Nusa Dua (Antara Bali) - Maskapai penerbangan Citilink dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyepakati kerja sama bisnis untuk mendongkrak pariwisata Tanah Air melalui penyediaan paket wisata.
"Citilink memiliki banyak penumpang, rute dan bisa membuka destinasi, PHRI memiliki banyak hotel dan restoran. Kalau ini dikombinaaikan bisa dibuat paket," kata Presiden dan CEO Citilink, Albert Burhan ditemui usai penandatanganan nota kesepahaman dalam Rapat Kerja Nasional PHRI di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Rabu.
Menurut dia, kerja sama tersebut dilakukan dengan menyediakan paket khusus dari sisi harga tiket yang terjangkau bagi calon wisatawan yang dikolaboraaikan dengan hotel yang berada di bawah naungan PHRI menyediakan paket menginap dengan harga yang disesuaikan dengan paket tersebut.
Dia menjelaskan bahwa destinasi yang akan dituju adalah daerah yang dianggap masih lemah dan perlu lebih digenjot dalam hal promosi, namun memiliki aksesibilitas dan potensi wisata.
Seperti 10 destinasi wisata baru yang rencananya akan dikembangkan Kementerian Pariwisata di antaranya Kepulauan Seribu, Wakatobi, Danau Toba, Mandalika, Labuan Bajo, Borobudur dan Morotai.
Meski demikian, tidak semua destinasi di Indonesia bisa didarati oleh armada Citilink dengan mengandalkan pesawat berbadan lebar seperti Airbus termasuk 10 destinasi baru tersebut.
Sehingga pihak maskapai juga akan mempertimbangkan profit dan kesiapan infrastruktur destinasi Tanah Air.
"Ada empat dari 10 destinasi itu yang belum bisa didarati Airbus di antaranya Mandalika, Morotai dan Tanjung Lesung," imbuhnya.
Untuk jangka pendek, pihak maskapai ingin meningkatkan paket wisata meskipun pihaknya belum menerapkan target.
Sedangkan untuk jangka panjang, kami ingin mengembangkan destinasi baru agar lebih kuat," katanya.
Sementara itu Ketua Umum PHRI, Hariyadi B.S Sukamdani mengatakan bahwa pihaknya merencanakan target sekitar 20 ribu kamar hotel per malam terisi selama satu bulan di 20 destinasi yang akan diterbangi oleh Citilink.
"Dalam setiap tahun kami lakukan dua kali pada saat Februari saat `low season` dan Juni-Juli saat Ramadhan," ucapnya.
Program kerja sama itu akan lebih difokuskan pada saat musim sepi kunjungan atau "low season" dengan sistem tendem yang dinilai lebih praktis dibandingkan sistem "bundling" yang dinilainya lebih merepotkan secara teknis.
(WDY)