PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Bali mendorong masyarakat untuk memulai bercocok tanam dengan memanfaatkan teknologi hidroponik yang ditopang dengan tenaga listrik.

"Pemanfaatan listrik dalam menggenjot produktivitas ekonomi melalui pertanian ini sejalan dengan upaya pemerintah meningkatkan ketersediaan pasokan listrik bagi masyarakat dan wilayah yang perekonomiannya sedang tumbuh," kata Manajer Pemasaran PLN UID Bali, Oscar Praditya, di Singaraja, Buleleng, Jumat.

Oscar Praditya mengatakan bahwa Electrifying Agriculture menjadi misi PLN saat ini untuk mendukung peningkatan perekonomian masyarakat melalui sektor pertanian khususnya di masa pandemi.

Baca juga: PLN UID Bali dukung modernisasi pertanian dengan "Electrifying Agriculture"

"Kami ingin mendukung masyarakat yang menggeluti industri pertanian untuk bisa meningkatkan produktivitasnya dengan memanfaatkan listrik sebagai penunjang, salah satunya bisa dengan metode bercocok tanam hidroponik," jelasnya.

Hidroponik, lanjutnya, bukanlah hal baru, namun saat ini banyak makin digemari karena masyarakat mulai menyadari manfaatnya, dan PLN siap untuk menyokong kebutuhan listriknya.

Salah satu pihak yang saat ini memanfaatkan metode hidroponik untuk memenuhi kebutuhan pangan hariannya adalah Panti Asuhan Narayan Seva di Desa Kerobokan, Kabupaten Buleleng.

Pengelola panti Ni Nyoman Sundari, memanfaatkan lahan seluas 8 meter x 10 meter, hingga mampu menghasilkan berbagai macam sayur seperti kangkung, sawi, selada, bok chay dari 1.000 lubang tanam yang dipanen setelah masa tanam selama 35 hari.

Baca juga: Bupati Bangli dorong milenial kembangkan bisnis hidroponik

Sistem hidroponik yang diterapkan menggunakan sistem Bed dan Piramid dengan instalasi Desflow System (DST) yakni dengan memanfaatkan mesin pompa aquarium 105 daya 50 Watt dan menyala selama 24 jam.

Sundari menuturkan jika diasumsikan hasil panen bisa mencapai 165 kg dan harga sayuran rata-rata Rp12 ribu per Kg sehingga total hasil panen bisa memperoleh sekitar Rp1,98 juta per 35 hari

"Modal kami untuk sekali panen sekitar Rp325.000, sedangkan untuk konsumsi listrik bisa dibilang murah karena sebulan hanya membayar sekitar Rp122.000," jelasnya.

Saat ini daya listrik yang digunakan untuk menopang produksi hidroponik sebesar 2200 VA. Ia menambahkan bahwa panti asuhan memiliki rencana ke depan yakni menambah daya listrik untuk menunjang lampu UV, sehingga masa panen bisa dipercepat dan produktivitas hasil hidroponik bisa meningkat.

Baca juga: Akademisi Pertanian : hidroponik bisa obati stres selama COVID-19

Hasil panen sayuran melalui hidroponik ini sebagian besar digunakan untuk konsumsi sebanyak 88 anak asuh yang menghuni Panti Asuhan ini.

"Tentu hasil dari hidroponik ini sangat meringankan kami, apalagi dalam menghadapi masa pandemi ini setidaknya kebutuhan pangan dan gizi bisa terpenuhi, sisanya kami jual untuk menambah penghasilan," pungkas Sundari.

Kebun hidroponik di Panti Asuhan Narayan Seva ini merupakan bantuan CSR PLN melalui PLN Peduli tahun 2020 sebesar 70 juta yang terealisasi di triwulan ketiga 2020.
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati/Made Adnyana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021