Semarapura (Antara Bali) -Komang Suantara alias Otal, calon legislatif Partai Gerindera unggul di TPS 6 Banjar Siku, Kamasan yang juga merupakan TPS tempat Bupati Klungkung Nyoman Suwirta menyoblos.

Otal caleg Partai Gerindra nomor utut 9 asal Banjar Pande Kota berhasil mendulang 70 suara. Otal sendiri sudah dua kali duduk sebagai wakil rakyat Klungkung.

Disusul perolehan suara Caleg PDIP nomor utut 8 AA Gede Anom Artha alias Gung Benci dari Desa Akah meraup 60 suara. Gung Benci adalah caleg pendatang baru.

Posisi ketiga direbut Caleg Golkar nomor utut 2 Ni Luh Komang Ari Ayu Ningrum dari banjar Lebah, Klungkung dengan 56 suara. Ningrum caleg patahana dari Golkar.

Sementara suara terbesar lainya direbut caleg PDIP nomor utut 6, Komang Suryastini asal Kamasan dengan 43 suata. Dan Caleg Nasdem Ketut Sukma Sucita berhasil mendulang 22 suara. Sukma adalah caleg Nasdem nomor urut 1 asal Kamasan.

Sementara perolehan parpol terbesar di TPS 6 adalah PDIP dengan 123 suara, disusul Gerindra dengan 96 suara dan Golkar sebesar 66 suara. Sementara daftar pemilih tetap (DPT) di TPS tersebut 426 pemilih.

Sementara itu TPS di Banjar Kaja Kangin, Desa Tegak sempat terjadi sedikit ketegangan. Salah satu caleg Wayan Sutena protes karena tidak bisa mendampingi ibunya yang sudah tua untuk mencoblos.

Awalnya Sutena datang untuk mendampingi ibunya Ni Nyoman Nyamun (82), karena sudah lanjut usia dan sudah agak rabun Sutena meminta pendampingan.

Awalnya Sutena minta izin untuk memberikan pendampingan sang ibunda kepada Ketua KPPS Nyoman Warsana dan diizinkan. Namun ketika akan minta formulir C 3 (formulir pendampingan) tidak diberikan oleh anggota KPPS Ketut Merta. Sutena sempat protes.

Menurut Sutena saat dilakukan sosialisasi diperbolehkan menggunakan pedamping, hanya saja belakanga ini keputusan tersebut dianulir. Namun formulir C3 sudah beredar.

Sementara itu anggota KPU Klungkung Kadek Sri Utami mengatakan berdasarkan peraturan PKPU No 26 tahun 2013 pendampingan boleh dilakukan bagi pemilih yang memiliki kekurangan Tuna Daksa (cacad tanpa tangan) dan Tuna Netra (tidak bisa melihat).

Sementara untuk yang lainya tidak dibolehkan didampingi. Sutena sendiri beralasan karena sang ibu sudah agak rabun karena sudah umur.

Sementara itu di RS Klungkung sebanyak 125 pesien dan penunggu pasien tidak menyalurkan hak plihnya. Ini karena tidak ada TPS di rumah sakit.

Sedangkan pasien dan penunggu pasien enggan mencoblos di TPS terdekat. Mereka beralasan sedang menunggu keluarga yang sakit kalau ditinggal tidak ada yang menunggu.

Menurut Gede Ngurah salah seorang pasian asal Banjarangkan mengaku sudah empat hari dirawat di RS Klungkung karena demam berdarah. Dirinya berharap bisa menyalurkan hak pilihnya.

Dia mengaku memiliki C6 namun di rumah di Banjarangkan. Karena sakit tidak mungkin untuk pulang mencoblos di sana. Hal yang sama juga dikemukakan salah satu penunggu pasien asal Sidemen, Karangasem Ni Kadek Astini.

Dia sedang menunggu nenek yang sakit sejak lima hari lalu. Astini mengaku tidak bisa mencoblos karena tidak mungkin meninggalkan neneknya. Terlebih harus pergi cukup jauh ke Sidemen.

Biar saja saya golput karena memang keadanya seperti ini, ujarnya pasrah. Ini diakui baru pertama kali dia tidak mencoblos.  (WRA)

Pewarta: Oleh I Putu Puspa Artayasa

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014