Nusa Dua (Antara Bali) - World Culture Forum (WCF) 2016 resmi dibuka. Megawati Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia kelima, menyampaikan sambutannya di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Kamis (13/10). Ia menyampaikan, bagaimana tradisi dan budaya setiap bangsa dapat membentuk jati diri bangsa.
“Melalui Forum Kebudayaan Dunia ini, saya mengajak Anda semua untuk berurun-rembuk, bergotong royong pikiran dan gagasan, bagaimana tradisi dan budaya setiap bangsa membentuk jati diri bangsa. Terlebih dalam arus deras modernisasi, globalisasi dan pasar bebas. Maka bangkitnya kebudayaan, dapat membawa pencerahan dan sekaligus gelombang perubahan yang berperikemanusiaan, penuh solidaritas, serta berkeadilan sosial yang berbasis pada penghargaan terhadap alam dan ekosistem,†katanya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova melalui video conference mengatakan, Forum WCF memainkan peran penting dalam refleksi global untuk memperluas arah pembangunan dan menghasilkan strategi baru yang berkelanjutan. “Selama beberapa dekade, peran kebudayaan telah ditinggalkan. Hal ini telah berubah, dan berubah dengan cepat. Tidak lama lagi, UNESCO akan meluncurkan sebuah laporan global mengenai budaya dan pembangunan daerah yang berkelanjutan, untuk mengintegrasikan budaya ke dalam kebijakan pembangunan dearah di setiap tingkat,†paparnya.
Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Mendikbud Muhadjir Effendy. Ia menyampaikan pertemuan tingkat dunia ini dirancang untuk membahas dan menempatkan kebudayaan sebagai hulu dalam pembangunan. “Kita akan bersama-sama mendorong pengarus-utamaan kebudayaan dalam pembangunan dengan menempatkan pertimbangan kebudayaan menjadi hulu dari keseluruhan proses pembangunan.†Ia melanjutkan.
Pembukaan WCF 2016 ditandai dengan pemukulan gong oleh Megawati Soekarnoputri, yang didampingi oleh Mendikbud Muhadjir Effendy, Menteri Kebudayaan dan Panduan Islam Iran Ali Jannati, Minister of Home Affairs and Rural Development National Government of Tuvalu Namoliki Sualiki Neemia, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, dan Direktur UNESCO untuk Jakarta Shahbaz Khan.(WDY)