Ketua Satgas Penanggulangan COVID-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra meminta agar masyarakat di daerah itu tidak mengucilkan pekerja migran Indonesia yang baru datang, yang mayoritas sebelumnya merupakan ABK kapal pesiar di tengah kondisi pandemi COVID-19
"Semua pihak khususnya Kasatgas Desa bersama penglingsir (tokoh masyarakat) terus melakukan sosialisasi kepada warganya agar tidak menolak, menjauhi, apalagi mengucilkan pekerja migran Indonesia yang baru dan akan datang, karena mereka adalah anak-anak kita," kata Dewa Indra saat bertemu dengan Ketua Satgas COVID-19 Kabupaten Tabanan dan Tim Satgas Desa dan Desa Adat di Tabanan, Minggu.
Menurut dia, para ABK kapal pesiar, selain pejuang devisa, mereka juga pejuang bagi keluarganya, mereka terpaksa kembali pun itu karena wabah dan bencana.
"Mereka adalah tetap warga Bali yang harus dilindungi hak dan keselamatannya. Jika kita tolak mereka, terus mau dibawa ke mana lagi mereka," ucapnya mempertanyakan.
Dewa Indra meminta jangan pernah menolak jika wilayah tertentu dijadikan sebagai tempat karantina karena sudah dengan pengawasan yang ketat.
Pihaknya juga menambahkan bahwa penularan COVID-19 bukan melalui udara melainkan dari cairan yang ke luar akibat bersin dan batuk yang kemudian ditutup dengan tangan lalu tangan tidak dicuci melainkan menyentuh benda-benda lain termasuk bersalaman.
"Dari inilah kita yang sehat wajib menjaga kesehatan diri dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat salah satunya rajin mencuci tangan," ujarnya yang juga Sekda Bali itu.
Dewa Indra yang didampingi Kepala Dinas PMD Provinsi Bali I Putu Anom Agustina, Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Adat AA Kartika dan Kepala Pelaksana BPBD I Made Rentin mengunjungi enam lokasi yakni Desa Adat Kota Tabanan, Desa Delod Peken, Desa Dajan peken, Desa Denbantas, Desa Adat Bentingguh Kabupaten Tabanan dan Terminal Mengwi Kabupaten Badung.
Dari data yang didapat sebanyak 712 pekerja migran Indonesia atau pelaku perjalanan asal Tabanan yang datang dan sudah dilengkapi surat keterangan sehat, cek suhu tubuh, rapid test di Bandara Ngurah Rai dan dinyatakan negatif COVID-19.
Sementara jika ada pekerja migran Indonesia yang datang lebih awal dan belum menjalani "rapid test", Dewa Indra meminta agar mereka tetap melakukan isolasi mandiri secara ketat bahkan jika perlu melakukan "rapid test".
Selain pekerja migran Indonesia, ABK dan pelaku perjalanan yang datang melalui Bandara Ngurah Rai, Tabanan juga kedatangan sejumlah santri asal Jawa Timur yang memang berdomisili di Tabanan.
Untuk data terakhir, santri yang sudah datang melalui Terminal Pesiapan sebanyak 74 orang pada Sabtu (4/4), 28 orang untuk hari ini dan 25 orang pada Sabtu pekan lalu.
Untuk ke depannya. Dewa Indra juga meminta kerja sama Ketua Dewan Masjid se-Tabanan untuk turut mengawasi para santri mereka yang baru datang dari luar Bali.
Untuk mendukung pengobatan khususnya karantina bagi pasien dalam pengawasan, Pemerintah Kabupaten Tabanan sudah menyiapkan tujuh kamar isolasi di RSUD Tabanan, dan sedang disiapkan 100 kamar isolasi di RS Nyitdah, Kediri Kabupaten Tabanan.
Tim Satgas sebagai ujung tombak dalam mengawasi pekerja migran Indonesia dan santri yang datang diharapkan menguatkan upaya sosialisasi dan kolaborasi pemahaman bagi masyarakat yang belum mengerti terkait penyebaran virus ini.
Secara tidak langsung penyebaran COVID-19 dapat terjadi dengan dua cara yakni diakibatkan secara imported case, yakni dari yang sudah terjangkit di negara asal dia bekerja (zona merah) dan yang kedua adalah melalui transmisi lokal yang diakibatkan oleh penyebaran satu orang yang tadi ke tengah lingkungannya, yang dimulai dari keluarga terdekat, teman teman dan kemudian meluas ke tengah lingkungannya.
Kepala Desa Denbantas Ida Bagus Made Surya Perbawa mengatakan pihaknya secara khusus membuat data pekerja migran Indonesia asal wilayahnya yang sudah datang kembali.
