Denpasar (Antaranews Bali) - Calon Gubernur Bali nomor urut 1 Wayan Koster memiliki gagasan supaya hutan milik negara bisa diberdayakan untuk kesejahteraan rakyat dengan pengelolaannya diserahkan kepada desa pakraman atau desa adat di sekitarnya.
"Pengelolaannya diserahkan kepada desa adat. Ini akan saya manfaatkan betul. Di Bali ini `kan banyak hutan negara, tetapi tidak produktif, tidak dimanfaatkan dengan baik," kata Koster saat bertatap muka dengan Kelompok Nelayan Simbar Segara Pemogan, di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, hal tersebut berkesesuaian dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang pada prinsipnya ingin memberdayakan masyarakat pesisir dengan memanfaatkan hutan milik negara.
Jika hutan negara yang tidak produktif itu dimanfaatkan pengelolaannya untuk masyarakat, maka Koster yakin kesejahteraan bisa dicapai desa pakraman. "Kalau dikerjasamakan dengan desa adat itu bisa menjadi pemasukan bagi warga," ucapnya yang didampingi Cawagub Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati itu.
Pada saat sama, kepada para nelayan tersebut, Koster menyampaikan gagasan untuk membuat sentra pasar ikan dan industri olahan perikanan. "Untuk pasar, kami gagas sentra tematik perikanan di wilayah pesisir. Di situ akan dibuatkan khusus sentra perikanan," ujarnya.
Nelayan, lanjut Koster, adalah kelompok marhaen yang selama ini setia dalam barisan PDI Perjuangan. "Kami akan prioritaskan. Pemberdayaan masyarakat pesisir Bali kami pikirkan," ucap politisi yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Bali itu.
Pilkada Bali 2018 diikuti dua pasangan calon, yakni pasangan nomor urut 1 Wayan Koster-Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (KBS-Ace). Pasangan itu diusulkan oleh empat parpol peraih kursi di DPRD Bali, yakni PDIP, Hanura, PAN, dan serta PKPI. Pasangan tersebut juga didukung PKB dan PPP.
Pesaingnya adalah pasangan nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) diusulkan oleh empat partai peraih kursi di DPRD Bali, yakni Golkar, Gerindra, Demokrat, dan Nasdem. Mereka juga didukung oleh PKS, PBB, dan Perindo.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Pengelolaannya diserahkan kepada desa adat. Ini akan saya manfaatkan betul. Di Bali ini `kan banyak hutan negara, tetapi tidak produktif, tidak dimanfaatkan dengan baik," kata Koster saat bertatap muka dengan Kelompok Nelayan Simbar Segara Pemogan, di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, hal tersebut berkesesuaian dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang pada prinsipnya ingin memberdayakan masyarakat pesisir dengan memanfaatkan hutan milik negara.
Jika hutan negara yang tidak produktif itu dimanfaatkan pengelolaannya untuk masyarakat, maka Koster yakin kesejahteraan bisa dicapai desa pakraman. "Kalau dikerjasamakan dengan desa adat itu bisa menjadi pemasukan bagi warga," ucapnya yang didampingi Cawagub Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati itu.
Pada saat sama, kepada para nelayan tersebut, Koster menyampaikan gagasan untuk membuat sentra pasar ikan dan industri olahan perikanan. "Untuk pasar, kami gagas sentra tematik perikanan di wilayah pesisir. Di situ akan dibuatkan khusus sentra perikanan," ujarnya.
Nelayan, lanjut Koster, adalah kelompok marhaen yang selama ini setia dalam barisan PDI Perjuangan. "Kami akan prioritaskan. Pemberdayaan masyarakat pesisir Bali kami pikirkan," ucap politisi yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Bali itu.
Pilkada Bali 2018 diikuti dua pasangan calon, yakni pasangan nomor urut 1 Wayan Koster-Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (KBS-Ace). Pasangan itu diusulkan oleh empat parpol peraih kursi di DPRD Bali, yakni PDIP, Hanura, PAN, dan serta PKPI. Pasangan tersebut juga didukung PKB dan PPP.
Pesaingnya adalah pasangan nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) diusulkan oleh empat partai peraih kursi di DPRD Bali, yakni Golkar, Gerindra, Demokrat, dan Nasdem. Mereka juga didukung oleh PKS, PBB, dan Perindo.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018