Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Putri Suastini Koster mengajak masyarakat di daerah itu untuk menggiatkan mengelola sampah mulai dari lingkungan rumah tangga.
"Dalam menyelesaikan permasalahan sampah ini, kita perlu ketahui terlebih dahulu akarnya. Jika tidak diselesaikan dari sumbernya dulu, maka permasalahan itu terutama tentang sampah akan terus muncul," kata Putri Koster saat menjadi pembicara utama dalam diskusi secara daring di Denpasar, Kamis.
Menurut pendamping orang nomor satu di Pemprov Bali itu, permasalahan sampah menjadi momok di mana-mana, termasuk di Bali. Kebanyakan sampah yang dihasilkan itu bersumber dari rumah tangga.
"Oleh karena itu, pengelolaan yang baik dari lingkup rumah tangga terlebih dahulu, bisa mengurangi permasalahan sampah secara signifikan," pada diskusi bertajuk 'Hidup Sehat dan Bernilai Ekonomi melalui Pengolahan Sampah Rumah Tangga dan Pemanfaatan Pekarangan Rumah' itu.
Dalam diskusi yang diadakan oleh Keluarga Besar Mahasiswa Hindu Dharma Undiknas itu, Putri Koster menambahkan, pengelolaan sampah keluarga selain bermanfaat untuk lingkungan, juga bernilai ekonomi untuk keluarga.
"Jika kita bisa mengolah sampah dan menjadikannya pupuk organik. Tentu ini bernilai ekonomis untuk keluarga," ujarnya dalam diskusi virtual yang menghadirkan narasumber Dr AAA Ngr Tini Rusmini Gorda SH MM MH, Ni Putu Nathania Putri Saraswati, Ni Nyoman Santi ST MSc dan Rosa Vivien Ratnawati SH MSD itu.
Baca juga: 12.500 krama Bali ikuti 'Gerakan Bersih Pulau Dalam Satu Hari!'
Kepada sekitar 200 peserta webinar yang didominasi mahasiswa itu, ia juga mengingatkan mahasiswa untuk terus memperhatikan lingkungan, tidak hanya lingkungan rumah.
"Jangan cuma kita berpikir setiap hari memasak, mengumpulkan sampah baik organik maupun bukan dalam satu wadah, setelah itu tinggalkan di luar rumah untuk diangkut. Akan lebih bijak jika kita kelola dulu sebagai bentuk perhatian kita pada lingkungan," ujarnya.
Sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Putri Koster mengatakan jika organisasi yang dipimpinnya selalu bersinergi dengan pemerintah untuk menyosialisaikan program pemerintah, terutama dalam penanggulangan sampah plastik.
Ia menambahkan, Pemprov Bali melalui inisiatif Gubernur Wayan Koster telah mengeluarkan kebijakan terkait penanggulangan sampah di Bali, yaitu Pergub No 97 tahun Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbunan sampah Plastik Sekali Pakai, serta Pergub Nomor 47 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber.
"Regulasi-regulasi tersebut bertujuan untuk mengurangi timbunan sampah plastik serta mengelola sampah agar ramah terhadap lingkungan," katanya.
Selain itu, Putri Koster juga berkesempatan menjelaskan salah satu program pokok PKK yang berkaitan juga dengan lingkungan yaitu HATINYA (Halaman Asri, Teratur, Indah dan Nyaman) PKK. Program ini bertujuan untuk memenuhi pangan keluarga dengan menanam kebutuhan sehari-hari seperti bumbu dan sayuran untuk dikonsumsi keluarga.
"Di masa pandemi COVID-19 ini telah memaksa kita untuk berdiam diri di rumah dan berkumpul dengan keluarga. Kegiatan ini selain bisa memenuhi gizi keluarga, juga bisa mendekatkan kita dengan anggota keluarga," ujarnya.
Apalagi, jika pengelolaan sampah di rumah tangga sudah baik, maka pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan sampah rumah tangga juga bisa diaplikasikan untuk tanaman di pekarangan rumah.
