Kuta (Antaranews Bali) - Dosen komunikasi dari Universitas Udayana dan psikolog dari RSUD Wangaya, Denpasar, Bali, memotivasi 23 orang siswa asal Kalimantan Timur, yang menjadi peserta "Siswa Mengenal Nusantara" dalam pembekalan kepenulisan dan dunia keremajaan di Detasemen Kavaleri 4/Sima Pasopati, Desa Tuban, Kabupaten Badung, Selasa.
Psikolog yang bertugas di Bagian Psikologi Klinis di RSUD Wangaya, Provinsi Bali, Nena Mawar Sari, dalam acara tersebut mengajak para siswa agar lebih mengenal karakteristik dirinya saat ini sehingga dapat menjadi remaja zaman "now" yang dapat berguna bagi nusa dan bangsa.
"Kami ingin adik-adik belajar bagaimana cara menjadi remaja yang baik dan tidak tergerus hal-hal negatif, karena generasi muda sekarang adalah generasi penerus bangsa pada masa depan," ujarnya.
Menurut Nena, masa remaja memiliki ciri-ciri masa mencari identitas diri, masa penuh kebimbangan untuk memutuskan pilihannya, masa peralihan anak-anak menuju dewasa, masa yang tidak realistik artinya harapannya terlalu tinggi dan berandai-andai sehingga sulit untuk menerima positif dan negatif tentang dirinya.
Para siswa peserta SMN itu semakin antusias, saat pemateri menjelaskan tentang masalah-masalah yang sering terjadi pada remaja yang sering terjadi, khususnya di kota besar, seperti kecanduan telepon seluler, kecanduan pornografi, sex bebas dan pergaulan yang dapat memicu hal-hal negatif, sehingga remaja zaman now perlu mengenal hal-hal itu untuk menjadi remaja zaman now yang baik.
"Konflik pada remaja sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi, sehingga perlu melihat dari sudut pandang mana kita harus menilainya," katanya.
Untuk memberikan semangat para peserta, Nena memutarkan video menari "kewer-kewer", guna melepas lelah dan ngantuk selama mengikuti siswa mengenal nusantara tersebut. "Ayo semangat untuk belajar dan tetaplah berbagi kepada teman-teman kalian saat kembali ke daerah masing-masing," ujarnya.
Sementara, pemateri dari Dosen Komunikasi di Program Studi FISIP Universitas Udayana, DR Ni Made Ras Amanda Gelgel, memperkenalkan kepada 23 orang siswa asal Kalimantan Timur untuk memulai dari detik ini membiasakan diri menulis suatu cerita yang senada dengan materinya yang bertema "menulis dan kaum millenial".
Wanita asal Sukawati, Kabupaten Gianyar ini mengatakan pada zaman milenial saat ini, sebanyak 132,7 juta masyarakat Indonesia atau 50 persen dari jumlah penduduk Indonesia dari totalnya 265,4 juta sudah sering mengakses internet melalui telepon genggamnya.
"Rata-rata yang sering diakses masyarakat berupa sosial media seperti bermain facebook, twitter, intagram atau youtube," katanya.
Saat ini, diakui Manda, masyarakat Indonesia saat pergi kemana pun tidak bisa lepas dari telepon genggamnya dan rata-rata masyarakat Indonesia mengakses informasi dari internet hingga sembilan jam lebih per hari," katanya.
Dalam pemaparannya, Amanda juga menjelaskan sembilan perilaku anak milenial yang mendapat antusias para siswa. "Saya berharap para siswa asal Kalimantan Timur ini dapat menceritakan pengalamanan selama di Bali baik itu dari segi budaya," katanya.
Ia mengharapkan, kegiatan ini dapat menjadikan motivasi anak-anak untuk menggali kearifan lokal, "sharing" apa yang bisa dibagikan selama berada di Bali kepada teman-temanya di Kalimantan Timur dan menulis dengan sepenuh hati.
"Percaya atau tidak percaya bahwa menulis itu membuat orang menjadi pintar, membuat rileks diri dan mencirikan diri sendiri seperti apa. Memang tidak mudah menulis itu sendiri, namun menulis dapat mengubah sejarah. Jadi mulai sekarang adik-adik mulai menulis," katanya.
