Denpasar (Antara Bali) - Instalasi Forensik Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Denpasar, Bali, menerima empat jenazah tewas gantung diri sejak Januari hingga Februari 2015.
"Kasus ini cenderung meningkat dibandingkan tahun lalu, dimana pada Januari hingga Desember 2014 hanya menerima 10 jenazah gantung diri," kata Kepala Bagian SMF Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr Ida Bagus Putu Alit, di Denpasar, Selasa.
Ia menuturkan bahwa untuk empat jenazah tewas gantung diri tersebut didominasi kaum muda berusia kisaran 14 -23 tahun. Sedangkan untuk jenazah tewas bunuh diri sebanyak 10 orang tersebut rata-rata berusia 21-65 tahun.
Dari jumlah tersebut, lanjutnya, jenazah empat orang tewas gantung diri itu terdiri atas satu laki-laki dan tiga perempuan yang merupakan warna negara Indonesia. "Satu korban merupakan warga NTT berjenis kelamin laki-laki dan tiga lainnya berasal dari Bali," ujarnya.
Ia mengatakan, kasus gantung diri tersebut masih menggunakan pola "Incomplete Hanging" artinya keseluruhan berat badannya tidak digunakan saat melakukan tindakan tersebut.
Untuk kasus gantung diri yang paling banyak dilakukan karena faktor psikogenik dimana korban merasa stres karena tidak dapat menyelesaikan masalah sehingga mudah melakukan tindakan bunuh diri.
"Namun, seluruh jenazah yang kami terima dengan cara gantung diri tersebut sudah diambil pihak keluarga," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kasus ini cenderung meningkat dibandingkan tahun lalu, dimana pada Januari hingga Desember 2014 hanya menerima 10 jenazah gantung diri," kata Kepala Bagian SMF Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr Ida Bagus Putu Alit, di Denpasar, Selasa.
Ia menuturkan bahwa untuk empat jenazah tewas gantung diri tersebut didominasi kaum muda berusia kisaran 14 -23 tahun. Sedangkan untuk jenazah tewas bunuh diri sebanyak 10 orang tersebut rata-rata berusia 21-65 tahun.
Dari jumlah tersebut, lanjutnya, jenazah empat orang tewas gantung diri itu terdiri atas satu laki-laki dan tiga perempuan yang merupakan warna negara Indonesia. "Satu korban merupakan warga NTT berjenis kelamin laki-laki dan tiga lainnya berasal dari Bali," ujarnya.
Ia mengatakan, kasus gantung diri tersebut masih menggunakan pola "Incomplete Hanging" artinya keseluruhan berat badannya tidak digunakan saat melakukan tindakan tersebut.
Untuk kasus gantung diri yang paling banyak dilakukan karena faktor psikogenik dimana korban merasa stres karena tidak dapat menyelesaikan masalah sehingga mudah melakukan tindakan bunuh diri.
"Namun, seluruh jenazah yang kami terima dengan cara gantung diri tersebut sudah diambil pihak keluarga," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015