Denpasar (Antara Bali) - Indonesia Eximbank lembaga pembiayaan ekspor Indonesia yang berkomitmen untuk memperkuat usaha kecil menengah (UKM) berorientasi ekspor berhasil mencetak para eksportir yang mengapalkan berbagai jenis komoditas ke pasaran luar negeri.
"Selama tahun 2015 misalnya, mencetak empat pelaku UKM yang telah berhasil melakukan ekspor perdana produk ke sejumlah negara," Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank, Ngalim Sawega, serangkaian membuka kantor pemasaran di pusat perkantoran Niti Mandala Renon, Denpasar, Bali, Jumat.
Ia mengatakan, para eksportir hasil binaannya itu antara lain mampu mengekspor serat kapuk ke Italia, furnitur berbahan jati ke Singapura, serbuk kelapa (Cocopeat) ke Hongkong dan Tiongkok serta fermentasi kakao ke Prancis.
Sementara itu, hingga triwulan III 2016, telah terdapat tiga eksportir baru dari kegiatan CPNE tersebut berhasil mengekspor produknya secara perdana ke sejumlah negara antara lain tepung cassava ke Inggris, sapu glagah/rayung ke Pakistan dan lantai batu alam ke Tiongkok.
Jasa konsultasi yang dilaksanakan oleh Indonesia Eximbank di Provinsi Bali mengusung tema "Peningkatan Kapasitas Petani Kakao.
Hal tersebut mempertimbangkan kakao merupakan salah satu produk ekspor potensial asal Bali dan sektor perkebunan kakao mampu menyerap tenaga kerja cukup tinggi (padat karya).
Ngalim Sawega menambahkan salah satu eksportir perdana dari hasil CPNE Indonesia Eximbank berasal dari Provinsi Bali, dimana eksportir tersebut telah menerima pelatihan peningkatan mutu dan volume kakao, sehingga mampu memproduksi produk fermentasi kakao berkualitas yang diekspor ke Prancis.
Oleh sebab itu pihaknya ke depan terus melaksanakan fungsinya sebagai memberikan pembiayaan, penjaminan dan asuransi serta jasa konsultasi melalui penugasan umum dan penugasan khusus.
Bentuk dukungan pembiayaan kepada sektor UKM ekspor ke depannya dapat dilaksanakan melalui pemberian Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor (KURBE), dimana terdapat kerja sama ataupun sinergi antara UKM sebagai plasma dengan pengusaha besar sebagai inti.
Fasilitas pembiayaan tersebut diharapkan dapat memberikan stimulus kepada UKM untuk meningkatkan daya saing produk ekspor berbasis kerakyatan.
Peningkatan kualitas dan kapasitas UKM ke depannya juga akan terus dilaksanakan dengan memberikan pelatihan dan keterampilan yang diperlukan pelaku UKM di berbagai daerah, dengan memperhatikan potensi ekspor.
Ngalim Sawega menjelaskan, pembiayaan secara khusus kepada segmen Usaha Kecil dan Menengah berorientasi ekspor, Indonesia Eximbank berencana meningkatkan pertumbuhan sekitar 40 persen yoy pada tahun 2017.
Pertumbuhan pembiayaan UKM ekspor diberikan dengan tingkat suku bunga yang kompetitif dan proses pembiayaan yang lebih cepat dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Adapun penyaluran pembiayaan segmen UKM ekspor disalurkan melalui empat skema, yakni pembiayaan kepada eksportir langsung, pembiayaan kepada supplier eksportir, penerusan pembiayaan kepada Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan pembiayaan kembali kepada Lembaga Keuangan Bank (LKB).
Dengan demikian, semakin banyak pelaku UKM berorientasi ekspor yang dapat menerima manfaat layanan Indonesia Eximbank, ujar Ngalim Sawega. (WDY)