Mangupura (Antara Bali) - Desa Wisata Petang, Kabupaten Badung, Bali, yang terkenal sebagai penghasil buah manggis terbesar di daerah itu, berencana menggelar festival buah lokal selama tiga hari, 6-8 Mei 2016.
Ketua Kelompok Desa Wisata Petang, Badung, Bali, Made Sukanta, di Mangupura, Jumat, mengatakan tujuan kegiatan itu untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik ke objek agrowisata itu.
"Upaya ini kami lakukan agar Desa Petang dikenal wisatawan sebagai ikon buah manggis di Kabupaten Badung," ujar Made Sukanta.
Tujuan lain dari festival buah manggis itu, kata dia, ingin memperkenalkan kepada wisatawan bahwa buah manggis tersebut merupakan buah asli Indonesia.
Selain itu, tujuan dari festival itu agar petani buah manggis di daerah itu lebih bergairah saat panen raya dan harga buah tidak anjlok.
Made Sukanta mengakui, untuk wilayah yang dijadikan agrowisata buah manggis terdapat di Banjar Kerta, Banjar Limpah dan Banjar Petang dengan luas lahan keseluruhan mencapai 50 hektare.
"Untuk panen ini biasanya serentak dan secara spesifik kami belum mencatat berapa ton hasil panen petani dengan luas lahan 50 hektar itu," katanya.
Ia menuturkan, satu pohon manggis mampu menghasilkan buah mencapai 300 hingga 500 kilogram manggis dengan masa panen satu tahun sekali.
Ke depannya, pihaknya juga mengembangkan paket wisata memetik buah manggisuntuk wisatawan mancanegara dan domestik khususnya masyarakat di perkotaan.
"Peluang paket memetik buah manggis dan langsung mencicipi ditempatnya secara langsung ini kami lakukan karena melihat banyak anak-anak diperkotaan tidak mengetahui pohon manggis dan menggugah wisatawan memetik buah langsung dari pohonnya," ujarnya.
Pihaknya juga berencana mengajukan perizinan ke pemerintah daerah, agar dapat membuat wisata kuliner di daerah itu, sehingga upaya pemerintah untuk mengembangkan desa wisata dapat terealisasi.
Ia juga mengharpkan, dengan adanya upaya pengembangan desa wisata dan agorowisata itu, maka generasi muda di daerah itu tidak mencari kerja ke perkotaan, namun ikut mengembangkan destinasi wisata itu.
"Saat ini sangat sulit mencari generasi muda untuk mau menjadi petani sukses dengan mengembangkan desa wisata itu, sehingga tidak ada masyarakat kita yang urbanisasi mencari kerja ke perkotaan," katanya. (WDY)