PLN UID Bali mendukung peningkatan produktivitas sektor pertanian melalui modernisasi sektor itu dengan "Electrifying Agriculture" untuk meningkatkan daya saing industri dan ketahanan pangan nasional.
"Layanan PLN kepada pelaku usaha sektor pertanian ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi hingga 40 persen pelaku usaha tani," kata General Manager PLN UID Bali, Adi Priyanto, dalam keterangan tertulis yang diterima, Minggu.
Ia mengharapkan melalui electrifying agriculture akan mendorong petani mengoptimalkan operasional produksinya dengan menggunakan listrik alih-alih diesel. Selain lebih murah, juga lebih ramah lingkungan.
Baca juga: PLN siap salurkan stimulus listrik periode Februari 2021
Dalam kunjungan ke pelaku usaha pertanian hidroponik di Desa Penebel Tabanan pada Jumat (12/2), Adi Priyanto menyampaikan dukungannya terhadap petani modern yang memanfaatkan teknologi hidroponik sehingga bahan sayuran dapat dikonsumsi dalam wujud yang lebih sehat yakni bebas pestisida.
"Penggunaan hidroponik membutuhkan pompa yang beroperasi hingga 24 jam untuk memberikan nutrisi kepada tanaman, sehingga paling tepat menggunakan pompa listrik yang lebih efisien dan murah," katanya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Desa Penebel, I Gusti Agung Ketut Sastrawan, mengatakan pihaknya bertekad untuk menjadikan Desa Penebel sebagai sentra penghasil sayuran dengan metode hidroponik.
"Kami akan membuat Desa Penebel terkenal sebagai penghasil sayur organik melalui metode pertanian hidroponik, untuk itu teknologi pompa sebagai syarat keberlangsungan pertumbuhan tanaman lebih tepat menggunakan listrik, sehingga lebih murah dan efisien bagi petani," jelasnya.
Senada dengan itu, pemilik usaha hidroponik I Putu Agus Mahardika mengatakan tanaman hidroponik sangat bergantung pada ketersediaan air dan nutrisi yang ditopang oleh pompa listrik selama 24 jam.
"Kami berharap metode ini dapat diaplikasikan di masyarakat umum, sehingga masyarakat dapat membuat sendiri hidroponik di rumah dalam skala kecil untuk dapat mendukung ketahanan pangan," katanya.
Baca juga: PLN Peduli-Pokdarwis Jembrana tanam pohon di Sungai "Ambengan Ijo Gading"
Kunjungan dilanjutkan dengan mengunjungi petani di Baturiti Tabanan. I Ketut Budiarta selaku pelaku usaha pertanian telah beralih menggunakan penggilingan padi yang dioperasikan menggunakan listrik.
"Kami lakukan pengajuan tambah daya dari 33 kVA ke 105 kVA, ini jauh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan diesel yang harganya mahal dan susah didapat," jelasnya.
Budiarta menjelaskan dalam sebulan ia mampu mengeluarkan biaya yang besar untuk pembelian solar yang digunakan untuk menyalakan mesin penggiling padi, sedangkan biaya tersebut jauh berkurang hingga 40-45 persen setelah beralih menggunakan listrik. "Ini merupakan investasi yang tepat, selain efisien, produktivitas juga meningkat," katanya.
Dalam rapat terbatas PLN UID Bali untuk membahas potensi pertanian di Bali, Adi Priyanto menyampaikan bahwa untuk mengakselerasi program Electrifying Agriculture ini, pihaknya sedang melakukan pemetaan untuk mendukung pertanian di Bali. Pemetaan ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi-potensi sektor pertanian di Bali yang dapat dikembangkan.
Selain itu, saat ini PLN Pusat juga telah melakukan Kerjasama dengan Mitra Bank BUMN yang mampu menyediakan layanan perbankan berupa pembiayaan bagi para pelanggan atau calon pelanggan yang akan digunakan untuk dapat berpartisipasi dalam program Electrifying Agriculture dari PLN.
Baca juga: PLN raih pembiayaan dari AIIB untuk bangun jaringan Jatim-Bali
Kerja sama ini sudah sepatutnya dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha pertanian, selain peningkatan produktivitas, efisiensi biaya, juga diharapkan mampu meningkatkan daya saing usaha tani dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
"Program Electrifying Agriculture ini merupakan bagian dari semangat transformasi PLN pilar Customer Focus dan Innovative dalam meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau dan andal untuk masyarakat Indonesia. Tidak terbatas pada sektor pertanian saja, namun juga sektor lainnya seperti perikanan, perkebunan dan peternakan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Layanan PLN kepada pelaku usaha sektor pertanian ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi hingga 40 persen pelaku usaha tani," kata General Manager PLN UID Bali, Adi Priyanto, dalam keterangan tertulis yang diterima, Minggu.
