Singaraja (Antara Bali) - Hasil industri kerajinan bambu yang ditekuni masyarakat Desa Sidetapa, Kabupaten Buleleng, Bali berkembang pesat memiiki kualitas tinggi mampu menembus pasaran ekspor.
"Hasil kerajinan Sidetapa paling banyak dikirim ke pasaran Jepang dan Amerika Serikat," kata Sekretaris Desa Sidetapa Made Sutama di Singaraja, Sabtu.
Ia menjelaskan, dari jumlah penduduk Sidetapa mencapai 5.892 orang yang terdiri atas tiga banjar yakni, Banjar Dinas Dajan Pura, Banjar Dinas Delod Pura, dan Banjar Dinas Dinas Lakah hampir sekitar 3.000 orang warganya menekuni kerajinan tangan berbahan baku bambu.
Proses pengerjaan kerajinan umumnya di masing-masing rumah tangga dan produk yang dihasilkan kemudian disetorkan kepada pengepul yang akan menjual ke berbagai daerah di Pulau Dewata.
"Ada juga yang berkelompok membuat kerajinan 10-15 orang. Produk dihasilkan berupa sangkar burung, sangkar ayam, keranjang, sokasi, kukusan, inke, dan jenis handi craft itu sampai dikirim ke luar negeri," ujar dia.
Lebih lanjut Sutama memaparkan, usaha kerajinan dilakoni turun temuran, zaman dahulu bahan baku bambu mudah dicari di lingkungan masyarakat setempat.
Namun, kata dia, seiring waktu kini bambu sulit dicari, warga menyiasati memesan bambu dari daerah Tabanan. "Sekarang masyarakat membuat kerajinannya saja, karena bambunya sulit dicari di sini. Kami buat sesuai pesanan, biasanya membawa contoh produk pesanan dari daerah Kuta dan Jimbaran," ucapnya.
Sutama mengungkapkan, olahan kerajinan bambu merupakan satu diantara industri kreatif rumah tangga di Bali Utara. Sayangnya memasuki awal tahun 2016, keberadaan kelompok pengerajin masih belum memiliki badan hukum.
"Usaha kerajinan ini lebih tepat sebagai industri rumah tangga mandiri. Kerajinan tidak diko0rdinir desa, juga tidak dari Bumdes. Masyarakat berharap ada pelatihan, dan bantuan permodalan dari Diskopdagrin Buleleng. Terus terang sekarang pengerajin masih mengantungkan modal dari Bumdes," kata Sutama. (WDY)