Denpasar (Antara Bali) - Seni lukis tradisional Bali yang hingga kini masih tetap eksis, diharapkan mampu sejajar di tengah keberadaan seni modern atau komtemporer yang terus berkembang pesat.
"Kami harapkan seni lukis tradisional Bali tidak serta merta tenggelam oleh perkembangan seni rupa modern itu," kata Anak Agung Gede Rai, pemilik Museum Arma di Ubud, Kamis.
Ia menyebutkan, guna mencegah hal tersebut, tiga museum di perkampungan seniman Ubud, Bali sepakat memberikan dorongan agar seniman tradisi di Pulau Dewata tetap mampu mengembangkan seni lukis tradisional Bali.
Di sela-sela persiapan pameran lukisan tradisional yang menampilkan 60 karya maestro Bali, ia mengatakan, ketiga museum yang memberikan ruang khusus bagi karya-karya tradisional di atas kanvas itu, selain Museum Arma, juga Museum Neka dan Museum Puri Lukisan Ubud.
"Ketiga museum itu senantiasa menampilkan lukisan tradisional Bali dalam setiap kesempatan," katanya.
Ketiga museum itu pada akhir 2009 secara serentak menggelar pameran yang seluruhnya menyuguhkan 180 lukisan tradisional Bali.
Agung Rai menambahkan, seni lukis tradisional Bali adalah sebuah komunitas besar yang di dalamnya menyimpan pertumbuhan dan perkembangan dengan fenomena tersendiri.
"Fenomena yang muncul dari perkembangan seni lukis tradisional Bali itulah yang penting untuk diketahui oleh masyarakat luas," ujar Agung Rai.
Ia menjelaskan, dalam perkembangan seni lukis tradisional muncul Mashab Sanur, Nagasepha, yang mewakili corak lukisan Bali Utara. Selain itu juga Mashab Kamasan, Kabupaten Klungkung, Mashab Batuan, Ubud (Kabupaten Gianyar) dan Mashab Kapal (Kabupaten Badung).
Dalam perkembangannya, Mashab Ubud membagi diri dalam beberapa submashab, antara lain Submashab Kutuh, Keliki, Taman, Tebesaya, Padang Tegal, Pengosekan dan Penestan yang melahirkan aliran besar Young Artist.
Dalam perkembangan seni tersebut melahirkan tokoh-tokoh legendaris antara lain Anak Agung Gede Sobrat, I Gusti Ketut Kebot, Ida Bagus Made Widja, Ida Bagus Made Poleng dan I Gusti Putu Mokoh.
Selain itu juga mencetak pelukis muda belia yang prospeknya sangat menjanjikan antara lain Made Sunarta, Wayan Beneh, Nyoman Sarna dan I Gusti Agung yang kini terus bergelut dalam aktivitas seni di atas kanvas.
Guna mendorong mengembangan seni lukis tradisional Bali, Museum Arma Ubud menggelar pameran menyuguhkan 60 lukisan karya para maestro Bali.
Pameran tersebut digelar selama tiga minggu, 19 Juni-11 Juli 2010 yang akan dibuka Bupati Gianyar Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Kami harapkan seni lukis tradisional Bali tidak serta merta tenggelam oleh perkembangan seni rupa modern itu," kata Anak Agung Gede Rai, pemilik Museum Arma di Ubud, Kamis.
Ia menyebutkan, guna mencegah hal tersebut, tiga museum di perkampungan seniman Ubud, Bali sepakat memberikan dorongan agar seniman tradisi di Pulau Dewata tetap mampu mengembangkan seni lukis tradisional Bali.
Di sela-sela persiapan pameran lukisan tradisional yang menampilkan 60 karya maestro Bali, ia mengatakan, ketiga museum yang memberikan ruang khusus bagi karya-karya tradisional di atas kanvas itu, selain Museum Arma, juga Museum Neka dan Museum Puri Lukisan Ubud.
"Ketiga museum itu senantiasa menampilkan lukisan tradisional Bali dalam setiap kesempatan," katanya.
Ketiga museum itu pada akhir 2009 secara serentak menggelar pameran yang seluruhnya menyuguhkan 180 lukisan tradisional Bali.
Agung Rai menambahkan, seni lukis tradisional Bali adalah sebuah komunitas besar yang di dalamnya menyimpan pertumbuhan dan perkembangan dengan fenomena tersendiri.
"Fenomena yang muncul dari perkembangan seni lukis tradisional Bali itulah yang penting untuk diketahui oleh masyarakat luas," ujar Agung Rai.
Ia menjelaskan, dalam perkembangan seni lukis tradisional muncul Mashab Sanur, Nagasepha, yang mewakili corak lukisan Bali Utara. Selain itu juga Mashab Kamasan, Kabupaten Klungkung, Mashab Batuan, Ubud (Kabupaten Gianyar) dan Mashab Kapal (Kabupaten Badung).
Dalam perkembangannya, Mashab Ubud membagi diri dalam beberapa submashab, antara lain Submashab Kutuh, Keliki, Taman, Tebesaya, Padang Tegal, Pengosekan dan Penestan yang melahirkan aliran besar Young Artist.
Dalam perkembangan seni tersebut melahirkan tokoh-tokoh legendaris antara lain Anak Agung Gede Sobrat, I Gusti Ketut Kebot, Ida Bagus Made Widja, Ida Bagus Made Poleng dan I Gusti Putu Mokoh.
Selain itu juga mencetak pelukis muda belia yang prospeknya sangat menjanjikan antara lain Made Sunarta, Wayan Beneh, Nyoman Sarna dan I Gusti Agung yang kini terus bergelut dalam aktivitas seni di atas kanvas.
Guna mendorong mengembangan seni lukis tradisional Bali, Museum Arma Ubud menggelar pameran menyuguhkan 60 lukisan karya para maestro Bali.
Pameran tersebut digelar selama tiga minggu, 19 Juni-11 Juli 2010 yang akan dibuka Bupati Gianyar Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010