Gianyar (Antaranews Bali) - Perkembangan bisnis yoga di Ubud, Kabupaten Gianyar, sudah seperti minimarket yang bermunculan di setiap sudut kota tersebut sejak 10 tahun belakangan ini, berkat kegiatan Bali Spirit Festival yang diselenggarakan setiap tahun.
Dalam waktu dekat ini juga akan kembali diselenggarakan Bali Spirit Festival ke-11 dengan tema "Return to Source" atau kembali ke asalnya, kata Noviana Kusumawardhani, praktisi olah tubuh dan meditasi yoga, di Ubud, Gianyar, Jumat.
"Apabila kita jalan-jalan keliling kota Ubud, banyak sekali kelas dan studio luas untuk yoga. Bisnis yoga tumbuh berkembang seperti minimarket. Dan itu berkat kegiatan tahunan Bali Spirit Festival yang awal mulanya diselenggarakan untuk membangkitkan pariwisata yang terpuruk akibat bom Bali tahun 2002," katanya.
Apalagi, lanjut Noviana yang juga Manajer bidang Media Bali Spirit Festival, arti kota Ubud adalah obat atau penyembuhan sehingga cocok menjadi tempat berkembangnya industri yoga. "Yoga sudah menjadi gaya hidup bagi yang mau menjalankan hidup sehat, bagi orang yang mau melakukan transformasi diri, penyembuhan jiwa dan raga serta pikiran.
Perkembangan awal bisnis yoga di Ubud tidak mulus karena awalnya menghadapi tantangan dengan dikeluarkannya fatwa MUI tahun 2009 bahwa Yoga itu haram karena bagian dari penyebaran agama Hindu. Tapi kemudian kegiatan yoga ini berhasil meyakinkan masyarakat bahwa ini lebih pada gerakan olah rasa atau olah batin bukan seperti agama.
Yoga sendiri sebagai suatu jalan menuju hidup lebih sehat itu banyak aliran atau gaya, namun dasarnya sama dari Hatha Yoga yang berfokus pada menyelaraskan (alignment) latihan fisik dengan pernapasan. Kemudian berkembang yoga Ashtanga yoga, Kundalini yoga, Hot Yoga, dan Akrobat Yoga. "Nanti di Bali Spirit Festival ke-11 akan ada 150 kelas yang masing-masing beda-beda gaya yoganya," katanya.
Seiring dengan menjamurnya industri yoga itu membutuhkan instruktur yoga. Di Ubud, banyak instruktur yoga dari mancanegara dan banyak juga pelatih yoga dari lokal (domestik). "Yoga ini seperti dunia selebritis, jika ada pelatih yoga yang banyak pengikutnya. Dia ngajar di mana maka para pengikutnya mengikutinya," kata Noviana sambil berseloroh.
"Pokoknya yoga di mana-mana kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern yang ingin ada keseimbangan hidup. Ada yang mengatakan kalo belum ikut yoga itu ga keren," tambah dia.
Ubud kembali menggelar Bali Spirit Festival ke-11, yang diprakarsai oleh pasangan Meghan Pappenheim dan Kadek Gunarta, yang akan berlangsung selama sepekan, 2-8 April 2018. "Kegiatan tersebut selama ini terbukti mampu menarik lebih dari 8.000 pengunjung, dari 50 negara di belahan dunia," kata Noviana Kusumawardhani.
Hasil survei partisipan selama tiga tahun terakhir mengestimasikan bahwa sekitar 70 persen dari partisipan festival tinggal di Indonesia setidaknya dua minggu sebelum atau setelah festival. Dan, 20 persen tinggal di Indonesia selama empat minggu atau lebih. Kemudian, 50 persen bepergian keluar pulau, tambah Noviana.
"Peserta Bali Spirit Festival telah menghabiskan sekitar 1,7 juta dolar Amerika selama lima tahun terakhir, membanjiri perekonomian dalam waktu singkat, mendukung usaha kecil dan menengah milik masyarakat setempat," tambah dia
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
Dalam waktu dekat ini juga akan kembali diselenggarakan Bali Spirit Festival ke-11 dengan tema "Return to Source" atau kembali ke asalnya, kata Noviana Kusumawardhani, praktisi olah tubuh dan meditasi yoga, di Ubud, Gianyar, Jumat.
"Apabila kita jalan-jalan keliling kota Ubud, banyak sekali kelas dan studio luas untuk yoga. Bisnis yoga tumbuh berkembang seperti minimarket. Dan itu berkat kegiatan tahunan Bali Spirit Festival yang awal mulanya diselenggarakan untuk membangkitkan pariwisata yang terpuruk akibat bom Bali tahun 2002," katanya.
Apalagi, lanjut Noviana yang juga Manajer bidang Media Bali Spirit Festival, arti kota Ubud adalah obat atau penyembuhan sehingga cocok menjadi tempat berkembangnya industri yoga. "Yoga sudah menjadi gaya hidup bagi yang mau menjalankan hidup sehat, bagi orang yang mau melakukan transformasi diri, penyembuhan jiwa dan raga serta pikiran.
Perkembangan awal bisnis yoga di Ubud tidak mulus karena awalnya menghadapi tantangan dengan dikeluarkannya fatwa MUI tahun 2009 bahwa Yoga itu haram karena bagian dari penyebaran agama Hindu. Tapi kemudian kegiatan yoga ini berhasil meyakinkan masyarakat bahwa ini lebih pada gerakan olah rasa atau olah batin bukan seperti agama.
Yoga sendiri sebagai suatu jalan menuju hidup lebih sehat itu banyak aliran atau gaya, namun dasarnya sama dari Hatha Yoga yang berfokus pada menyelaraskan (alignment) latihan fisik dengan pernapasan. Kemudian berkembang yoga Ashtanga yoga, Kundalini yoga, Hot Yoga, dan Akrobat Yoga. "Nanti di Bali Spirit Festival ke-11 akan ada 150 kelas yang masing-masing beda-beda gaya yoganya," katanya.
Seiring dengan menjamurnya industri yoga itu membutuhkan instruktur yoga. Di Ubud, banyak instruktur yoga dari mancanegara dan banyak juga pelatih yoga dari lokal (domestik). "Yoga ini seperti dunia selebritis, jika ada pelatih yoga yang banyak pengikutnya. Dia ngajar di mana maka para pengikutnya mengikutinya," kata Noviana sambil berseloroh.
"Pokoknya yoga di mana-mana kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern yang ingin ada keseimbangan hidup. Ada yang mengatakan kalo belum ikut yoga itu ga keren," tambah dia.
Ubud kembali menggelar Bali Spirit Festival ke-11, yang diprakarsai oleh pasangan Meghan Pappenheim dan Kadek Gunarta, yang akan berlangsung selama sepekan, 2-8 April 2018. "Kegiatan tersebut selama ini terbukti mampu menarik lebih dari 8.000 pengunjung, dari 50 negara di belahan dunia," kata Noviana Kusumawardhani.
Hasil survei partisipan selama tiga tahun terakhir mengestimasikan bahwa sekitar 70 persen dari partisipan festival tinggal di Indonesia setidaknya dua minggu sebelum atau setelah festival. Dan, 20 persen tinggal di Indonesia selama empat minggu atau lebih. Kemudian, 50 persen bepergian keluar pulau, tambah Noviana.
"Peserta Bali Spirit Festival telah menghabiskan sekitar 1,7 juta dolar Amerika selama lima tahun terakhir, membanjiri perekonomian dalam waktu singkat, mendukung usaha kecil dan menengah milik masyarakat setempat," tambah dia
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018