Ketika seseorang dalam kondisi tegang, cemas dan merasa tidak nyaman dengan kondisinya sendiri, self healing merupakan metode yang tepat dilakukan sebelum kondisi emosional menjadi lebih tidak stabil.
Lalu apakah sebenarnya self healing? Dan bagaimana cara melakukannya?.
Self healing merupakan teknik menyembuhkan diri sendiri dengan mengandalkan potensi yang ada pada diri sendiri guna mengurangi ketegangan serta kecemasan yang terjadi pada diri.
Cara melakukan self healing yakni dengan tiga (3) tahapan yaitu:.
1. Mengenali diri sendiri
2. Menolong diri sendiri
3. Menolong orang lain
Tahap mengenali diri yakni, kita menyadari permasalahan dan emosi apa yang hadir dalam diri kita, apakah itu bentuk kesedihan, kemarahan, kekecewaan atau menyalahkan diri. Ketika seseorang mampu merasakan apa yang dirasakan maka orang tersebut akan semakin mudah mengelola emosi yang dirasakannya, dan dapat menelaah seberapa besar emosi yang dirasakannya.
Sementara itu, tahap menolong diri sendiri dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik salah satunya adalah dengan teknik relaksasi. Duduk dalam keheningan dan berfokus pada napas dan pikiran saat ini mampu membuat pikiran kita beristirahat sejenak. Menuliskan kecemasan yang sedang dirasakan juga dapat meringankan beban yang menghimpit, jika kita belum menemukan orang lain untuk teman bercerita.
Untuk tahap menolong orang lain yaitu dimana kita membagi pengalaman hidup kita kepada orang yang juga mengalami masalah serupa dapat menjadi pengingat atau self reminder bagi diri sendiri. Melibatkan diri dalam kegiatan kegiatan social juga memberikan dampak yang positif bagi diri kita dan orang lain.
Penyembuhan diri atau individual (self healing) merupakan menyembuhkan diri sendiri dari berbagai ketegangan awal, namun jika seseorang merasa tidak mampu lagi maka seharusnya dibawa ke yang lebih mampu seperti melakukan sesi konseling.
Jika kita mengalami ketegangan-ketegangan dan ketakutan-ketakutan yang tidak menyenangkan, kita tidak perlu khawatir. Akan tetapi kita harus mulai waspada, jika gelora emosi menjadi meluap-luap, sering timbul, dan berulang kali berlangsung kronis, sehingga dapat menyebabkan timbulnya ketidakseimbangan dan keguncangan-keguncangan hebat dalam kepribadian kita.
Ada beberapa petunjuk dalam menanggapi kesulitan:
1. Mengeluarkan dan membicarakan kesulitan
2. Menghidari kesulitan untuk sementara waktu
3. Menyalurkan kemarahan
4. Bersedia menjadi pengalah yang baik
5. Berbuat suatu kebaikan untuk orang lain dan memupuk sosialitas/kesosialan
6. Menyelesaikan suatu tugas dalam satu saat
7. Jangan menganggap diri terlalu super
8. Menerima segala kritik dengan lapang dada
9. Memberikan “kemengangan” kepada orang lain
10.Menjadikan diri sendiri serba-guna
11.Mengatur saat-saat rekreasi
Selain itu kita harus ingat untuk selalu menghargai tubuh kita. Kadang kita mengabaikan signal kelelahan yang kita rasakan, kita memaksa diri untuk menyelesaikan tugas-tugas. Ini membuat kita mengalami penyakit.
Jika kita merasa tertekan karena bosan atau kelelahan, sebaiknya kita pergi ke tempat-tempat yang membuat kita rileks dan tidak tegang, sehingga dengan meluangkan waktu untuk merilekskan diri, kita merasa bisa jauh lebih baik.
Kita harus mempelajari apa yang kita inginkan saat mengalami kebosanan atau rasa tertekan. Jika tidur merupakan hal yang kita inginkan, maka kita tidur. Jika makan bakso menjadi sesuatu yang kita inginkan, kita makan bakso. Semua untuk mengembalikan kegembiraan dan memberi semangat diri.
