Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sudah menerbitkan izin operasional Laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Buleleng, Bali, sehingga laboratorium itu sudah bisa dioperasikan secara mandiri.
Keterangan tertulis dari Humas Pemkab Buleleng yang diterima, Sabtu, menyebutkan Sekda Kabupaten Buleleng Gede Suyasa menerima kepastian itu setelah kedatangan staf khusus Menteri Kesehatan di RSUD Buleleng, Jumat (27/11).
Namun, kata Gede Suyasa, izin operasional Laboratorium PCR di RSUD Buleleng sudah turun pada hari Rabu (25/11). Dengan izin operasional tersebut, RSUD Buleleng sudah bisa menjalankan laboratorium PCR tersebut secara mandiri, sekaligus bisa melaporkan langsung hasil dari pemeriksaan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) RI.
“Hasilnya tidak lagi melalui pihak provinsi. Proses pemberian izin cukup cepat setelah diverifikasi sekali. Tentunya dengan analisa-analisa yang sudah dibuat oleh pemerintah pusat,” jelasnya.
Baca juga: Laboratorium PCR di Buleleng sudah dapat lakukan tes usap mandiri
Menurut dia, dengan diberikannya izin operasional, secara persyaratan ataupun perlengkapan dirasa sudah mencukupi.
"Tidak ada yang perlu ditambah lagi, kecuali Sumber Daya Manusia (SDM) yang perlu dilatih untuk bisa bertugas di Laboratorium PCR. Pelatihannya cukup di Buleleng. Tidak perlu lagi ke Denpasar. Itu mengingat karena sudah ada SDM yang mampu melakukan," katanya.
Selain itu, laboratoriumnya juga sudah ada dengan alat yang ada. Dengan sudah dilatihnya SDM lain dan dirasa sudah cukup untuk membantu tim yang sudah ada, selanjutnya bisa diterapkan sistem shift secara bergantian. Tidak hanya tim saat ini saja yang hanya satu shift.
"Untuk saat ini masih bisa ditangani karena pasien COVID-19 tidak terlalu banyak. Masih sangat bisa ditangani. Tentunya kita berharap tidak ada penambahan jumlah kasus. Tapi jika misalnya ada peningkatan, harus disiapkan,” katanya.
Baca juga: Pemkab Buleleng hibahkan tanah untuk Kantor Loka POM
Mengenai SDM di Laboratorium PCR, Direktur RSUD Buleleng Putu Arya Nugraha menyebutkan hal tersebut sangat tergantung dari tren kasus yang terjadi.
Pada intinya, Laboratorium PCR RSUD Buleleng sudah mempunyai tenaga terlatih yang diupayakan untuk menjadi pendidik bagi tenaga kesehatan lainnya. Jika kasusnya meningkat, SDM lain akan dimobilisasi untuk magang bekerja bersama tim yang sudah terlatih.
"Pada akhirnya, mereka sudah bisa secara mandiri,” katanya.
Untuk saat ini, terdapat satu orang dokter ahli patologi dan lima orang analis di laboratorium PCR RSUD Buleleng, termasuk SDM penunjang seperti tim IT dan administrator.
Untuk pemanfaatan PCR bagi kabupaten lain, sudah dapat diterima. Namun, masih dalam satu shift kerja. “Baru saja kami membuat surat edaran,” kata Arya Nugraha.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Keterangan tertulis dari Humas Pemkab Buleleng yang diterima, Sabtu, menyebutkan Sekda Kabupaten Buleleng Gede Suyasa menerima kepastian itu setelah kedatangan staf khusus Menteri Kesehatan di RSUD Buleleng, Jumat (27/11).
Namun, kata Gede Suyasa, izin operasional Laboratorium PCR di RSUD Buleleng sudah turun pada hari Rabu (25/11). Dengan izin operasional tersebut, RSUD Buleleng sudah bisa menjalankan laboratorium PCR tersebut secara mandiri, sekaligus bisa melaporkan langsung hasil dari pemeriksaan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) RI.
“Hasilnya tidak lagi melalui pihak provinsi. Proses pemberian izin cukup cepat setelah diverifikasi sekali. Tentunya dengan analisa-analisa yang sudah dibuat oleh pemerintah pusat,” jelasnya.
Baca juga: Laboratorium PCR di Buleleng sudah dapat lakukan tes usap mandiri
Menurut dia, dengan diberikannya izin operasional, secara persyaratan ataupun perlengkapan dirasa sudah mencukupi.
"Tidak ada yang perlu ditambah lagi, kecuali Sumber Daya Manusia (SDM) yang perlu dilatih untuk bisa bertugas di Laboratorium PCR. Pelatihannya cukup di Buleleng. Tidak perlu lagi ke Denpasar. Itu mengingat karena sudah ada SDM yang mampu melakukan," katanya.
Selain itu, laboratoriumnya juga sudah ada dengan alat yang ada. Dengan sudah dilatihnya SDM lain dan dirasa sudah cukup untuk membantu tim yang sudah ada, selanjutnya bisa diterapkan sistem shift secara bergantian. Tidak hanya tim saat ini saja yang hanya satu shift.
"Untuk saat ini masih bisa ditangani karena pasien COVID-19 tidak terlalu banyak. Masih sangat bisa ditangani. Tentunya kita berharap tidak ada penambahan jumlah kasus. Tapi jika misalnya ada peningkatan, harus disiapkan,” katanya.
Baca juga: Pemkab Buleleng hibahkan tanah untuk Kantor Loka POM
Mengenai SDM di Laboratorium PCR, Direktur RSUD Buleleng Putu Arya Nugraha menyebutkan hal tersebut sangat tergantung dari tren kasus yang terjadi.
Pada intinya, Laboratorium PCR RSUD Buleleng sudah mempunyai tenaga terlatih yang diupayakan untuk menjadi pendidik bagi tenaga kesehatan lainnya. Jika kasusnya meningkat, SDM lain akan dimobilisasi untuk magang bekerja bersama tim yang sudah terlatih.
"Pada akhirnya, mereka sudah bisa secara mandiri,” katanya.
Untuk saat ini, terdapat satu orang dokter ahli patologi dan lima orang analis di laboratorium PCR RSUD Buleleng, termasuk SDM penunjang seperti tim IT dan administrator.
Untuk pemanfaatan PCR bagi kabupaten lain, sudah dapat diterima. Namun, masih dalam satu shift kerja. “Baru saja kami membuat surat edaran,” kata Arya Nugraha.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020