Jakarta (Antara Bali) - Pelaku industri mebel nasional yang tergabung
dalam Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI)
menggandeng Asosiasi Woodworking Machinery, China, untuk tingkatkan
produktivitas dan efisiensi industri.
"Kita ingin belajar, bagaimana China bisa menguasai market furniture di
dunia dan belajar bagaimana serta upaya apa yang dilakukan oleh
pengusaha mebel di China," kata Wakil Ketua Umum Bidang Produksi dan SDM
HIMKI Yanti Rukmana lewat keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Kerja sama ini diawali dengan penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama
atau MoU pada 28 September 2016 di JIExpo Kemayoran Jakarta.
Yanti Menyampaikan, salah satu isi kesepakatan tersebut adalah bahwa
Asosiasi Woodworking Machinery, Lunjiao, China, akan membantu dan
mendukung para pelaku industri mebel dan kerajinan nasional dalam alih
tehnologi.
Selain itu, dukungan dalam hal penelitian dan pengembangan (R&D),
dengan menyediakan mesin-mesin terkini dan harga yang terjangkau, serta
adanya jaminan purna jual.
“Lebih dekat kita melihat bahwa technologi memang sangat kita perlukan dalam rangka menaikkan target ekspor," ungkap Yanti.
Untuk itu, 19 orang pengurus dan anggota HIMKI berkunjungan kerja ke
Lunjiao Woodworking Machinery Expo 2016, China, serta mengunjungi
pabrik Woodworking Machinery di Lunjiao dalam rangka studi banding pada
pada 7-11 Desember 2016.
"Kita mengunjungi pameran di Lunjiao Woodworking Machinary, yaitu sebuah
area yang kira-kira satu kecamatan merupakan pabrik pembuat mesin-mesin
tersebut benar-benar up to date dan berkembang sangat cepat. Sehingga,
mesin-mesin yang modern dengan CNC system sudah tidak asing lagi. Di
sana kita belajar banyak sekali kenapa industri furniture kita sangat
tertinggal oleh mereka" ungkap Yanti.
Menurutnya, sebagian besar pelaku industri mebel dan kerajinan nasional
adalah kelompok IKM, melihat bahwa untuk membeli mesin mebel dan
kerajinan di Indonesia banyak yang tidak terjangkau.
Sehingga, mereka harus membeli mesin dari importir penjual mesin dengan
harga yang sangat mahal bila dibandingkan dengan impor secara langsung.
"Untuk itu, HIMKI menjembataninya melalui kerja sama tersebut," tukas
Yanti.
Selain itu, HIMKI juga mengunjungi daerah Lecong, yaitu sebuah distrik,
di mana di sepanjang 13 kilometer jalan terdapat showroom furniture.
“Dan satu lagi yang tak kalah penting, yaitu kita menegosiasikan kerja
sama untuk kita tindak lanjuti dengan Asosiasi fitting atau hardware
dari wilayah Leeliu," ujar Yanti.
Yanti berharap, terjadi kerja sama untuk kebutuhan fitting dengan kualitas yang diharapkan dan harga yang sesuai.
"Dalam waktu dekat, kita akan mengundang mereka di Jakarta untuk penanda tanganan kesepakatan bersama" pungkasnya. (WDY)
Industri Mebel Nasional Gandeng China Tingkatkan Produktivitas
Jumat, 23 Desember 2016 8:58 WIB