Duta seni gong kebyar Kabupaten Jembrana menampilkan tari "ngandap kasor" saat menghadapi Kabupaten Klungkung dalam Pesta Kesenian Bali ke- 41.

Untuk memberikan semangat kepada Sekaa Gong Kebyar Wanita Istri Pradnya Paramesti dari Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan, Bupati Jembrana I Putu Artha hadir langsung bersama Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan serta sejumlah pejabat, Kamis (28/6) malam.

Dalam siaran pers yang diterima dari Humas Pemkab Jembrana dikatakan, pementasan pertama Kabupaten Jembrana menampilkan tabuh "Kebyar Dang" yang merupakan sebuah perpaduan yang harmonis antara garapan instrumental dengan olah vokal. 

Tabuh yang diciptakan oleh I Wayan Beratha pada tahun 1983 itu, memiliki makna kehidupan berbangsa dan bernegara tentang kehidupan masyarakat yang sentosa, bahagia dan damai melalui melodi yang ceria dan lincah serta lirik lagu bertutur girang.

Pada penampilan berikutnya, Jembrana menampilkan "Tari Baris Tunggal" yang merupakan sebuah jenis tari yang menggambarkan perasaan seorang pahlawan sebelum ia pergi ke medan perang, serta mengelu-elukan kejantanan dan menunjukkan kemantapan kepemimpinannya. 

Selanjutnya, pada tabuh kreasi, Kabupaten Jembrana mempersembahkan tabuh kreasi "Kesir - Kesir" yang sesuai dengan tema PKB XLI, yaitu "Bayu Premana", penata I Nyoman Sutama mencoba mempersepsikan sifat - sifat angin ke dalam elemen musik, yang dituangkan ke dalam media gong kebyar, yang diwujudkan dengan karya gending kreasi. 

Pada umumnya sifat - sifat angin ada yang positif dan negatif. Terinspirasi dari sifat angin tersebut, ia mencoba mengaplikasikan sifat angin yang menyejukkan seperti kesir - kesir, yang menurutnya, intensitas, kontinyunitas dan kelembutan menjadi bagian yang sangat penting dalam gending tersebut. 

Sebagai pamungkas, Kabupaten Jembrana menampilkan tari "Ngandap Kasor" yang berarti wilayah/daerah yang kalah. 

Tari tersebut merupakan garapan dari I Putu Agus Satyawan (penata tari) bersama I Gede Yoga Yasa (penata iringan). 

Diceritakan daerah Jembrana Kangin adalah daerah hutan belantara, kemudian datanglah penduduk yang berasal dari Munggu, Prerenan, Tabanan dan Mengwi untuk mencari tempat tinggal baru. 

Kehidupan masyarakat begitu harmonis, setelah berselang beberapa tahun masyarakat desa tersebut terkena penyakit "grubug" atau demam berdarah yang dengan adanya musibah tersebut, masyarakat memutuskan untuk kembali ke daerahnya masing-masing.

Masih dari tari "Ngandap Kasor" setelah beberapa tahun, masyarakat ingin kembali ke daerah yang pernah mereka bangun dulu, dengan catatan mengusir wabah nyamuk dengan menggunakan alat tradisional pasepan dan prakpak. 

Kemudian wabah berhasil dimusnahkan dan atas keberhasilan itu terciptalah desa yang bernama Gumbrih (desa yang kalah). 

Berkat penampilan apik kedua duta dari Kabupaten Jembrana dan Klungkung, membuat kagum para penonton, serta dipenuhi sorak sorai pendukung masing - masing daerah. ***3***

Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019