Gianyar (Antara Bali) - Bupati Gianyar Anak Agung Gde Bharata melepas peserta Napak Tilas daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan dalam memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-103 Purbakala di Areal Pura Pengukur Ukuran Pejeng Kangin, Jumat.
Ketua Panitia kegiatan tersebut Andi Syarifudin mengatakan, napak tilas yang baru pertama kali digelar Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali diikuti pegawai di lingkungan Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, perwakilan dari masing-masing sekolah SMA, SMK, dan Karang Taruna.
Kegiatan tersebut mengusung tema "Napak tilas DAS Pakerisan" bertujuan untuk memperkenalkan cagar budaya di Gianyar khususnya DAS Pakerisan. Dimana nantinya para peserta akan mengetahui bagaimana pentingnya melestarikan cagar budaya.
Jalur Napak Tilas DAS Pakerisan sepanjang sepuluh kilometer yang dilalui dibagi menjadi lima pos dari selatan menuju utara, pos pertama merupakan awal di Pura Pengukur Ukuran kemudian menuju pos ke dua di Candi Tebing Kerobokan, pos ke tiga di Pura Ulunsuwi Pulagan, pos ke empat di Candi Tebing Gunung Kawi, dan pos terakhir atau ke lima di Pura Mengening Tampaksiring.
Bupati Gianyar Agung Bharata mengatakan sangat penting bagi generasi muda untuk menghayati dan melestarikan cagar budaya.
Ia memberikan apresiasi siapa yang mencapai finish pertama dan bisa menjelaskan objek cagar budaya yang dilewati akan memperoleh hadiah Rp10 juta.
Belasan pancuran berderet di kolam kawasan suci Pura Tirta Empul, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar yang airnya mengalir jernih ke hamparan sawah di Subak Pulagan di bagian hulu Tukad Pekerisan yang kondisinya menghijau dan lestari.
Hamparan sawah di dua subak daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan itu merupakan satu-kesatuan dengan kawasan subak Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, kawasan suci Pura Taman Ayun, Mengwi, Kabupaten Badung dan Pura Ulundanu Batur, Kabupaten Bangli yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia (WBU).
Wisatawan dalam dan luar negeri yang mengunjungi Subak Pulagan selanjutnya bisa mengunjungi objek wisata Tirta Empul yang mengoleksi sekitar 30 pancuran yang airnya mengalir jernih.
Di objek wisata Tirta Empul itu pula wisatawan mancanegara biasanya berbaur dengan masyarakat Bali ikut ambil bagian dalam prosesi ritual penyucian diri (melukat), terutama pada hari-hari baik yakni bulan purana maupun bulan mati (tilem).
Selain itu juga dapat mengunjungi objek wisata sekitarnya antara lain cagar budaya Pura Pegulingan dan Pura Mengening.
Subak Pulagan di Kabupaten Gianyar yang merupakan sebuah organisasi pengairan tradisional bidang pertanian yang sangat bersejarah. Subak itu dibangun pada zaman keemasan Dinasti Warmadewa tatkala memerintah di Bali, yakni pada zaman pemerintahan Prabu Udayana Warmadewa, abad ke-10 dan ke-11.
Subak Pulagan langsung mendapatkan air irigasi dari mata air yang ada di kawasan Pura Tirta Empul, salah satu objek wisata yang lokasinya bersebelahan dengan Istana Presiden Tampaksiring.
Oleh sebab itu, kawasan Subak Pulagan dianggap sebagai subak yang keramat, karena jika ada ritual berskala besar di kawasan Tampaksiring dan sekitarnya, harus membuat bahan sesajen tertentu yang berasal dari beras hasil tanaman padi di Subak Pulagan.
Demikian pula keperluan ritual lainnya seperti belut, kelipes, belauk, capung dan belalang untuk keperluan sesajen juga harus memanfaatkan yang berasal dari kawasan Subak Pulagan. (WDY)