"Maka dari itu, dalam era New Normal kali ini, yuk kita kembali ke era lama, dengan lebih mendekatkan diri ke alam, lebih peduli dengan lingkungan serta membawa etos kerja yang tulus dan gigih. Kita lakukan hal-hal kecil yang tidak hanya berguna untuk manusia, tapi juga untuk lingkungan," katanya.
Baca juga: DPRD Bali-Kota Surabaya jajaki kerja sama penanganan sampah
Sementara itu, para pembicara sepakat jika akhir-akhir ini merupakan masa yang sangat sulit untuk masyarakat terutama dalam kehidupan sosial ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.
Namun perlu diingat, wabah ini juga memberikan sisi lain yang positif untuk alam. Seperti yang dijelaskan oleh Ni Nyoman Santi bahwa tercatat beberapa bulan terakhir ini lingkungan telah memulihkan diri melalui penurunan emisi karbon hingga terjadi pengurangan timbulan sampah.
Untuk itu, ia berpendapat sudah saatnya dalam era new normal ini untuk kembali menggencarkan pengolahan sampah lingkup rumah tangga.
"Hal itu bisa dimulai dengan memilah sampah organik dan anorganik, kemudian dilanjutkan dengan daur ulang bagi sampah non-organik," katanya.
Sementara itu Rossa Vivien Ratnawati yang merupakan Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan pentingnya pemilahan sampah di rumah tangga. Selain berguna untuk lingkungan, pemilahan sampah juga membawa nilai ekonomi untuk masyarakat.
"Sampah daur ulang seperti plastik, botol dan kaleng menurutnya bisa dijual ke bank sampah, dan omzet bank sampah di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat," katanya.
Tini Rusmini Gorda pada kesempatan itu menyampaikan materi bertajuk "Hadapi New Normal Ubah Pekarangan Rumah Bernilai Ekonomi". Ia mengajak para peserta selain menerapkan protokol kesehatan di era normal baru ini, juga memanfaatkan pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Salah satu cara cerdas dan asyik saya saat di rumah saja, ya dengan memanfaatkan pekarangan, bisa berkebun dan ini memenuhi kebutuhan keluarga pula," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Dalam menyelesaikan permasalahan sampah ini, kita perlu ketahui terlebih dahulu akarnya. Jika tidak diselesaikan dari sumbernya dulu, maka permasalahan itu terutama tentang sampah akan terus muncul," kata Putri Koster saat menjadi pembicara utama dalam diskusi secara daring di Denpasar, Kamis.
Menurut pendamping orang nomor satu di Pemprov Bali itu, permasalahan sampah menjadi momok di mana-mana, termasuk di Bali. Kebanyakan sampah yang dihasilkan itu bersumber dari rumah tangga.
"Oleh karena itu, pengelolaan yang baik dari lingkup rumah tangga terlebih dahulu, bisa mengurangi permasalahan sampah secara signifikan," pada diskusi bertajuk 'Hidup Sehat dan Bernilai Ekonomi melalui Pengolahan Sampah Rumah Tangga dan Pemanfaatan Pekarangan Rumah' itu.
Dalam diskusi yang diadakan oleh Keluarga Besar Mahasiswa Hindu Dharma Undiknas itu, Putri Koster menambahkan, pengelolaan sampah keluarga selain bermanfaat untuk lingkungan, juga bernilai ekonomi untuk keluarga.
"Jika kita bisa mengolah sampah dan menjadikannya pupuk organik. Tentu ini bernilai ekonomis untuk keluarga," ujarnya dalam diskusi virtual yang menghadirkan narasumber Dr AAA Ngr Tini Rusmini Gorda SH MM MH, Ni Putu Nathania Putri Saraswati, Ni Nyoman Santi ST MSc dan Rosa Vivien Ratnawati SH MSD itu.
Baca juga: 12.500 krama Bali ikuti 'Gerakan Bersih Pulau Dalam Satu Hari!'
Kepada sekitar 200 peserta webinar yang didominasi mahasiswa itu, ia juga mengingatkan mahasiswa untuk terus memperhatikan lingkungan, tidak hanya lingkungan rumah.
