Denpasar (Antara Bali) - Ajang final pemilihan putra-putri difabel atau penyadang cacat tuna rungu Kota Denpasar akan digelar di panggung kegiatan "Denpasar Teknologi Festival" di Tanam Kota Lumintang, pada Sabtu (29/10).
Ketua Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Kota Denpasar Ny. Ida Ayu Selly Dharmawijaya Mantra di Denpasar, Jumat mengatakan grand final akan diikuti sebanyak 14 pasang putra-putri di fabel atau tuna rungu.
"Sebelum memasuki grand final mereka diadakan seleksi tes bakat hari ini (Jumat) dengan melibatkan penerjemah bahasa isyarat dan guru dari Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Sidakarya. Dari bakat menari, melukis hingga modeling ditunjukkan para peserta," katanya.
Dalam tes tersebut beberapa para peserta yang merasa tidak percaya diri tampil di atas panggung, karena mereka akan menjawab lima buah pertanyaan yang telah disiapkan para panitia dengan teknis menjawab menggunakan layar dan laptop.
Menurut penerjemah bahasa, Sri Aemi yang juga guru SLBN Sidakarya, mengatakan para difabel atau tuna rungu memiliki keterbatas dalam mengingat, sehingga dalam memberikan pertanyaan nantinya panitia telah menyiapkan hanya lima pertanyaan yang sederhana dapat mereka tangkap dan mereka jawab.
"Jadi pertanyaan seputaran pengetahuan umum saja seperti tempat pariwisata. Namun terkait dengan bakat dan kemampuan mereka tidak diragukan lagi meski memiliki keterbatasan, tapi mampu menarikan tarian Bali layaknya orang normal," ucapnya.
Sementara Ketua Dewan Pengurus Cabang Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Kota Denpasar Yuda Musantara mengatakan pelaksanaan pendaftaran peserta telah dilakukan pada dua bulan sebelum malam grand final yang diikuti dari komunitas dan sekolah-sekolah SLB di seluruh Bali.
"Kalau hanya peserta dari Denpasar saja sedikit yang akan mengikuti sehingga kami melakukan sosialisasi yang juga melibatkan `Bali Deaf Community`," katanya.
Persyaratan bagi peserta yakni Warga Negara Indonesia berusia 14-25 tahun dan belum menikah. Dapat berbahasa isyarat nasional di depan umum, serta memiliki pengetahuan umum dan tentang disabilitas serta tuna rungu.
"Pelaksanaan final bersamaan dengan kegiatan `Denpasar Teknologi Festival`, yaitu sebuah kegiatan tahunan menjelan `Denpasar Festival` digelar akhir tahun," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Ketua Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Kota Denpasar Ny. Ida Ayu Selly Dharmawijaya Mantra di Denpasar, Jumat mengatakan grand final akan diikuti sebanyak 14 pasang putra-putri di fabel atau tuna rungu.
"Sebelum memasuki grand final mereka diadakan seleksi tes bakat hari ini (Jumat) dengan melibatkan penerjemah bahasa isyarat dan guru dari Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Sidakarya. Dari bakat menari, melukis hingga modeling ditunjukkan para peserta," katanya.
Dalam tes tersebut beberapa para peserta yang merasa tidak percaya diri tampil di atas panggung, karena mereka akan menjawab lima buah pertanyaan yang telah disiapkan para panitia dengan teknis menjawab menggunakan layar dan laptop.
Menurut penerjemah bahasa, Sri Aemi yang juga guru SLBN Sidakarya, mengatakan para difabel atau tuna rungu memiliki keterbatas dalam mengingat, sehingga dalam memberikan pertanyaan nantinya panitia telah menyiapkan hanya lima pertanyaan yang sederhana dapat mereka tangkap dan mereka jawab.
"Jadi pertanyaan seputaran pengetahuan umum saja seperti tempat pariwisata. Namun terkait dengan bakat dan kemampuan mereka tidak diragukan lagi meski memiliki keterbatasan, tapi mampu menarikan tarian Bali layaknya orang normal," ucapnya.
Sementara Ketua Dewan Pengurus Cabang Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Kota Denpasar Yuda Musantara mengatakan pelaksanaan pendaftaran peserta telah dilakukan pada dua bulan sebelum malam grand final yang diikuti dari komunitas dan sekolah-sekolah SLB di seluruh Bali.
"Kalau hanya peserta dari Denpasar saja sedikit yang akan mengikuti sehingga kami melakukan sosialisasi yang juga melibatkan `Bali Deaf Community`," katanya.
Persyaratan bagi peserta yakni Warga Negara Indonesia berusia 14-25 tahun dan belum menikah. Dapat berbahasa isyarat nasional di depan umum, serta memiliki pengetahuan umum dan tentang disabilitas serta tuna rungu.
"Pelaksanaan final bersamaan dengan kegiatan `Denpasar Teknologi Festival`, yaitu sebuah kegiatan tahunan menjelan `Denpasar Festival` digelar akhir tahun," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016