Ia mengharapkan melalui electrifying agriculture akan mendorong petani mengoptimalkan operasional produksinya dengan menggunakan listrik alih-alih diesel. Selain lebih murah, juga lebih ramah lingkungan.
Baca juga: PLN siap salurkan stimulus listrik periode Februari 2021
Dalam kunjungan ke pelaku usaha pertanian hidroponik di Desa Penebel Tabanan pada Jumat (12/2), Adi Priyanto menyampaikan dukungannya terhadap petani modern yang memanfaatkan teknologi hidroponik sehingga bahan sayuran dapat dikonsumsi dalam wujud yang lebih sehat yakni bebas pestisida.
"Penggunaan hidroponik membutuhkan pompa yang beroperasi hingga 24 jam untuk memberikan nutrisi kepada tanaman, sehingga paling tepat menggunakan pompa listrik yang lebih efisien dan murah," katanya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Desa Penebel, I Gusti Agung Ketut Sastrawan, mengatakan pihaknya bertekad untuk menjadikan Desa Penebel sebagai sentra penghasil sayuran dengan metode hidroponik.
"Kami akan membuat Desa Penebel terkenal sebagai penghasil sayur organik melalui metode pertanian hidroponik, untuk itu teknologi pompa sebagai syarat keberlangsungan pertumbuhan tanaman lebih tepat menggunakan listrik, sehingga lebih murah dan efisien bagi petani," jelasnya.
Senada dengan itu, pemilik usaha hidroponik I Putu Agus Mahardika mengatakan tanaman hidroponik sangat bergantung pada ketersediaan air dan nutrisi yang ditopang oleh pompa listrik selama 24 jam.
"Kami berharap metode ini dapat diaplikasikan di masyarakat umum, sehingga masyarakat dapat membuat sendiri hidroponik di rumah dalam skala kecil untuk dapat mendukung ketahanan pangan," katanya.
Baca juga: PLN Peduli-Pokdarwis Jembrana tanam pohon di Sungai "Ambengan Ijo Gading"
Kunjungan dilanjutkan dengan mengunjungi petani di Baturiti Tabanan. I Ketut Budiarta selaku pelaku usaha pertanian telah beralih menggunakan penggilingan padi yang dioperasikan menggunakan listrik.
"Kami lakukan pengajuan tambah daya dari 33 kVA ke 105 kVA, ini jauh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan diesel yang harganya mahal dan susah didapat," jelasnya.
Budiarta menjelaskan dalam sebulan ia mampu mengeluarkan biaya yang besar untuk pembelian solar yang digunakan untuk menyalakan mesin penggiling padi, sedangkan biaya tersebut jauh berkurang hingga 40-45 persen setelah beralih menggunakan listrik. "Ini merupakan investasi yang tepat, selain efisien, produktivitas juga meningkat," katanya.
Dalam rapat terbatas PLN UID Bali untuk membahas potensi pertanian di Bali, Adi Priyanto menyampaikan bahwa untuk mengakselerasi program Electrifying Agriculture ini, pihaknya sedang melakukan pemetaan untuk mendukung pertanian di Bali. Pemetaan ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi-potensi sektor pertanian di Bali yang dapat dikembangkan.
Selain itu, saat ini PLN Pusat juga telah melakukan Kerjasama dengan Mitra Bank BUMN yang mampu menyediakan layanan perbankan berupa pembiayaan bagi para pelanggan atau calon pelanggan yang akan digunakan untuk dapat berpartisipasi dalam program Electrifying Agriculture dari PLN.
Baca juga: PLN raih pembiayaan dari AIIB untuk bangun jaringan Jatim-Bali
Kerja sama ini sudah sepatutnya dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha pertanian, selain peningkatan produktivitas, efisiensi biaya, juga diharapkan mampu meningkatkan daya saing usaha tani dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
"Program Electrifying Agriculture ini merupakan bagian dari semangat transformasi PLN pilar Customer Focus dan Innovative dalam meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau dan andal untuk masyarakat Indonesia. Tidak terbatas pada sektor pertanian saja, namun juga sektor lainnya seperti perikanan, perkebunan dan peternakan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021