Denpasar (Antara Bali) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengoptimalkan sosialisasi menyangkut peluang dan tantangan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sektor industri jasa keuangan kepada mahasiswa di Denpasar, Bali, untuk meningkatkan pengetahuan dalam era pasar bebas itu.
Sosialisasi tersebut salah satunya disampaikan melalui Seminar Regional bertajuk "Persiapan Pariwisata dan Perbankan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)" yang digelar baru-baru ini oleh Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Warmadewa di Gedung Auditorium Widya Sabha Utama kampus setempat di Denpasar.
Kepala Bagian Pengawasan Bank OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara, I Nyoman Hermanto Darmawan yang menjadi narasumber dalam seminar itu di Denpasar, Rabu, mengatakan Indonesia memiliki peluang yang besar dalam MEA.
Kepada para puluhan peserta seminar, Hermanto menjelaskan bahwa ukuran sektor jasa keuangan yang masih relatif kecil seperti aset perbankan baru mencapai 55 persen dibandingkan Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga menyimpan potensi pertumbuhan yang luar biasa.
PDB Indonesia juga terbesar mencapai 36 persen dari seluruh PDB di kawasan ASEAN dan dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar potensial terbesar.
"Indonesia juga memiliki sumber daya alam yang melimpah," katanya.
Khusus untuk perbankan, pemberlakuan MEA untuk kalangan perbankan dimulai tahun 2020 sehingga perlu dipersiapkan jauh-jauh hari.
Meski demikian, tantangan dalam pasar bebas regional ASEAN juga perlu diantisipasi di antaranya pelaku usaha yang masih berorientasi kepada pasar domestik, rendahnya pemahaman tentang MEA, penetrasi sektor jasa keuangan masih minim serta keterbatasan kapasitas pembiayaan oleh industri.
Selain itu literasi keuangan juga masih rendah salah satunya ditunjukkan dengan penetrasi asuransi baru mencapai tiga persen jauh berada di bawah negara lainnya di ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.
Sebelumnya OJK tahun 2013 melakukan survei di 20 provinsi di Tanah Air dengan hasil yang menyatakan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat masih rendah.
Dalam survei yang melibatkan 8.000 responden itu menyebutkan bahwa pengetahuan terkait perbankan baru 21,8 persen, asuransi 17,8 persen, perusahaan pembiayaan (9,8 persen), dana pensiun (7,1 persen), pasar modal (3,7 persen dan pergadaian (14,8 persen).
Untuk itu, dalam kesempatan tersebut OJK juga menyosialisasikan literasi jasa keuangan termasuk program peningkatan akses keuangan bagi masyarakat terpencil salah satunya Laku Pandai.
Dengan semakin banyak masyarakat yang mendapatkan informasi terkait jasa keuangan, maka diharapkan intermediasi di sektor jasa keuangan semakin besar salah satunya untuk sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mampu berkontribusi 60 persen untuk PDB.
Sejumlah mahasiswa yang menjadi peserta dalam seminar itu nampak antusias dengan terlibat aktif berinteraksi menggali pemahaman terkait jasa keuangan. (WDY)
OJK Sosialisasi Peluang Tantangan MEA Kepada Mahasiswa
Rabu, 1 Juni 2016 12:44 WIB