Baca juga: 23 peserta SMN 2018 ikuti pembekalan BUMN-jurnalistik
Baca juga: Pemprov Bali lepas peserta "Siswa Mengenal Nusantara" (video)
Baca juga: Puluhan siswa Bali ikuti "SMN" ke Kaltim
Selain narasumber dari praktisi itu, para peserta juga mendapatkan pengenalan sarana dan prasarana di Detasemen Kavaleri 4/Sima Pasopati, Desa Tuban, Kabupaten Badung, termasuk permainan khas TNI dan menikmati makanan standar ala TNI. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
Psikolog yang bertugas di Bagian Psikologi Klinis di RSUD Wangaya, Provinsi Bali, Nena Mawar Sari, dalam acara tersebut mengajak para siswa agar lebih mengenal karakteristik dirinya saat ini sehingga dapat menjadi remaja zaman "now" yang dapat berguna bagi nusa dan bangsa.
"Kami ingin adik-adik belajar bagaimana cara menjadi remaja yang baik dan tidak tergerus hal-hal negatif, karena generasi muda sekarang adalah generasi penerus bangsa pada masa depan," ujarnya.
Menurut Nena, masa remaja memiliki ciri-ciri masa mencari identitas diri, masa penuh kebimbangan untuk memutuskan pilihannya, masa peralihan anak-anak menuju dewasa, masa yang tidak realistik artinya harapannya terlalu tinggi dan berandai-andai sehingga sulit untuk menerima positif dan negatif tentang dirinya.
Para siswa peserta SMN itu semakin antusias, saat pemateri menjelaskan tentang masalah-masalah yang sering terjadi pada remaja yang sering terjadi, khususnya di kota besar, seperti kecanduan telepon seluler, kecanduan pornografi, sex bebas dan pergaulan yang dapat memicu hal-hal negatif, sehingga remaja zaman now perlu mengenal hal-hal itu untuk menjadi remaja zaman now yang baik.
"Konflik pada remaja sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi, sehingga perlu melihat dari sudut pandang mana kita harus menilainya," katanya.
Untuk memberikan semangat para peserta, Nena memutarkan video menari "kewer-kewer", guna melepas lelah dan ngantuk selama mengikuti siswa mengenal nusantara tersebut. "Ayo semangat untuk belajar dan tetaplah berbagi kepada teman-teman kalian saat kembali ke daerah masing-masing," ujarnya.
Sementara, pemateri dari Dosen Komunikasi di Program Studi FISIP Universitas Udayana, DR Ni Made Ras Amanda Gelgel, memperkenalkan kepada 23 orang siswa asal Kalimantan Timur untuk memulai dari detik ini membiasakan diri menulis suatu cerita yang senada dengan materinya yang bertema "menulis dan kaum millenial".
Wanita asal Sukawati, Kabupaten Gianyar ini mengatakan pada zaman milenial saat ini, sebanyak 132,7 juta masyarakat Indonesia atau 50 persen dari jumlah penduduk Indonesia dari totalnya 265,4 juta sudah sering mengakses internet melalui telepon genggamnya.
"Rata-rata yang sering diakses masyarakat berupa sosial media seperti bermain facebook, twitter, intagram atau youtube," katanya.
Saat ini, diakui Manda, masyarakat Indonesia saat pergi kemana pun tidak bisa lepas dari telepon genggamnya dan rata-rata masyarakat Indonesia mengakses informasi dari internet hingga sembilan jam lebih per hari," katanya.
Dalam pemaparannya, Amanda juga menjelaskan sembilan perilaku anak milenial yang mendapat antusias para siswa. "Saya berharap para siswa asal Kalimantan Timur ini dapat menceritakan pengalamanan selama di Bali baik itu dari segi budaya," katanya.
Ia mengharapkan, kegiatan ini dapat menjadikan motivasi anak-anak untuk menggali kearifan lokal, "sharing" apa yang bisa dibagikan selama berada di Bali kepada teman-temanya di Kalimantan Timur dan menulis dengan sepenuh hati.
"Percaya atau tidak percaya bahwa menulis itu membuat orang menjadi pintar, membuat rileks diri dan mencirikan diri sendiri seperti apa. Memang tidak mudah menulis itu sendiri, namun menulis dapat mengubah sejarah. Jadi mulai sekarang adik-adik mulai menulis," katanya.
Baca juga: 23 peserta SMN 2018 ikuti pembekalan BUMN-jurnalistik
Baca juga: Pemprov Bali lepas peserta "Siswa Mengenal Nusantara" (video)
Baca juga: Puluhan siswa Bali ikuti "SMN" ke Kaltim
Selain narasumber dari praktisi itu, para peserta juga mendapatkan pengenalan sarana dan prasarana di Detasemen Kavaleri 4/Sima Pasopati, Desa Tuban, Kabupaten Badung, termasuk permainan khas TNI dan menikmati makanan standar ala TNI. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018