Sivitas akademika Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar berkomitmen tidak ingin menambah jumlah pengangguran terdidik di Pulau Dewata, sehingga lulusannya telah dibekali berbagai ilmu dan keterampilan yang menjadikan mereka siap bersaing di pasar kerja.
"Kalau di fakultas kami, masa tunggu lulusan untuk bekerja paling lama dua bulan. Bahkan, belakangan ini hampir tidak ada masa tunggu karena kecenderungan mahasiswa Fakultas Teknik ketika masuk di Semester V itu sudah mulai sambil bekerja, ada yang full time dan ada pula yang freelance," kata Dekan Fakultas Teknik Unhi Denpasar I Komang Gde Santhyasa, ST, MT, dalam acara Yudisium Periode II/2019, di Denpasar, Senin.
Oleh karena sebagian besar lulusan sudah bekerja, lanjut Santhyasa, maka peserta didik di Unhi Denpasar tidaklah berkontribusi menambah pengangguran.
"Kalaupun diantara lulusan ini ketika ada yang ditanya mengatakan 'belum bekerja' pasti dikarenakan 'resign' dari tempat bekerja karena ingin fokus menyelesaikan skripsi. Barangkali mereka mengusung istilah skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai," ujarnya.
Mengutip data dari Kemenristekdikti, lanjut Santhyasa, setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah sarjana namun sedikit yang langsung diterima bekerja. Sekitar 8,8 persen dari total 7 juta pengangguran di Indonesia (sekitar 600 ribu) merupakan sarjana yang menganggur pasca lulus.
"Mengenai prospektif lulusan fakultas teknik sendiri, kita perlu mencoba melihat agenda pembangunan global, nasional, dan daerah (Bali). Saat ini kita berada pada fase agenda global yang dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam SDGs paling tidak ada 3 'goals' yang sangat terkait dengan bidang ilmu teknik sipil dan perencanaan wilayah kota (PWK) yakni pembangunan infrastruktur yang berketahanan, pengurangan kesenjangan antarwilayah dan pembangunan kota-permukiman yang berkelanjutan," katanya.
Dari agenda global ini, belakangan ini Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memfokuskan pembangunan infrastruktur sebagai implementasi dari Nawacita yang salah satunya membangun Indonesia dari pinggiran.
Dalam konteks ini, difokuskan pada 35 wilayah pengembangan strategis (WPS) yang tersebar dari Sabang sampai Merauke termasuk di dalamnya Bali dan wilayah Indonesia Timur. Dari sektor jalan, sektor perumahan, sektor cipta karya, dan sektor sumber daya air.
"Artinya, ruang-ruang prospektif pasar kerja bagi lulusan sarjana teknik sipil dan sarjana PWK sangat terbuka luas. Saat ini sebaran serapan pasar kerja dari alumni FT Unhi selama ini ada di pemerintahan/birokrasi, kontraktor, konsultan, lembaga swadaya masyarakat, bank, berwirausaha/pengusaha," ujarnya.
Selain itu, tambah Santhyasa, arah pembangunan Bali saat ini yang berlandaskan visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali", yang secara umum spiritnya "menjaga manusia Bali, menjaga alam Bali, dan menjaga budaya Bali".
"Ini artinya pembangunan infrastruktur dan pembangunan dalam arti luas di Bali harus memperhatikan spirit dan nilai-nilai tersebut, sehingga dalam konteks pembangunan infrastruktur di Bali tentunya dibutuhkan sarjana-sarjana teknik yang 'plus' memahami budaya Bali. Oleh karena itu, sangat tepat kalau kuliah di Fakultas Teknik Universitas Hindu Indonesia yang berbasiskan pada agama dan kebudayaan," ucapnya.
Baca juga: Unhi Denpasar komit kembangkan prodi ikuti kebutuhan masyarakat
Baca juga: Unhi Denpasar rencanakan buka prodi hukum adat
Untuk memenuhi prospektif pasar kerja tersebut, pihak Unhi Denpasar harus mengimbanginya dengan kemampuan kampus dalam mencetak lulusan yang berdaya saing agar bisa berkompetisi dan memiliki nilai tawar yang tinggi dalam dunia kerja.
