Program Studi Manajemen Kepariwisataan
Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Bali melalui program Tourism Field Study (TFS) melakukan kajian yang berfokus pada pengelolaan 50 desa wisata rintisan di Pulau Dewata.
Koordinator Program Studi Manajemen Kepariwisataan (MKP) Poltekpar Bali Dewa Ayu Made Lily Dianasari, ST, MSi, CHE, dalam keterangan tertulisnya di Denpasar, Sabtu, mengatakan publikasi hasil TFS juga telah disampaikan pada seminar di kampus setempat (25/10).
"Kegiatan TFS merupakan kegiatan rutin setiap tahun oleh mahasiswa MKP dan tahun ini merupakan kegiatan TFS ke-24," ujarnya.
Untuk melakukan kajian, mahasiswa diterjunkan ke-50 desa wisata rintisan di sejumlah kabupaten di Provinsi Bali yang memiliki desa wisata rintisan yakni Kabupaten Badung, Gianyar, Jembrana, Buleleng, Bangli, Karangasem, dan Klungkung.
Baca juga: Prodi MBP Poltekpar Bali tingkatkan kemampuan pramuwisata Desa Sayan
Pihaknya melakukan kajian mengenai desa wisata rintisan karena terkait dengan kebijakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang berfokus pada pengembangan destinasi wisata prioritas serta mengembangkan desa wisata sebagai solusi pemertahanan ekonomi pasca-pandemi.
"Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan yang menarik, salah satunya adalah terdapat beberapa desa wisata rintisan yang sudah siap dikategorikan sebagai desa wisata berkembang," ujar Lily.
Sementara itu, Direktur Poltekpar Bali Drs Ida Bagus Putu Puja, M Kes, saat membuka kegiatan mengharapkan data yang dihasilkan dari penelitian dapat dijadikan informasi dan tindak lanjut pengembangan desa wisata rintisan di Bali hingga menjadi mandiri.
Dalam publikasi seminar hasil TFS 2022 yang dilaksanakan secara hybrid itu turut memberikan sambutan secara daring Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno.
Baca juga: Poltekpar Bali dampingi pengembangan desa wisata di Karangasem
Menurut Sandiaga, penelitian tersebut berguna demi mencetak SDM peneliti pariwisata yang unggul dari Poltekpar Bali.
Pihaknya berharap dengan adanya penelitian tersebut, desa wisata rintisan di Bali dapat segera naik statusnya menjadi desa wisata berkembang dan bahkan mandiri.
Dalam pemaparan hasil penelitian oleh perwakilan kelompok mahasiswa disampaikan topik-topik mengenai kondisi potensi, kondisi sumber daya manusia, program pemasaran produk wisata dan ekonomi kreatif serta kondisi ketahanan desa wisata rintisan di Bali pada masa kebiasaan baru.
Sebelum sampai pada tahap ini, mahasiswa semester 5 Prodi MKP Poltekpar Bali telah melaksanakan serangkaian kegiatan dimulai dari penentuan tema hingga publikasi hasil seminar dari bulan Juli hingga Oktober.
Baca juga: Poltekpar Bali tingkatkan kompetensi pelaku pariwisata di Desa Celuk
Selain pemaparan hasil penelitian oleh mahasiswa, turut hadir sebagai pembahas yaitu Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Bali Ida Bagus Adi Laksana dan Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata I Made Mendra Astawa.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Poltekpar Bali kaji pengelolaan 50 desa wisata rintisan
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Bali melalui program Tourism Field Study (TFS) melakukan kajian yang berfokus pada pengelolaan 50 desa wisata rintisan di Pulau Dewata.
Koordinator Program Studi Manajemen Kepariwisataan (MKP) Poltekpar Bali Dewa Ayu Made Lily Dianasari, ST, MSi, CHE, dalam keterangan tertulisnya di Denpasar, Sabtu, mengatakan publikasi hasil TFS juga telah disampaikan pada seminar di kampus setempat (25/10).
"Kegiatan TFS merupakan kegiatan rutin setiap tahun oleh mahasiswa MKP dan tahun ini merupakan kegiatan TFS ke-24," ujarnya.
Untuk melakukan kajian, mahasiswa diterjunkan ke-50 desa wisata rintisan di sejumlah kabupaten di Provinsi Bali yang memiliki desa wisata rintisan yakni Kabupaten Badung, Gianyar, Jembrana, Buleleng, Bangli, Karangasem, dan Klungkung.
Baca juga: Prodi MBP Poltekpar Bali tingkatkan kemampuan pramuwisata Desa Sayan
Pihaknya melakukan kajian mengenai desa wisata rintisan karena terkait dengan kebijakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang berfokus pada pengembangan destinasi wisata prioritas serta mengembangkan desa wisata sebagai solusi pemertahanan ekonomi pasca-pandemi.
"Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan yang menarik, salah satunya adalah terdapat beberapa desa wisata rintisan yang sudah siap dikategorikan sebagai desa wisata berkembang," ujar Lily.
Sementara itu, Direktur Poltekpar Bali Drs Ida Bagus Putu Puja, M Kes, saat membuka kegiatan mengharapkan data yang dihasilkan dari penelitian dapat dijadikan informasi dan tindak lanjut pengembangan desa wisata rintisan di Bali hingga menjadi mandiri.
Dalam publikasi seminar hasil TFS 2022 yang dilaksanakan secara hybrid itu turut memberikan sambutan secara daring Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno.
Baca juga: Poltekpar Bali dampingi pengembangan desa wisata di Karangasem
Menurut Sandiaga, penelitian tersebut berguna demi mencetak SDM peneliti pariwisata yang unggul dari Poltekpar Bali.
Pihaknya berharap dengan adanya penelitian tersebut, desa wisata rintisan di Bali dapat segera naik statusnya menjadi desa wisata berkembang dan bahkan mandiri.
Dalam pemaparan hasil penelitian oleh perwakilan kelompok mahasiswa disampaikan topik-topik mengenai kondisi potensi, kondisi sumber daya manusia, program pemasaran produk wisata dan ekonomi kreatif serta kondisi ketahanan desa wisata rintisan di Bali pada masa kebiasaan baru.
Sebelum sampai pada tahap ini, mahasiswa semester 5 Prodi MKP Poltekpar Bali telah melaksanakan serangkaian kegiatan dimulai dari penentuan tema hingga publikasi hasil seminar dari bulan Juli hingga Oktober.
Baca juga: Poltekpar Bali tingkatkan kompetensi pelaku pariwisata di Desa Celuk
Selain pemaparan hasil penelitian oleh mahasiswa, turut hadir sebagai pembahas yaitu Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Bali Ida Bagus Adi Laksana dan Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata I Made Mendra Astawa.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Poltekpar Bali kaji pengelolaan 50 desa wisata rintisan
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022