Sebanyak 26 peserta dari karyawan PT ANTAM (Aneka Tambang) bekerja sama dengan PT Indonesia Chemical Alumina ( ICA) mengikuti Pelatihan Pertanian Terintegrasi dengan teknologi Effektive Microorganisms (EM) di Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali di Desa Bengkel, Kabupaten Buleleng.

Instruktur Pertanian Organik dan teknologi EM IPSA Bali, Ir I Gusti Ketut Riksa pada kesempatan itu memaparkan materi mengenai betapa penting upaya untuk menyelamatkan alam.

Dalam keterangan resminya (27/12), ia menjelaskan Guru Besar Bidang Hortikultura University of The Ryukyus, Okinawa, Jepang Prof. Dr. Teruo Higa sebelumnya telah berhasil mengembangkan teknologi Effective Microorganism (EM).

"Saat ini penduduk bumi terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan hasil pertanian yang mengalami kualitas distorsi karena mengandung unsur kimia. Dengan demikian kekebalan tubuh semakin lama semakin menurun  akibat proses teknologi pertanian menggunakan bahan kimia. Teknologi EM inilah sebagai solusinya," ujar Gusti Riksa.

Baca juga: Ternak kambing sentuhan EM hasilkan daging berkualitas

Pelatihan tersebut juga dihadiri Direktur Utama PT Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede ngurah Wididana, M.Agr 

PT Songgolangit Persada menjadi agen tunggal di Indonesia yang memproduksi dan pemasarankan pupuk hayati EM yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.

Menurut Gusti Ketut Riksa, EM adalah teknologi mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan. 

"Murah karena sesudah cairan EM ini sampai  di  konsumenpun masih diajarkan  untuk memperbanyak cairannya agar lebih murah, namun kualitasnya tetap prima," ujarnya.

Penemunya Prof. Dr. Teruo Higa  mengharapkan, agar mengembangkan  teknologi EM secepat-cepatnya dan sebanyak-banyaknya agar dalam kehidupan beliau masih bisa melihat bumi yang terevitalisasi. 

Baca juga: Timor Leste belajar pertanian organik Pak Oles

Demikian pula teknologi EM dikatakan mudah, karena tinggal menuangkan saja pada objek, sudah dapat terlihat dampaknya. 

"Dikatakan ramah lingkungan karena hingga sampai saat ini belum ditemukan dampak negatif padahal teknologi ini ditemukan  tahun 1980 atau  42 tahun tahun yang silam," katanya.

Semua aplikasinya berdampak baik terhadap aspek kehidupan. Teknologi EM  aman dilaksanakan karena tanpa kimia berbahaya. 

"Sebenarnya teknologi ini adalah teknologi alam yang telah mendapat sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi," katanya..

Laman https://linktr.ee/em4 #EM4 menyebutkan bahwa pelatihan tersebut juga  dihadiri  Wakil Bupati Sanggau, Kapolsek Tayan Hilir dan Kapolsek Toba serta seluruh stakeholder kecamatan Tayan Hilir dan Toba, Kabupaten Sangau, Provinsi Kalimantan Barat. 
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022