"Dalam satu tahun terakhir ini, FT Unhi mencoba mengembangkan iklim akademik yang baik melalui aktivitas akademik yang berbasis pada program studi. Pertama, kurikulum sejalan dengan kebutuhan pasar kerja dan peningkatan kompetensi dosen," katanya.
Yang kedua, perkuliahan berbasis praksis dan preskriptif (studi-studi lapangan). Ketiga, menghadirkan para pakar melalui "public lecture", sarasehan, seminar, FGD dan sebagainya.
Kemudian melalui pelatihan/workshop untuk meningkatkan kemampuan ketrampilan/skill khusus dan terakhir, pengembangan riset-riset yang terkini, yang muaranya pada publikasi (pertemuan ilmiah /seminar call for paper, jurnal, maupun buku).
Sementara itu, Wakil Rektor III Unhi Denpasar, Dr Ir I Wayan Muka meyakini lulusan Teknik Sipil Unhi Denpasar bisa bersaing tidak hanya dari sisi kemampuan akademisnya, tetapi sikap, emosional, dan spiritual.
Selain itu, para mahasiswa selama menempuh pendidikan juga telah dibekali keterampilan praktik metode pelaksanaan proyek, pelatihan program di bidang keteniksipilan seperti mengaplikasikan sebuah rekayasa konstruksi di lapangan dengan metode-metode yang sifatnya berbasis komputer.
Dalam kesempatan yudisium itu diikuti 14 calon sarjana yakni 10 sarjana teknik sipil dan 4 sarjana perencanaan wilayah dan kota. Dengan telah diyudisiumnya ke-14 mahasiswa tersebut, sehingga jumlah alumni FT Unhi Denpasar sampai saat ini sebanyak 165 alumni.
Baca juga: Gubernur Bali Inginkan Unhi Denpasar jadi PTN
Baca juga: Rektor Unhi minta alumni pecahkan masalah daerah
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Kalau di fakultas kami, masa tunggu lulusan untuk bekerja paling lama dua bulan. Bahkan, belakangan ini hampir tidak ada masa tunggu karena kecenderungan mahasiswa Fakultas Teknik ketika masuk di Semester V itu sudah mulai sambil bekerja, ada yang full time dan ada pula yang freelance," kata Dekan Fakultas Teknik Unhi Denpasar I Komang Gde Santhyasa, ST, MT, dalam acara Yudisium Periode II/2019, di Denpasar, Senin.
Oleh karena sebagian besar lulusan sudah bekerja, lanjut Santhyasa, maka peserta didik di Unhi Denpasar tidaklah berkontribusi menambah pengangguran.
"Kalaupun diantara lulusan ini ketika ada yang ditanya mengatakan 'belum bekerja' pasti dikarenakan 'resign' dari tempat bekerja karena ingin fokus menyelesaikan skripsi. Barangkali mereka mengusung istilah skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai," ujarnya.
Mengutip data dari Kemenristekdikti, lanjut Santhyasa, setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah sarjana namun sedikit yang langsung diterima bekerja. Sekitar 8,8 persen dari total 7 juta pengangguran di Indonesia (sekitar 600 ribu) merupakan sarjana yang menganggur pasca lulus.
"Mengenai prospektif lulusan fakultas teknik sendiri, kita perlu mencoba melihat agenda pembangunan global, nasional, dan daerah (Bali). Saat ini kita berada pada fase agenda global yang dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam SDGs paling tidak ada 3 'goals' yang sangat terkait dengan bidang ilmu teknik sipil dan perencanaan wilayah kota (PWK) yakni pembangunan infrastruktur yang berketahanan, pengurangan kesenjangan antarwilayah dan pembangunan kota-permukiman yang berkelanjutan," katanya.