"Jangan cuma kita berpikir setiap hari memasak, mengumpulkan sampah baik organik maupun bukan dalam satu wadah, setelah itu tinggalkan di luar rumah untuk diangkut. Akan lebih bijak jika kita kelola dulu sebagai bentuk perhatian kita pada lingkungan," ujarnya.
Sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Putri Koster mengatakan jika organisasi yang dipimpinnya selalu bersinergi dengan pemerintah untuk menyosialisaikan program pemerintah, terutama dalam penanggulangan sampah plastik.
Ia menambahkan, Pemprov Bali melalui inisiatif Gubernur Wayan Koster telah mengeluarkan kebijakan terkait penanggulangan sampah di Bali, yaitu Pergub No 97 tahun Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbunan sampah Plastik Sekali Pakai, serta Pergub Nomor 47 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber.
"Regulasi-regulasi tersebut bertujuan untuk mengurangi timbunan sampah plastik serta mengelola sampah agar ramah terhadap lingkungan," katanya.
Selain itu, Putri Koster juga berkesempatan menjelaskan salah satu program pokok PKK yang berkaitan juga dengan lingkungan yaitu HATINYA (Halaman Asri, Teratur, Indah dan Nyaman) PKK. Program ini bertujuan untuk memenuhi pangan keluarga dengan menanam kebutuhan sehari-hari seperti bumbu dan sayuran untuk dikonsumsi keluarga.
"Di masa pandemi COVID-19 ini telah memaksa kita untuk berdiam diri di rumah dan berkumpul dengan keluarga. Kegiatan ini selain bisa memenuhi gizi keluarga, juga bisa mendekatkan kita dengan anggota keluarga," ujarnya.
Apalagi, jika pengelolaan sampah di rumah tangga sudah baik, maka pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan sampah rumah tangga juga bisa diaplikasikan untuk tanaman di pekarangan rumah.
"Maka dari itu, dalam era New Normal kali ini, yuk kita kembali ke era lama, dengan lebih mendekatkan diri ke alam, lebih peduli dengan lingkungan serta membawa etos kerja yang tulus dan gigih. Kita lakukan hal-hal kecil yang tidak hanya berguna untuk manusia, tapi juga untuk lingkungan," katanya.
Baca juga: DPRD Bali-Kota Surabaya jajaki kerja sama penanganan sampah
Sementara itu, para pembicara sepakat jika akhir-akhir ini merupakan masa yang sangat sulit untuk masyarakat terutama dalam kehidupan sosial ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.
Namun perlu diingat, wabah ini juga memberikan sisi lain yang positif untuk alam. Seperti yang dijelaskan oleh Ni Nyoman Santi bahwa tercatat beberapa bulan terakhir ini lingkungan telah memulihkan diri melalui penurunan emisi karbon hingga terjadi pengurangan timbulan sampah.
Untuk itu, ia berpendapat sudah saatnya dalam era new normal ini untuk kembali menggencarkan pengolahan sampah lingkup rumah tangga.
"Hal itu bisa dimulai dengan memilah sampah organik dan anorganik, kemudian dilanjutkan dengan daur ulang bagi sampah non-organik," katanya.
Sementara itu Rossa Vivien Ratnawati yang merupakan Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan pentingnya pemilahan sampah di rumah tangga. Selain berguna untuk lingkungan, pemilahan sampah juga membawa nilai ekonomi untuk masyarakat.
"Sampah daur ulang seperti plastik, botol dan kaleng menurutnya bisa dijual ke bank sampah, dan omzet bank sampah di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat," katanya.
Tini Rusmini Gorda pada kesempatan itu menyampaikan materi bertajuk "Hadapi New Normal Ubah Pekarangan Rumah Bernilai Ekonomi". Ia mengajak para peserta selain menerapkan protokol kesehatan di era normal baru ini, juga memanfaatkan pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Salah satu cara cerdas dan asyik saya saat di rumah saja, ya dengan memanfaatkan pekarangan, bisa berkebun dan ini memenuhi kebutuhan keluarga pula," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020