Denpasar (Antara Bali) - Pengamat masalah pertanian Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc. MMA menilai, generasi muda belakangan ini kurang tertarik melakukan usaha sektor pertanian, khususnya di lahan sawah.

"Mereka lebih memilih keluar dari sektor pertanian dan melakoni kegiatan sektor industri dan jasa, baik di perkotaan maupun di perdesaan dengan harapan memperoleh penghasilan yang lebih besar," kata Gede Sedana yang juga rektor Universitas Dwijendra Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, padahal sektor pertanian peranannya masih cukup besar dan tetap memiliki potensi hasil yang dapat ditingkatkan.

Untuk itu diperlukan adanya terobosan baru untuk membangkitkan kembali gairah generasi muda untuk menekuni pengelolaan usahatani.

Gede Sedana menambahkan, secara sederhana, diperlukan adanya pendidikan pertanian sejak usia dini, misalnya mulai dari taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD).

"Anak-anak mulai diperkenalkan berbagai jenis tanaman, dan ternak termasuk produk-produk pertanian," ujarnya.

Pengenalan tersebut dilakukan dengan metode bermain langsung ke lokasi baik di halaman sekolah, pekarangan, di kebun atau di sawah.

"Mencitai pertanian menjadi salah satu pendidikan mental bagi anak-anak terhadap sektor pertanian itu sendiri. Terbentuknya mental bertani selanjutnya didukung dengan penguatan aspek-aspek lainnya seperti teknologi budidaya pertanian yang menarik dan inovatif guna menumbuhkan kreativitas anak-anak untuk mengelola usahatani," ujarnya.

Untuk itu generasi muda perlu diberikan paket teknologi baik yang bersifat teknis, ekonomis termasuk menajemen usahatani sehingga usahatani yang dikelolanya memberikan keuntungan ekonomis yang layak.

"Keuntungan tersebut akan menjadi insentif ekonomis dan sekaligus motivasi bagi mereka untuk menggeluti sector pertanian. Peran pemerintah termasuk swasta dan perguruan tinggi menjadi sangat penting di dalam mewujudkan kondisi tersebut," ujar Gede Sedana. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015