Mangupura (Antara Bali) - Masyarakat Desa Petang, Kabupaten Badung, Bali, mulai mencoba mengolah buah manggis untuk dijadikan minuman wine, karena diyakini memiliki nilai ekonomis tinggi.
"Kalau dulu harga buah manggis di sini Rp2.000 per kilogram, namun setelah diolah menjadi minuman wine harganya mencapai Rp400 ribu per satu liter," kata Ketua Kelompok Pengolahan Minuman Wine Manggis di Desa Petang, Badung, Made Sukanta, di Mangupura, Jumat.
Untuk proses pengolahan buah manggis menjadi minuman wine tersebut, lanjut dia, membutuhkan waktu fermentasi selama satu bulan. Namun, untuk mendapatkan hasil minuman wine yang berkualitas baik, maka didiamkan selama enam bulan.
Sedangkan, komposisi bahan untuk membuat wine manggis itu, terang dia, 15 liter air berbanding empat kilogram buah manggis dan tiga kilogram gula pasir.
"Proses pembuatan minuman wine manggis ini tergolong cukup lama, karena selama proses fermentasi selama satu bulan, setiap minggunya wine harus dikocok dalam galon fermentasi. Kemudian didiamkan selama enam bulan untuk dapat diminum langsung," ujarnya.
Dengan upaya pengolahan buah manggis menjadi minuman wine tersebut, kata dia, akan menjadi nilai tambah dan meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Petang.
Made Sukanta menambahkan, ampas dari proses pengolahan manggis itu digunakan untuk pupuk organik dan sisa ampas dari proses fermentasi minuman wine itu digunakan untuk membuat sabun dan bahan dasar untuk lulur SPA.
Sedangkan, proses pembuatan minuman wine untuk obat tradisional itu memerlukan waktu pendiaman selama satu tahun agar fermentasinya lebih baik.
Ia menambahkan, untuk pengelohan minuman wine manggis ini masih dalam bentuk industri rumah tangga (home industri).
Untuk meningkatkan gairah petani menjual hasil pertaniannya, kata dia, pihaknya membeli buah manggis dari petani itu sebesar Rp5.000 per kilogram.
"Kelompok pengolah wine di Desa Petang ini wajib membeli buah manggis dari petani manggis dengan harga standar Rp5.000 per kilogram. Hal ini dilakukan, agar petani tidak merugi," ujarnya.
Untuk target pemasaran wine manggis tersebut baru menyasar pasar lokal. Namun, ke depannya bekerja sama asosiasi perjalanan wisata (Asita) untuk memasarkan poduk wine itu kepada wisatawan.
"Kita ingin menghasilkan produk wine manggis terbaik dulu, setelah itu akan mengurus izin ke BBPOM dan melaju pasar internasional," katanya.
Manfaat dari wine manggis ini sangat bagus untuk mencegah penyakit kanker, asam urat dan diabetes dengan meminumnyan sesuai aturan dan tidak berlebihan setiap harinya.
Ia menambahkan, untuk pelatihan pembuatan minuman wine manggis itu, kata dia, melibakan ibu-ibu PKK di tujuh banjar di daerah itu yang ke depannya mampu bermanfaat dan menumbuhkan perekonomian masyarakat.
"Masing-masing banjar menurunkan lima orang untuk mengikuti pelatihan untuk pembuatan wine manggis," ujarnya.
Mantan Prebekel Desa Petang, I Wayan Suryantara mendorong adanya kelompok desa wisata, karena masing-masing pemerintahan desa wajib membuat terobosan menarik yang mengutamakan ekonomi kreatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kegiatan ini sagat saya dukung, karena memanfaatkan hasil pertanian buah untuk dijadikan olahan minuman," ujar pria yang menjadi anggota Pokdarwis Desa Petang.
Ia mengakui, kendala petani buah manggis di Desa Petang, saat musim panen raya harga buah anjlok sehingga membuat petani pesimis.
Dengan adanya pelatihan pengolahan buah manggis itu, kata dia, akan menumbuhkan minat petani di Desa Petang mengolah hasil panen buah manggis menjadi wine.
"Saat ini kita sudah anggarkan dana Rp70 juta untuk mendukung festival wine manggis tahun 2017 yang didapat dari APBDes," katanya.
Pihaknya juga mendorong ibu-ibu rumah tangga di Desa Petang agar terlibat dalam pengolahan buah manggis menjadi minuman wine, sehingga menghasilkan produk kreatif yang nantinya akan menyokong perekonomian keluarganya. (WDY)