Denpasar (Antara Bali) - Lalu lintas kawasan objek wisata Kuta, Bali, perlu perbaikan dan penataan, karena tingkat kekroditan di jalan raya semakin parah, terlebih pada liburan sekolah dan hari raya, seperti menjelang Natal serta tahun baru.
"Kawasan objek wisata Kuta mendapat tantangan ke depannya, karena dari tahun ke tahun akan terus menambah kekroditan lalu lintas. Karena itu pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor pariwisata harus semua bergerak untuk perbaikan kepariwisataan Bali, khususnya di Kuta," kata Nyoman Sarjana, seorang praktisi pariwisata, di Kuta, Bali, Jumat.
Menurut dia, permasalahan parkir kendaraan harus di tata, begitu juga wisatawan yang membawa mobil pribadi diwajibkan memarkir kendaraannya di sentral parkir, selanjutnya mereka naik menuju Pantai Kuta dengan kendaraan umum yang bertugas mengantar dan menjemput wisatawan.
Sarjana mengatakan bila tidak diperbaiki sarana dan prasarana objek wisata yang menjadi ikon pariwisata Pulau Dewata, maka wisatawan akan jenuh datang ke Kuta. Bahkan mereka tidak menutup kemungkinan mencari alternatif objek wisata yang lain.
"Karena di daerah lain, saat ini sedang berbenah untuk memperbaiki kawasan wilayahnya agar menjadi daerah kunjungan wisata," ucap mahasiswa Program Magister Komunikasi IHDN Denpasar itu.
Menurut dia, wisatawan yang datang ke Bali selama ini merasakan nyaman dan aman. Artinya nyaman dari fasilitas pariwisata termasuk juga kondisi lalu lintas supaya lancar. Begitu juga aman dari segi lingkungan serta bebas dari tindakan kriminal. Karena itu dua faktor tersebut harus menjadi skala prioritas dalam pengembangan pariwisata.
"Memang Bali terkenal dengan seni dan budaya sejak zaman dahulu. Tetapi kalau tidak dibarengi dengan kenyaman dan keamanan, wisatawan domestik dan mancanegara akan mencari objek wisata di luar Bali," ucapnya.
Selain itu, kata dia, pemerintah dan pemangku kepentingan agar memperhatikan kebersihan, sebab keberadaan sampah menjadi sorotan dalam dunia pariwisata.
"Perlu dicarikan solusi dalam mengatasi sampah di Bali. Kita bisa melihat contoh negara tetangga Singapura. Di negara tersebut bisa bersih karena semua pihak peduli dengan lingkungan. Padahal di Bali sendiri mempunyai konsep kehidupan tertuang dalam `Tri Hita Karana` (hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan)," kata Sarjana.
Namun dari konsep itu belum bisa semuanya diimplementasikan dalam kehidupan. Bila semua warga mengindahkan konsep tersebut, tentu Bali akan bersih dan hijau.
"Kalau setiap warga mengindahkan konsep tersebut, saya yakin bisa lebih hebat dari negara tetangga kok. Tinggal bagaimana hal itu bisa diwujudkan bersama, Tidak hanya pada tatanan wacana saja. Tetapi disini perlu tindakan nyata," katanya. (WDY)