Kemudian melakukan pengawasan secara intensif kepada mereka agar tetap melakukan isolasi diri selama 14 hari di rumah masing-masing. Hal ini tertib dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona di tengah warga yang menetap di Bali khususnya Tabanan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Semua pihak khususnya Kasatgas Desa bersama penglingsir (tokoh masyarakat) terus melakukan sosialisasi kepada warganya agar tidak menolak, menjauhi, apalagi mengucilkan pekerja migran Indonesia yang baru dan akan datang, karena mereka adalah anak-anak kita," kata Dewa Indra saat bertemu dengan Ketua Satgas COVID-19 Kabupaten Tabanan dan Tim Satgas Desa dan Desa Adat di Tabanan, Minggu.
Menurut dia, para ABK kapal pesiar, selain pejuang devisa, mereka juga pejuang bagi keluarganya, mereka terpaksa kembali pun itu karena wabah dan bencana.
"Mereka adalah tetap warga Bali yang harus dilindungi hak dan keselamatannya. Jika kita tolak mereka, terus mau dibawa ke mana lagi mereka," ucapnya mempertanyakan.
Dewa Indra meminta jangan pernah menolak jika wilayah tertentu dijadikan sebagai tempat karantina karena sudah dengan pengawasan yang ketat.
Pihaknya juga menambahkan bahwa penularan COVID-19 bukan melalui udara melainkan dari cairan yang ke luar akibat bersin dan batuk yang kemudian ditutup dengan tangan lalu tangan tidak dicuci melainkan menyentuh benda-benda lain termasuk bersalaman.
"Dari inilah kita yang sehat wajib menjaga kesehatan diri dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat salah satunya rajin mencuci tangan," ujarnya yang juga Sekda Bali itu.
Dewa Indra yang didampingi Kepala Dinas PMD Provinsi Bali I Putu Anom Agustina, Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Adat AA Kartika dan Kepala Pelaksana BPBD I Made Rentin mengunjungi enam lokasi yakni Desa Adat Kota Tabanan, Desa Delod Peken, Desa Dajan peken, Desa Denbantas, Desa Adat Bentingguh Kabupaten Tabanan dan Terminal Mengwi Kabupaten Badung.
Dari data yang didapat sebanyak 712 pekerja migran Indonesia atau pelaku perjalanan asal Tabanan yang datang dan sudah dilengkapi surat keterangan sehat, cek suhu tubuh, rapid test di Bandara Ngurah Rai dan dinyatakan negatif COVID-19.
Sementara jika ada pekerja migran Indonesia yang datang lebih awal dan belum menjalani "rapid test", Dewa Indra meminta agar mereka tetap melakukan isolasi mandiri secara ketat bahkan jika perlu melakukan "rapid test".
Selain pekerja migran Indonesia, ABK dan pelaku perjalanan yang datang melalui Bandara Ngurah Rai, Tabanan juga kedatangan sejumlah santri asal Jawa Timur yang memang berdomisili di Tabanan.
Untuk data terakhir, santri yang sudah datang melalui Terminal Pesiapan sebanyak 74 orang pada Sabtu (4/4), 28 orang untuk hari ini dan 25 orang pada Sabtu pekan lalu.
Untuk ke depannya. Dewa Indra juga meminta kerja sama Ketua Dewan Masjid se-Tabanan untuk turut mengawasi para santri mereka yang baru datang dari luar Bali.
Untuk mendukung pengobatan khususnya karantina bagi pasien dalam pengawasan, Pemerintah Kabupaten Tabanan sudah menyiapkan tujuh kamar isolasi di RSUD Tabanan, dan sedang disiapkan 100 kamar isolasi di RS Nyitdah, Kediri Kabupaten Tabanan.
Tim Satgas sebagai ujung tombak dalam mengawasi pekerja migran Indonesia dan santri yang datang diharapkan menguatkan upaya sosialisasi dan kolaborasi pemahaman bagi masyarakat yang belum mengerti terkait penyebaran virus ini.
Secara tidak langsung penyebaran COVID-19 dapat terjadi dengan dua cara yakni diakibatkan secara imported case, yakni dari yang sudah terjangkit di negara asal dia bekerja (zona merah) dan yang kedua adalah melalui transmisi lokal yang diakibatkan oleh penyebaran satu orang yang tadi ke tengah lingkungannya, yang dimulai dari keluarga terdekat, teman teman dan kemudian meluas ke tengah lingkungannya.
Kepala Desa Denbantas Ida Bagus Made Surya Perbawa mengatakan pihaknya secara khusus membuat data pekerja migran Indonesia asal wilayahnya yang sudah datang kembali.
Kemudian melakukan pengawasan secara intensif kepada mereka agar tetap melakukan isolasi diri selama 14 hari di rumah masing-masing. Hal ini tertib dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona di tengah warga yang menetap di Bali khususnya Tabanan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020