Denpasar (Antara Bali) - Tindakan kekerasan yang mengakibatkan anak sakit fisik dan psikologis dapat mengganggu tumbuh kembang anak, kata ahli psikologi anak Dr Seto Mulyadi,
"Anak yang yang mengalami kekerasan fisik seperti dipukul, dicubit, kekerasan seksual, maka perilaku anak akan menarik diri. Itu terlihat dari hasil observasi auranya," ujar Seto Mulyadi, di Denpasar, Selasa.
Dosen Universitas Guna Dharma ini menerangkan, cara mengetahui anak mengalami kekerasan fisik dan psikologis adalah melalui observasi aura wajah yang merintih akibat menahan rasa sakit.
Penyebab kekerasan anak itu, katanya, karena adanya cara pandang orang tua saat mendidik anak yang salah, misalnya orang tua kecewa dengan anak lalu mencubitnya.
Menurut dia, anak memiliki hak dasar yang wajib dipenuhi orang tua yakni hak untuk hidup artinya untuk terus dilindungi, dirawat dan memenuhi segala kebutuhan.
Kemudian, anak punya hak tumbuh dan mengembangkan potensinya, hak bersekolah, kembangkan bakat, istirahat dan bermain.
Selanjutnya, hak anak untuk mendapatkan perlindungan dan hak partisipasi anak atau didengar pendapatnya.
Selain itu, hal yng dilarang terhadap hak anak yakni, memerintahkan anak bekerja dengan pemaksaan dan ancaman maupun tekanan.
"Selain itu, anak tidak ada waktu beristirahat sehingga tumbang tidak berjalan optimal," ujar Seto.
Ia menambahkan dampak kekerasan pada akan terus terjadi secara berkelanjutan apabila hal ini dibiarkan.
Oleh sebab itu, orang tua harus melakukan memperlakukan anak secara adil dan tidak diskriminasi terhadap anak baik itu anak kandung atau anak tiri. (WDY)
Tindakan Kekerasan Ganggu Tumbuh Kembang Anak
Selasa, 12 Januari 2016 7:00 WIB