Denpasar (Antara Bali) - Harga-harga komoditas hasil perkebunan rakyat di tingkat petani di Bali, seperti cengkih, hingga akhir Oktober 2014 cukup bagus, walaupun terjadi fluktuasi tetapi masih menguntungkan, kata pejabat setempat.

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran di Denpasar, Kamis, harga bunga cengkih kering di tingkat petani di Kabupaten Bangli, Karangasem, Badung dan Jembrana, misalnya, semula Rp150.000 per kilogram pada 27 Oktober 2014 turun menjadi Rp138.000/kg.

Namun harga itu jika dibandingkan awal Januari lalu hanya Rp135.000/kg, maka harga sekarang masih lebih tinggi, kata dia sambil menyebutkan petani memproduksi hasil perkebunan berkualitas sehingga harganya pun terus sesuai mekanisme pasar.

Sementara harga cengkih yang dalam kondisi basah hingga minggu akhir Oktober 2014 tetap stabil Rp20.000/kg.

Sedangkan harga kakao di tingkat petani di daerah perdesaan Bali naik sedikit dari Rp35.800 menjadi Rp36.300/kg.

Dewa Made mengatakan, harga kopi jenis arabika hasil perkebunan rakyat di daerah ini juga mengalami sedikit kenaikan pada minggu keempat Oktober 2014 dari Rp52.000 menjadi Rp52.500/kg, jauh lebih besar dari awal Januari yang hanya Rp34.000/kg.

Harga kopi arabika maupun robusta di daerah ini selama tahun 2014 memang masih mengalami kenaikan, termasuk hasil budi daya lainnya seperti kakao, vanili, mete dan tembakau yang semuanya sudah memasuki pasar ekspor.

Dewa Made Buana Duwuran menyebutkan, kakao hasil perkebunan rakyat Bali yang mulai memasuki pasar ekspor juga mengalami kenaikan dari Rp32.800 pada Januari lalu menjadi Rp36.300/kg dalam minggu keempat Oktober 2014.

Vanili hasil petikan petani Bali yang sebagian besar dikapalkan untuk memenuhi permintaan konsumen di Amerika Serikat tersebut harganya di tingkat petani cukup stabil sepanjang pertengahan tahun ini yakni Rp20.000/kg (basah).

Sedangkan vanili kering yang sudah siap ekspor masih tetap Rp100.000/kg sepanjang tahun 2014. Bali baru memperdagangkan kopi, kakao dan vanili ke pasar antarbangsa dengan perolehan devisa cukup bagus.

Dewa Made Buana mengakui kakao produksi petani daerah ini dalam jumlah terbatas--belasan ton per bulan--baru mulai memasuki pasar ekspor dengan tujuan utama konsumen Amerika Serikat, Australia dan Jerman.

Dinas Perindag Bali mencatat perolehan devisa dari hasil perkebunan Bali mencapai 1,7 juta dolar AS selama Januari-Agustus 2014, mengalami kenaikan hingga 96 persen jika dibandingkan periode sama tahun 2013 yang hanya 907 ribu dolar AS.

Perolehan devisa sebanyak itu terdiri atas hasil perdagangan kakao 1.059 ton bernilai 978 ribu dolar selama delapan bulan I-2014, kopi 117 ton seharga 795,6 ribu dolar dan vanili relatif sedikit yakni hanya 69 kg bernilai 2.415 dolar AS. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014