Denpasar (Antara Bali) - Pasar Singapura menyerap 61,92 persen ekspor kerajinan keramik asal Bali dengan total perolehan devisa selama tahun 2013 sebesar 1,47 juta dolar AS.
"Keramik yang dibuat dalam berbagai jenis rancang bangun hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali menembus pasaran luar negeri sehingga devisa yang dihasilkan terus meningkat," kata Kepala Biro Humas Pemprov Bali, I Ketut Teneng di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, hasil kerajinan skala rumah tangga itu juga diserap pasar Amerika Serikat sebesar 10,81 persen, Jepang 1,82 persen. Australia 4,22 persen, Inggris 1,95 persen dan Hong Kong 0,48 persen.
Selain itu juga menjangkau pasar Italia 1,09 persen, Spanyol 3,10 persen, Prancis 0,88 persen, dan 13,10 persen sisanya diserap oleh berbagai negara lainnya.
Ketut Teneng menjelaskan, ekspor kramik tersebut mengalami lonjakan sebesar 40,21 persen dibanding tahun 2012 yang hanya menghasilkan 1,05 juta dolar AS.
Demikian pula segi volumenya bertambah 34,25 persen dari 354.190 unit pada 2012 menjadi 475.484 unit tahun 2013.
Ketut Teneng menambahkan, keramik hasil sentuhan perajin Bali merupakan salah satu dari 17 jenis hasil industri skala rumah tangga yang menembus pasaran luar negeri.
Meskipun ekspor keramik dari segi volume dan perolehan devisa meningkat signifikan, namun kontribusinya relatif kecil, yakni 0,10 persen dari total ekspor Bali yang mencapai 485,06 juta dolar AS.
Perajin dan seniman Bali menjadikan bahan baku keramik dalam berbagai jenis desain dikombinasikan dengan unsur seni sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen luar negeri.
Kerajinan kramik Bali kombinasi unsur seni itu mengalami kejayaan tahun 1980-an berkat teknologi yang ditemukan oleh Anak Agung Ngurah Oka yang saat itu sebagai dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Udayana.
Dosen yang merangkap sebagai perajin keramik kelahiran Desa Kapal, Kabupaten Badung itu memiliki segudang pengalaman dari menekuni seni olah tanah liat dan industri keramik dengan peralatan yang sangat sederhana.
Hasil studi pembuatan tungku (oven) sekaligus belajar keramik ke West Australia Institute of Technology di Perth, Australia tahun 1972, mendalami kerajinan keramik ke Bendigo Pottre and Burwood Collage di Victorio.
Dari hasil studinya ke luar negeri itu mampu menghasilkan cindera mata keramik dengan corak yang khas, unik dan menarik, berkat kemampuannya memadukan bentuk-bentuk keramik Bali dengan keramik negara lain. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Keramik yang dibuat dalam berbagai jenis rancang bangun hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali menembus pasaran luar negeri sehingga devisa yang dihasilkan terus meningkat," kata Kepala Biro Humas Pemprov Bali, I Ketut Teneng di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, hasil kerajinan skala rumah tangga itu juga diserap pasar Amerika Serikat sebesar 10,81 persen, Jepang 1,82 persen. Australia 4,22 persen, Inggris 1,95 persen dan Hong Kong 0,48 persen.
Selain itu juga menjangkau pasar Italia 1,09 persen, Spanyol 3,10 persen, Prancis 0,88 persen, dan 13,10 persen sisanya diserap oleh berbagai negara lainnya.
Ketut Teneng menjelaskan, ekspor kramik tersebut mengalami lonjakan sebesar 40,21 persen dibanding tahun 2012 yang hanya menghasilkan 1,05 juta dolar AS.
Demikian pula segi volumenya bertambah 34,25 persen dari 354.190 unit pada 2012 menjadi 475.484 unit tahun 2013.
Ketut Teneng menambahkan, keramik hasil sentuhan perajin Bali merupakan salah satu dari 17 jenis hasil industri skala rumah tangga yang menembus pasaran luar negeri.
Meskipun ekspor keramik dari segi volume dan perolehan devisa meningkat signifikan, namun kontribusinya relatif kecil, yakni 0,10 persen dari total ekspor Bali yang mencapai 485,06 juta dolar AS.
Perajin dan seniman Bali menjadikan bahan baku keramik dalam berbagai jenis desain dikombinasikan dengan unsur seni sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen luar negeri.
Kerajinan kramik Bali kombinasi unsur seni itu mengalami kejayaan tahun 1980-an berkat teknologi yang ditemukan oleh Anak Agung Ngurah Oka yang saat itu sebagai dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Udayana.
Dosen yang merangkap sebagai perajin keramik kelahiran Desa Kapal, Kabupaten Badung itu memiliki segudang pengalaman dari menekuni seni olah tanah liat dan industri keramik dengan peralatan yang sangat sederhana.
Hasil studi pembuatan tungku (oven) sekaligus belajar keramik ke West Australia Institute of Technology di Perth, Australia tahun 1972, mendalami kerajinan keramik ke Bendigo Pottre and Burwood Collage di Victorio.
Dari hasil studinya ke luar negeri itu mampu menghasilkan cindera mata keramik dengan corak yang khas, unik dan menarik, berkat kemampuannya memadukan bentuk-bentuk keramik Bali dengan keramik negara lain. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014