Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali pada 2017 merancang kegiatan bertajuk "Bakti Saraswati", satu wujud mengkonservasi lontar milik masyarakat di daerah itu.
"Lewat kegiatan ini, kami ikut langsung membersihkan dan merawat lontar-lontar di masyarakat menjelang Hari Suci Saraswati pada 21 Januari mendatang," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha, di Denpasar, Minggu.
Dipilihnya momentum Hari Saraswati, ujar dia sebagai wujud penghormatan terhadap Dewi Saraswati sebagai Dewinya Ilmu Pengetahuan dan sekaligus lontar merupakan sumber ilmu pengetahuan.
"Selain itu, para pemilik lontar umumnya juga mengupacarai lontarnya pada Hari Saraswati. Lontar yang diupacarai harus sudah dalam keadaan bersih," ucapnya.
Untuk kegiatan tersebut, pihaknya tidak saja menerjunkan para staf pada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, tetapi juga turut menggandeng tenaga kontrak penyuluh bahasa Bali yang bertugas di masing-masing desa.
Masih terkait dengan kegiatan konservasi lontar, tambah Dewa Beratha tahun ini sebanyak 40 pemilik lontar akan dilatih melakukan pemeliharaan dan perawatan lontar, termasuk diberikan pengetahuan bahan-bahan yang harus dibubuhkan agar lontar awet.
"Di samping itu, kami juga akan melatih sekitar 300 penyuluh bahasa Bali agar bisa mengkonservasi lontar," katanya.
Dengan demikian, diharapkan para penyuluh yang direkrut Pemprov Bali itu tidak saja bisa menemukan dan memetakan lontar, namun dapat membantu masyarakat mengkonservasi lontar.
"Harapan kami, mereka (penyuluh-red) bisa menularkan ilmu itu ke masyarakat, sehingga lontar yang disasar akan lebih banyak. Bagaimanapun lontar itu sangat penting sebagai sumber-sumber kebudayaan agar jangan sampai hilang," ujar Dewa Beratha.
Di sisi lain, lanjut dia selama ini lontar-lontar yang tersimpan di Dinas Kebudayaan juga telah menjadi laboratorium pelatihan bagi mahasiswa Jurusan Bahasa Bali, Fakultas Sastra Universitas Udayana.
"Unud rutin mengirimkan mahasiswanya untuk melakukan praktik perawatan lontar," katanya.
Sebelumnya, para penyuluh bahasa Bali menemukan 8.366 "cakep" atau bundel lontar milik masyarakat dalam kondisi rusak atau kurang terawat.
Dari 8.366 "cakep" lontar tersebut, sebanyak 5.804 lontar masih bisa dibaca namun memerlukan konservasi lanjutan, sedangkan 2.562 lontar dalam kondisi sudah tidak utuh dari sisi bentuk atau fisiknya dan dari isinya. (WDY)
Bali Rancang "Bakti Saraswati" Untuk Konservasi Lontar
Minggu, 15 Januari 2017 13:42 WIB