Kita harus mencari tahu, apa yang sangat ingin kita lakukan sehingga saat kita melakukannya, emosi kita tersalurkan dan merasa siap untuk melanjutkan kehidupan kita dapat menyelesaikan masalah-masalah kita sendiri. Namun, kita juga harus menyadari bahwa ada waktunya kita memerlukan dukungan, bantuan, dan pertolongan orang lain untuk melihat jalan keluar dari masalah-masalah kita.
Terkadang kita kesulitan untuk mengenali masalah emosi yang kita rasakan. Kita sendiri tidak tahu bagaimana perasaan kita. Dengan berbicara pada seseorang, kita dapat mengenali apa yang kita rasakan. Lebih mudah bagi kita untuk menyelesaikan masalah kita setelah menemukan apa tepatnya yang kita rasakan. Mengakui perasaan negatif, kekecewaan, kegagalan dan kemarahan kita membuat kita lebih lega dan mampu menenangkan.
Dalam keadaan tenang kita dapat berpikir jernih dan akhirnya memampukan kita menjalani masalah yang kita hadapi. Jika luapan luapan serta ketegangan emosi masih dirasakan atau bahkan semakin meningkat disarankan untuk mencari pertolongan kepada tenaga profesional seperti psikiater, psikolog atau konselor yang berkompeten di bidang kejiwaan. (*)
---------
*) Penulis adalah Psikolog Klinis di Poli Psikiatri RSUD Wangaya Kota Denpasar, konsultan psikologi masalah anak dan remaja, dan penulis masalah psikologi klinis yang tinggal di Jalan Gunung Ringin III/6 (perumnas), Denpasar, Bali (081 999 481 222).
Baca juga: Menunjukkan apresiasi yang tepat
Baca juga: Mengatasi Kecemasan Pasca Gempa
Baca juga: Menjadi Penyembuh Bagi Diri Sendiri (Self Healing)
Baca juga: Kiat beradaptasi di lingkungan kerja baru
Baca juga: Jika Kakak-Adik Suka Berantem
Baca juga: Aerophobia (takut naik pesawat)
Baca juga: Psikolog-Dosen Komunikasi Bali motivasi peserta SMN Kaltim
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
Lalu apakah sebenarnya self healing? Dan bagaimana cara melakukannya?.
Self healing merupakan teknik menyembuhkan diri sendiri dengan mengandalkan potensi yang ada pada diri sendiri guna mengurangi ketegangan serta kecemasan yang terjadi pada diri.
Cara melakukan self healing yakni dengan tiga (3) tahapan yaitu:.
1. Mengenali diri sendiri
2. Menolong diri sendiri
3. Menolong orang lain
Tahap mengenali diri yakni, kita menyadari permasalahan dan emosi apa yang hadir dalam diri kita, apakah itu bentuk kesedihan, kemarahan, kekecewaan atau menyalahkan diri. Ketika seseorang mampu merasakan apa yang dirasakan maka orang tersebut akan semakin mudah mengelola emosi yang dirasakannya, dan dapat menelaah seberapa besar emosi yang dirasakannya.
Sementara itu, tahap menolong diri sendiri dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik salah satunya adalah dengan teknik relaksasi. Duduk dalam keheningan dan berfokus pada napas dan pikiran saat ini mampu membuat pikiran kita beristirahat sejenak. Menuliskan kecemasan yang sedang dirasakan juga dapat meringankan beban yang menghimpit, jika kita belum menemukan orang lain untuk teman bercerita.
Untuk tahap menolong orang lain yaitu dimana kita membagi pengalaman hidup kita kepada orang yang juga mengalami masalah serupa dapat menjadi pengingat atau self reminder bagi diri sendiri. Melibatkan diri dalam kegiatan kegiatan social juga memberikan dampak yang positif bagi diri kita dan orang lain.
Penyembuhan diri atau individual (self healing) merupakan menyembuhkan diri sendiri dari berbagai ketegangan awal, namun jika seseorang merasa tidak mampu lagi maka seharusnya dibawa ke yang lebih mampu seperti melakukan sesi konseling.
