dapat dikemas sedemikian rupa dalam memproduksi film.
Dengan demikian, Bali memiliki peluang besar dalam pengembangan dunia film, tidak kalah dengan kota-kota besar lainnya di dalam dan luar negeri.
Pria kelahiran Banjar Munduk, Desa Tista, Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng, 31 Desember 1970 atau 47 tahun yang silam selama ini melihat belum ada pihak yang secara serius menekuni usaha memproduksi film tersebut.
Oleh sebab itu, mahasiswa jurusan film dan televisi menggarap produksi film mengusung tema horor. Pengembangan dunia film menjadi program strategis nasional dalam menciptakan industri kreatif dalam memasuki era digital.
Upaya yang mendapat dukungan Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar sekaligus diharapkan mampu melestarikan seni budaya melalui dunia perfilman.
Selain itu, juga dapat menarik perhatian anak-anak muda agar mencintai keragaman budaya yang diwariskan leluhurnya.
Kegiatan ritual, alunan musik, dan gerak tari menjadi denyut nadi, serta ritme kehidupan yang kaya nuansa ritual dan cita rasa keindahan Pulau Dewata.
Kegiatan rutinitas kehidupan orang Bali itu secara tidak langsung mampu memberikan vibrasi dan sinar kedamaian, sekaligus kesejukan kepada setiap masyarakat, termasuk wisatawan mancanegara dan nusantara yang sedang menikmati liburan di Pulau Dewata.
Potensi keunggulan itu dapat dikemas sedemikian rupa ke dalam produksi film dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Teknologi terkini
Arba Wirawan, ayah dari dua putra-putri sedang bekerja keras menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dibekali dengan pengetahuan dan teknologi terkini.
Dengan demikian lulusan Program Studi (Prodi) Film dan televisi ISI Denpasar mampu memproduksi film-film yang berkualitas, diserap dalam dunia industri maupun mampu menciptakan usaha mandiri dan membuka lapangan kerja baru.
Suami dari Dr. Luh Gede Sri Artini (dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana) itu mengaku bangga kepada mahasiswanya karena belum lulus saja sudah mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada sambil menekuni perkuliahannya.
Sejumlah perusahaan mulai melakukan kontrak dengan beberapa mahasiswa setelah mengikuti kerja parktek di tempat perusahaan tersebut.
Pendidikan yang diterapkan berorientasi pada kualitas produksi, sekaligus dapat digunakan untuk mengikuti ajang-ajang kompetisi di dalam maupun luar negeri.
Untuk itu pihaknya pernah mengikuti sejumlah kompetisi antara Festival Yogakarta, Festival Kesenian Indonesia Pandang Panjang yang melombakan bidang film fikisi, animasi maupun iklan.
Selain itu melakukan promosi untuk menampilkan karya cipta mahasiswa dengan Taman Budaya Denpasar maupun Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar
Untuk itu perlu dukungan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana proses belajar mengajar di jurusan produksi film dan televisi.
Perlu adanya perangkat yang memadai maupun studio pembuatan film sesuai dengan perkembangan teknologi.
Upaya tersebut bagi Bali diharapkan mampu menciptakan brand baru bidang film yakni "Baliwood" seperti Amerika Serikat mempunyai "Hollywood" dan India memiliki "Bollywood"
Sejak Prodi Film dan televisi ISI Denpasar terbentuk 22 April 2013 dengan 90 mahasiswa telah memproduksi sejumlah karya film.
Karya-karya tersebut antara lain "Art cafe" untuk pertemuan tokoh-tokoh seniman yang diproduksi oleh Jaya.
Lalu, Sinemania mengangkat kearifan lokal yang diproduksi Peggy
Ramdani dan film potret tokoh mengenai tokoh inspiratif yang diproduksi Hanif Syahrul, semuanya masih mahasiswa.
Upaya dan terobosan tersebut sebagai upaya pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2025, diharapkan menjadi wujud optimisme baru dalam menyongsong masa nusantara dapat meningkatkan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Sebagai gelombang yang telah mengalami pergeseran dari era pertanian, era industrialisasi, era informasi yang ditandai dengan penemuan baru dibidang teknologi serta globalisasi ekonomi yang telah menggiring peradaban manusia ke dalam suatu arena interaksi sosial baru yang belum pernah dibayangkan sebelumnya.
Industri kreatif adalah bagian yang tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. "Kami menyadari bahwa ekonomi kreatif yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual," ujar Komang Arba Wirawan. (WDY)
Bali Kembangkan Industri Kreatif Film
Rabu, 18 Januari 2017 16:13 WIB