Dari agenda global ini, belakangan ini Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memfokuskan pembangunan infrastruktur sebagai implementasi dari Nawacita yang salah satunya membangun Indonesia dari pinggiran.
Dalam konteks ini, difokuskan pada 35 wilayah pengembangan strategis (WPS) yang tersebar dari Sabang sampai Merauke termasuk di dalamnya Bali dan wilayah Indonesia Timur. Dari sektor jalan, sektor perumahan, sektor cipta karya, dan sektor sumber daya air.
"Artinya, ruang-ruang prospektif pasar kerja bagi lulusan sarjana teknik sipil dan sarjana PWK sangat terbuka luas. Saat ini sebaran serapan pasar kerja dari alumni FT Unhi selama ini ada di pemerintahan/birokrasi, kontraktor, konsultan, lembaga swadaya masyarakat, bank, berwirausaha/pengusaha," ujarnya.
Selain itu, tambah Santhyasa, arah pembangunan Bali saat ini yang berlandaskan visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali", yang secara umum spiritnya "menjaga manusia Bali, menjaga alam Bali, dan menjaga budaya Bali".
"Ini artinya pembangunan infrastruktur dan pembangunan dalam arti luas di Bali harus memperhatikan spirit dan nilai-nilai tersebut, sehingga dalam konteks pembangunan infrastruktur di Bali tentunya dibutuhkan sarjana-sarjana teknik yang 'plus' memahami budaya Bali. Oleh karena itu, sangat tepat kalau kuliah di Fakultas Teknik Universitas Hindu Indonesia yang berbasiskan pada agama dan kebudayaan," ucapnya.
Baca juga: Unhi Denpasar komit kembangkan prodi ikuti kebutuhan masyarakat
Baca juga: Unhi Denpasar rencanakan buka prodi hukum adat
Untuk memenuhi prospektif pasar kerja tersebut, pihak Unhi Denpasar harus mengimbanginya dengan kemampuan kampus dalam mencetak lulusan yang berdaya saing agar bisa berkompetisi dan memiliki nilai tawar yang tinggi dalam dunia kerja.
"Dalam satu tahun terakhir ini, FT Unhi mencoba mengembangkan iklim akademik yang baik melalui aktivitas akademik yang berbasis pada program studi. Pertama, kurikulum sejalan dengan kebutuhan pasar kerja dan peningkatan kompetensi dosen," katanya.
Yang kedua, perkuliahan berbasis praksis dan preskriptif (studi-studi lapangan). Ketiga, menghadirkan para pakar melalui "public lecture", sarasehan, seminar, FGD dan sebagainya.
Kemudian melalui pelatihan/workshop untuk meningkatkan kemampuan ketrampilan/skill khusus dan terakhir, pengembangan riset-riset yang terkini, yang muaranya pada publikasi (pertemuan ilmiah /seminar call for paper, jurnal, maupun buku).
Sementara itu, Wakil Rektor III Unhi Denpasar, Dr Ir I Wayan Muka meyakini lulusan Teknik Sipil Unhi Denpasar bisa bersaing tidak hanya dari sisi kemampuan akademisnya, tetapi sikap, emosional, dan spiritual.
Selain itu, para mahasiswa selama menempuh pendidikan juga telah dibekali keterampilan praktik metode pelaksanaan proyek, pelatihan program di bidang keteniksipilan seperti mengaplikasikan sebuah rekayasa konstruksi di lapangan dengan metode-metode yang sifatnya berbasis komputer.
Dalam kesempatan yudisium itu diikuti 14 calon sarjana yakni 10 sarjana teknik sipil dan 4 sarjana perencanaan wilayah dan kota. Dengan telah diyudisiumnya ke-14 mahasiswa tersebut, sehingga jumlah alumni FT Unhi Denpasar sampai saat ini sebanyak 165 alumni.
Baca juga: Gubernur Bali Inginkan Unhi Denpasar jadi PTN
Baca juga: Rektor Unhi minta alumni pecahkan masalah daerah
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019