Jika kita mengalami ketegangan-ketegangan dan ketakutan-ketakutan yang tidak menyenangkan, kita tidak perlu khawatir. Akan tetapi kita harus mulai waspada, jika gelora emosi menjadi meluap-luap, sering timbul, dan berulang kali berlangsung kronis, sehingga dapat menyebabkan timbulnya ketidakseimbangan dan keguncangan-keguncangan hebat dalam kepribadian kita.
Ada beberapa petunjuk dalam menanggapi kesulitan:
1. Mengeluarkan dan membicarakan kesulitan
2. Menghidari kesulitan untuk sementara waktu
3. Menyalurkan kemarahan
4. Bersedia menjadi pengalah yang baik
5. Berbuat suatu kebaikan untuk orang lain dan memupuk sosialitas/kesosialan
6. Menyelesaikan suatu tugas dalam satu saat
7. Jangan menganggap diri terlalu super
8. Menerima segala kritik dengan lapang dada
9. Memberikan “kemengangan” kepada orang lain
10.Menjadikan diri sendiri serba-guna
11.Mengatur saat-saat rekreasi
Selain itu kita harus ingat untuk selalu menghargai tubuh kita. Kadang kita mengabaikan signal kelelahan yang kita rasakan, kita memaksa diri untuk menyelesaikan tugas-tugas. Ini membuat kita mengalami penyakit.
Jika kita merasa tertekan karena bosan atau kelelahan, sebaiknya kita pergi ke tempat-tempat yang membuat kita rileks dan tidak tegang, sehingga dengan meluangkan waktu untuk merilekskan diri, kita merasa bisa jauh lebih baik.
Kita harus mempelajari apa yang kita inginkan saat mengalami kebosanan atau rasa tertekan. Jika tidur merupakan hal yang kita inginkan, maka kita tidur. Jika makan bakso menjadi sesuatu yang kita inginkan, kita makan bakso. Semua untuk mengembalikan kegembiraan dan memberi semangat diri.
Kita harus mencari tahu, apa yang sangat ingin kita lakukan sehingga saat kita melakukannya, emosi kita tersalurkan dan merasa siap untuk melanjutkan kehidupan kita dapat menyelesaikan masalah-masalah kita sendiri. Namun, kita juga harus menyadari bahwa ada waktunya kita memerlukan dukungan, bantuan, dan pertolongan orang lain untuk melihat jalan keluar dari masalah-masalah kita.
Terkadang kita kesulitan untuk mengenali masalah emosi yang kita rasakan. Kita sendiri tidak tahu bagaimana perasaan kita. Dengan berbicara pada seseorang, kita dapat mengenali apa yang kita rasakan. Lebih mudah bagi kita untuk menyelesaikan masalah kita setelah menemukan apa tepatnya yang kita rasakan. Mengakui perasaan negatif, kekecewaan, kegagalan dan kemarahan kita membuat kita lebih lega dan mampu menenangkan.
Dalam keadaan tenang kita dapat berpikir jernih dan akhirnya memampukan kita menjalani masalah yang kita hadapi. Jika luapan luapan serta ketegangan emosi masih dirasakan atau bahkan semakin meningkat disarankan untuk mencari pertolongan kepada tenaga profesional seperti psikiater, psikolog atau konselor yang berkompeten di bidang kejiwaan. (*)
---------
*) Penulis adalah Psikolog Klinis di Poli Psikiatri RSUD Wangaya Kota Denpasar, konsultan psikologi masalah anak dan remaja, dan penulis masalah psikologi klinis yang tinggal di Jalan Gunung Ringin III/6 (perumnas), Denpasar, Bali (081 999 481 222).
Baca juga: Menunjukkan apresiasi yang tepat
Baca juga: Mengatasi Kecemasan Pasca Gempa
Baca juga: Menjadi Penyembuh Bagi Diri Sendiri (Self Healing)
Baca juga: Kiat beradaptasi di lingkungan kerja baru
Baca juga: Jika Kakak-Adik Suka Berantem
Baca juga: Aerophobia (takut naik pesawat)
Baca juga: Psikolog-Dosen Komunikasi Bali motivasi peserta SMN Kaltim
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018