Negara (Antara Bali) - Puluhan titik pantai di Kabupaten Jembrana digerus abrasi, dan diperkirakan akan terus bertambah akibat gelombang besar di laut bagian selatan.
"Dari 72 kilometer panjang pantai Kabupaten Jembrana, ada 22 titik yang digerus abrasi. Kami sudah mengusulkan ke pemerintah pusat untuk dibuatkan senderan, namun baru beberapa yang ditangani," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Jembrana Gusti Putu Mertadana, di Negara, Minggu.
Ia mengatakan, terakhir pihaknya mendapatkan proyek senderan penahan abrasi dari pusat tahun 2015 yaitu di Desa Cupel dan Baluk, Kecamatan Negara.
Untuk pantai-pantai yang lain, ia menduga, karena di wilayah lainnya di Bali juga terjadi bencana yang sama, sehingga setiap daerah menunggu giliran untuk mendapatkan proyek tersebut.
"Setiap ada pantai yang digerus abrasi, kami buatkan proposal pengajuan pembangunan senderan, termasuk ke Balai Wilayah Sungai Bali Penida selaku institusi yang berwenang terkait masalah ini. Tapi sejak tahun 2015, Jembrana belum mendapatkan program penanggulangan abrasi," katanya.
Salah satu wilayah yang parah digerus abrasi adalah Pantai Pabuahan, Desa Banyubiru, yang merupakan salah satu lokasi wisata kuliner di Kabupaten Jembrana.
Gerusan abrasi sekitar tiga tahun terakhir, menyebabkan belasan rumah warga rusak berat sehingga harus pindah, termasuk merusak bangunan sekolah dan tempat ibadah.
Beberapa warga mengatakan, mereka sudah berusaha secara swadaya menahan gempuran ombak dengan memasang karung berisi pasir maupun batu-batu penahan seadanya, namun tidak mampu menghentikan bencana tersebut.
Terkait abrasi itu Pantai Pabuahan, Mertadana mengatakan, penanganannnya sudah diajukan tahun lalu dan beberapa kali dilakukan survei oleh Balai Wilayah Sungai Bali Penida.
"Namun sampai saat ini belum ada kepastian kapan akan dibangun senderan. Tahun ini kami akan kembali mengajukan penanganan abrasi untuk Pantai Pabuahan, mudah-mudahan bisa segera ditangani," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Dari 72 kilometer panjang pantai Kabupaten Jembrana, ada 22 titik yang digerus abrasi. Kami sudah mengusulkan ke pemerintah pusat untuk dibuatkan senderan, namun baru beberapa yang ditangani," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Jembrana Gusti Putu Mertadana, di Negara, Minggu.
Ia mengatakan, terakhir pihaknya mendapatkan proyek senderan penahan abrasi dari pusat tahun 2015 yaitu di Desa Cupel dan Baluk, Kecamatan Negara.
Untuk pantai-pantai yang lain, ia menduga, karena di wilayah lainnya di Bali juga terjadi bencana yang sama, sehingga setiap daerah menunggu giliran untuk mendapatkan proyek tersebut.
"Setiap ada pantai yang digerus abrasi, kami buatkan proposal pengajuan pembangunan senderan, termasuk ke Balai Wilayah Sungai Bali Penida selaku institusi yang berwenang terkait masalah ini. Tapi sejak tahun 2015, Jembrana belum mendapatkan program penanggulangan abrasi," katanya.
Salah satu wilayah yang parah digerus abrasi adalah Pantai Pabuahan, Desa Banyubiru, yang merupakan salah satu lokasi wisata kuliner di Kabupaten Jembrana.
Gerusan abrasi sekitar tiga tahun terakhir, menyebabkan belasan rumah warga rusak berat sehingga harus pindah, termasuk merusak bangunan sekolah dan tempat ibadah.
Beberapa warga mengatakan, mereka sudah berusaha secara swadaya menahan gempuran ombak dengan memasang karung berisi pasir maupun batu-batu penahan seadanya, namun tidak mampu menghentikan bencana tersebut.
Terkait abrasi itu Pantai Pabuahan, Mertadana mengatakan, penanganannnya sudah diajukan tahun lalu dan beberapa kali dilakukan survei oleh Balai Wilayah Sungai Bali Penida.
"Namun sampai saat ini belum ada kepastian kapan akan dibangun senderan. Tahun ini kami akan kembali mengajukan penanganan abrasi untuk Pantai Pabuahan, mudah-mudahan bisa segera ditangani," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017