Denpasar (Antara Bali)  Harga hasil perkebunan rakyat di tingkat petani di Bali sedikit melorot di awal 2015, karena mengikuti mekanisme pasar, bisa saja sekarang murah minggu depan naik kembali.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran di Denpasar, Sabtu mengatakan, harga hasil perkebunan rakyat daerah ini pada minggu pertama 2015 mengalami sedikit kemelorotan, namun tidak dijelaskan secara pasti, tetapi kemungkinan sebagai dampak dari turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) mulai 1 Januari lalu.

Harga bunga cengkeh kering di tingkat petani di Kabupaten Bangli, Karangasem dan Badung dan Jembrana misalnya tercatat Rp130.000 per kilogram, sedangkan gagang kering hanya dihargai Rp20.000 per kilogram per 8 Januari 2015.

Kondisi itu mengalami kemerosotan jika dibandingkan dengan awal Desember 2014 mencapai Rp136.000 per kilogram bunga cengkeh kering, sedangkan gagang kering mencapai Rp25.000 per kilogram sesuai catatan 9 Desember 2014.

Sementara harga kakao di tingkat petani jauh lebih murah dari harga Rp37.000 per kilogram di daerah perdesaan di Bali, kini hanya dihargai Rp33.500 per kilogram biji fermentasi, sedangkan nonbiji fermentasi tercatat seharga Rp30.500 per kilogram.

Ia mengatakan, harga kopi jenis arabika hasil perkebunan rakyat di daerah ini cukup stabil yakni tetap seharga Rp53.000 per kilogram, angka itu jauh lebih besar dari awal Januari 2014 yang hanya Rp34.000/kg.

Harga kopi arabika maupun robusta di daerah ini selama tahun 2014 memang masih mengalami kenaikan, termasuk hasil budi daya lainnya seperti kakao, vanili, mete dan tembakau yang semuanya sudah memasuki pasar ekspor.

Dewa Made Buana Duwuran menyebutkan, kakao hasil perkebunan rakyat Bali yang mulai memasuki pasar ekspor cukup mengairahkan petani untuk berproduksi, karena pasar cukup menjamin bisa menampung hasil panenannya.

Vanili hasil petikan petani Bali yang sebagian besar dikapalkan untuk memenuhi permintaan konsumen di Amerika Serikat tersebut harga di tingkat petani naik keras dalam sepanjang pertengahan tahun 2014 yakni dari Rp20.000/kg menjadi Rp40.000 per kg (basah) kondisi itu berlangsung hingga kini.

Data Disperindag Bali menyebutkan bahwa realisasi perdagangan kakao mencapai 1.081 ton seharga 1,1 juta dolar, kopi hanya terjual 160 ton seharga 970.552 dolar dan vanili 69 kg 2.415 dolar (Januari-Oktober 2014).

"Dengan lancarnya pemasaran hasil perkebunan rakyat itu diharapkan petani akan lebih bergairah untuk memelihara tanamannya sehingga menghasilkan buah yang berkualitas tentu akan memperoleh harga lebih baik di pasaran," kata Dewa Made Buana.

Ia mengakui Kakao produksi petani daerah ini baru memulai memasuki pasar ekspor dengan tujuan utama adalah konsumen Amerika Serikat, Australia dan Jerman tentu dalam jumlah masih terbatas yakni dalam belasan ton per bulan. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015