Pemerintah Kabupaten Klungkung, Bali, berusaha meningkatkan nilai ekonomis Garam Tradisional Kusamba lewat Sertifikasi Indikasi Geogafis (SIG) yang dilakukan oleh Badan Ekonomi Kreatif.

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengemukakan hal itu saat menghadiri acara Finalisasi Fasilitasi Pendaftaran Indikasi Geogafis Garam Kusamba Bali di Kantor Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Jumat.

Acara tersebut dihadiri Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Badan Ekonomi Kreatif Ahmad Rekotomo, Kasubdit Pengelolaan HKI Immanuel Rano Rohi, danTim Ahli Indikasi Geografis, Riyaldi.

"Sertifikat Indikasi Geografis ini bertujuan untuk melindungi Garam Kusamba dari pemalsuan dan menjaga kualitas yang sudah sangat terkenal sejak masa kerajaan Klungkung," katanya.

Selain itu, dengan sertifikasi ini akan dapat meningkatkan nilai ekonomi Garam Kusamba sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku usaha Garam Kusamba, khususnya masyarakat Kusamba sendiri.

"Sejak dulu, Garam Kusamba sudah dikenal secara luas. Tidak hanya oleh masyarakat lokal, namun juga ke luar Pulau Bali, bahkan hingga ke mancanegara seperti Jepang, namun sejauh ini Garam Kusamba ini ternyata belum mampu memberikan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Bahkan, belakangan ini produksi garam tradisional Kusamba cenderung hampir mati suri, padahal permintaan dan pasar cukup luas.

"Apa yang dilaksanakan ini adalah upaya mendukung Garam Kusamba hingga bisa menjadi garam beryodium dan nanti bisa masuk pasar modern," katanya.

Untuk itu, "branding" Garam Kusamba harus benar-benar kuat dan jangan sampai diakui oleh orang atau daerah lain, karena itu Garam Tradisional Kusamba didaftarkan lewat indikasi geografis.

Pihaknya juga berharap promosi dan pemasaran SIG akan mendorong nilai harga Garam Kusamba menjadi lebih tinggi sehingga masyarakat berminat kembali menjadi petani. Untuk mendukung program ini, Bupati Suwirta mengaku sudah banyak memberikan tanah negara melalui Kantor Pertanahan.

Harapannya nanti masyarakat sekitarnya bisa memanfaatkan untuk kembali menjadi petani Garam Tradisional Kusamba. Tidak hanya produk garamnya, namun juga proses produksinya yang masih menggunakan metode tradisional dan bisa dikatakan primitif akan dapat menjadi magnet bagi pariwisata.

Baca juga: Kemenko kemaritiman dorong garam laut produksi Bali

Sementara itu, Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Badan Ekonomi Kreatif Ahmad Rekotomo mengatakan Garam Tradisional Kusamba telah didaftarkan ke Badan Bekraf dan ini merupakan tahap final dari proses sertifikasi.

"Dengan didaftarkannya Garam Kusamba ini maka akan otomatis meningkatkan daya saing terhadap produk kreatif ini di pasaran," katanya.

Harga Garam Kusamba Bali Alami saat ini ditingkat petani garam adalah Rp20.000 per kilogram, Harga ini berlaku untuk Garam Kusamba Bali kualitas atau mutu 1. Garam Kusamba Bali kualitas atau mutu 2 ditingkat petani garam saat ini adalah Rp10.000 per kg.

Baca juga: Klungkung tingkatkan produksi garam beryodium

Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap petani garam dapat menghasilkan 15-20 kg Garam Kusamba Bali per hari. Sekitar 3/4 bagiannya adalah Garam Kusamba Bali mutu 1, dan sekitar 1/4 bagian lainnya merupakan Garam Kusamba Bali mutu 2.

Sebagian Garam Kusamba Bali, terutama yang mutu 2 diolah kembali menjadi Garam Kusamba Bali Beryodium dengan menambahkan Yodium. Garam Kusamba Bali Beryodium saat ini dijual dengan nama Merek Uyah Kusamba Bali dengan harga Rp23.000 Per kg dalam berbagai bentuk dan ukuran kemasan sesuai permintaan konsumen.

Baca juga: Luhut: hentikan impor garam

Dalam waktu yang sama (18/10), Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta didampingi Ny. Ayu Suwirta juga kembali memimpin aksi perburuan sampah plastik di Dawan, Kabupaten Klungkung. Aksi yang ketujuh kali ini dilakukan di Pelabuhan Kampung Kusamba, Kecamatan Dawan.

Gerakan Semesta Berencana Bali Resik Sampah Plastik ini merupakan program Pemerintah Provinsi Bali yang dicetus Gubernur Bali Wayan Koster guna memerangi sampah plastik di seluruh Bali.

Baca juga: Bupati Klungkung Rancang Pemberdayaan Petani Garam
 

Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019