Ketua Tim CORE Universitas Udayana (Unud), Ida Ayu Dwi Giriantari, mengatakan wilayah "Sarbagita" (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) di Bali memiliki potensi sekitar 148 MWp untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.

"Untuk daerah yang potensi itu kami jadikan potret yaitu di kawasan ITDC, bangunan pemerintah dan juga bangunan PLN seluruh Bali, dan saat ini potensinya sekitar 148 MWp, cukup besar jika dimanfaatkan semuanya," katanya setelah peluncuran Peta Jalan PLTS Atap di Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan dalam pengembangan ini tentu ada kendala yang diperhitungkan, yaitu sosialisasi yang kurang terkait dengan potret itu, sehingga banyak masyarakat belum mengetahui potensi PLTS Atap yang begitu besar.

Selain itu, peran dari kebijakan pemerintah untuk mendorong, karena hingga saat ini belum ada kebijakan yang mengharuskan bangunan-bangunan tertentu untuk memanfaatkan PLTS Atap.

"Kendala lainnya yaitu proses bisnis atau secara keekonomian bagaimana hal itu bisa memberi win-win solution kepada masyarakat yang menggunakan juga kepada PLN,  karena PLTS Atap itu nanti akan terhubung dengan jaringan PLN, jadi ada standar-standar tertentu yang harus dipenuhi," jelasnya.

Menurut pimpinan tim yang akrab disapa Dayu itu, pengaruh positifnya bagi pariwisata yang sudah memanfaatkan ini, dapat menaikkan branding pariwisata Bali bahwa Bali mempunyai pariwisata yang bersifat sustainability (keberlanjutan).

Baca juga: Ilmuwan ASEAN kaji solusi penyediaan biofuel untuk energi/tranportasi di Bali

Pihaknya menuturkan bahwa kondisi alam menjadi satu kelemahan energi terbarukan, karena energi itu ada intermitensi atau ketergantungan terhadap kondisi alam. "Dalam kajian ini sudah kami perhitungkan walaupun nanti tentunya tidak benar - benar pasti, ya karena itu alam yang tidak bisa kami kontrol," ucapnya.

Untuk harga pemasangan PLTS Atap yang terkoneksi dengan PLN berkisar Rp15 sampai Rp20 juta per kilowatt untuk kapasitas antara 10 - 20 kWp.

"Kalau kita lihat dari perbankan, sebenarnya sudah diantar juga dan didorong untuk membiayai pembiayaan energi terbarukan cuma mereka masih ada yang buta arah dengan risiko dan sebagainya," ucap Dayu.

Target nasional kapasitas PLTS didistribusikan ke 34 wilayah provinsi di Indonesia dan Bali ditetapkan untuk mencapai kapasitas PLTS sebesar 108 MW pada tahun 2025.

Kapasitas potensi PLTS Atap dari pemangku kepentingan di Bali, berkisar antara 49,504 hingga 129,778 kWp dengan pemanfaatan luas atap bangunan berkisar 25 hingga 60 persen.

Bali juga memiliki potensi energi terbarukan yang besar terutama energi surya. Untuk energi surya di Bali memikiki potensi paling tinggi yaitu 98 persen dari total potensi energi terbarukan yang ada.

Baca juga: Pemprov rancang regulasi pengelolaan energi bersih di Bali

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Energi Sumber Daya Mineral (Kadis Naker dan ESDM) Provinsi Bali, Ida Bagus Ngurah Arda, mengatakan kajian dari Tim Core Unud  dapat dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan.

"Kajian ini bisa jadi dasar kebijakan atau regulasi yang kebetulan saat ini kita sedang disusun dalam Rancangan Peraturan Gubernur tentang Bali Energi Bersih," kata Ida Bagus Ngurah.

Ia menambahkan dalam rancangan itu mengatur penggunaan energi baru terbarukan dengan potensi energi yang ada di Bali, khususnya dari matahari dan air.

"Matahari dan air kan itu yang paling dominan untuk sementara, ya kita dorong penggunaan dan pengembangan energi bersih dan energi bersih terbarukan. Kalau nggak salah ada target nasional itu 23 persen di tahun 2025 dan di Bali kita targetkan di sampai 2023 minimal 10% jadi energi bersama bersumber dari energi baru terbarukan," katanya.

Baca juga: ESDM dorong pemda optimalkan sumber energi terbarukan

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019