Wali Kota Denpasar Harapkan Siswa Terapkan GLS

Denpasar (Antara Bali) - Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra mengharapkan para siswa menerapkan gerakan budaya literasi sekolah (GLS) dalam upaya meningkatkan embrio meningkatkan kreativitas dan inovasi.

"Saya sangat apresiasi Gerakan Budaya Literasi SMAN 7 sebagai embrio meningkatkan pola pikir, kreativitas dan inovasi dengan membiasakan setiap hari membaca 15 menit sebelum pelajaran," katam Rai Mantra saat menghadiri perayaan HUT Ke-27 SMAN 7 Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan SMAN 7 Denpasar telah menjadi proyek percontohan (pilot project) secara nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai satu-satunya sekolah di Kota Denpasar dan dua sekolah di tingkat provinsi untuk membudayakan GLS.

Kepala Sekolah SMAN 7 Denpasar Dra. CIM Kusuma Widiawati mengatakan perjalanan SMAN 7 Denpasar diawali dengan berdirinya SGA tahun 1959, berlanjut menjadi SPGN tahun 1964, beralih menjadi SMAN tahun 1989 sampai sekarang.

Ia mengatakan dalam proses perjalanan SMAN 7 pernah mengenyam sebagai sekolah plus olahraga dan seni, sekolah model oleh Direktorat PSMA, dan sekarang Sekolah Literasi (membaca).

Terkait dengan pelaksanaan literasi, kata dia, para siswa-siswi setiap hari di sekolah didorong membuat kondisi lingkungan yang mendukung keberadaan literasi.

"Kami mulai dengan mengkondisikan areal sekitar siswa dengan para siswa itu membaca," ujarnya.

Ketua OSIS SMAN 7 Denpasar Putu Agus Erik Mahendra mengatakan tonggak budaya literasi di Kota Denpasar berawal dari sekolah dipercaya oleh Kemendikbud agar mampu membangun budi pekerti luhur, melakukan pola pikir yang kreatif dan inovatif.

"Dengan tersedia tempat (pojok baca) yang dapat membangkitkan semangat kami membaca, untuk bisa mengiring kami ke hal yang lebih baik, sebagai wahana hiburan, serta dengan membaca akan menciptakan imajinasi yang bisa memunculkan ide-ide baru untuk berkreativitas dan berharap menjadi generasi muda Kota Denpasar yang berkualitas, berbakat dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, sekolah dan Negara," kata Erik Mahendra. (WDY)