Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Buleleng, Bali, bersama IDI-Undiksha membentuk tim dokter telekonsultasi untuk membantu para pasien COVID-19 berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG) yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman).

"Telekonsultasi ini membantu para pasien COVID-19 berstatus OTG yang melakukan isoman," kata Sekretaris Daerah (Sekda) yang juga Sekretaris Satgas Penanganan COVID-19 Gede Suyasa saat memimpin rapat koordinasi (rakor) persiapan pelaksanaan program telekonsultasi kepada pasien COVID-19 yang melakukan isoman di Singaraja, Buleleng, Jumat.

Jika ada keluhan, pertanyaan bisa langsung ditujukan kepada dokter yang bertugas. Dokter-dokter yang masuk dalam tim telekonsultasi ini berasal dari unsur Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Fakultas Kedokteran (FK) Undiksha. "Kita berkolaborasi dengan IDI dan FK Undiksha," jelasnya.

Baca juga: Di Bali, 6.869 penderita COVID-19 jalani isoman

Dalam tim tersebut, satu dokter bisa memberikan konsultasi terhadap 10 sampai 15 pasien COVID-19 berstatus OTG-GR yang sedang melakukan isoman. Konsultasi dilakukan melalui sambungan whatsapp/WA antara nomor dokter dan pasien. Satgas memberikan nomor whatsapp pasien ke dokter dan sebaliknya.

Namun, telekonsultasi ini konsepnya berbeda dengan telemedicine. Jika telemedicine bisa memberikan resep obat kepada pasien. Sedangkan, telekonsultasi hanya memberikan konsultasi kepada pasien. "Jika dalam konsultasi diketahui sudah bergejala,  diarahkan untuk ke fasilitas kesehatan. Jadi, tidak memberikan resep obat," ucap Suyasa.

Mengenai jumlah dokter yang dilibatkan, Suyasa mengungkapkan tergantung dengan kebutuhan. Dari anggota IDI Buleleng saja berjumlah sekitar 200 orang. Dokter umum digunakan saat telekonsultasi. Setiap dua atau tiga hari akan diadakan zoom meeting kepada para pasien OTG yang isoman. Jika pasien berhalangan, diwakili oleh saudara atau keluarga lain.

Pada saat zoom meeting, materi diisi oleh dokter spesialis, sehingga bisa mengedukasi, menyosialisasikan COVID-19 dan juga menjaga stabilitas kejiwaan dari pasien.

"Karena orang isolasi kadang juga ada tekanan ya terhadap psikisnya. Ini dibangun supaya tetap lebih rileks, lebih bisa disiplin lalu mendapat pemahaman terkait dengan COVID-19 yang diderita," ungkapnya.  

Baca juga: IDI: "Tracing" di Bali masih rendah, bahkan ada yang tolak isolasi

Tim dokter telekonsultasi ini dibentuk juga untuk menghindari kematian saat pasien COVID-19 berstatus OTG menjalani isoman. Menghindari pasien mengalami gejala berat sehingga sebelum ke rumah sakit sudah meninggal. Dengan didampingi tim dokter yang setiap hari memantau kondisi pasien, hal tersebut bisa dihindari.

"Paling tidak dengan telekonsultasi dokter bisa tahu kondisinya seperti apa," tutup Suyasa.

 

Pewarta: Made Adnyana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021