Denpasar (Antara Bali) - Bali mengekspor perabot dan penerangan rumah tangga ke pasaran mancanegara mampu meraup devisa sebesar 4,01 juta dolar AS selama bulan September 2015, meningkat 19,05 persen dibanding bulan sebelumnya (Agustus 2015) yang tercatat 3,37 juta dolar AS.
"Namun jika dibandingkan dengan perolehan bulan yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan 6,07 persen, karena bulan September 2014 mampu menghasilkan 4,27 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, perabot dan penerangan rumah tangga itu mampu memberikan kontribusi sebesar 10,03 persen dari total ekspor daerah ini sebesar 40,03 juta dolar AS selama bulan September 2015, meningkat 5,23 persen dibanding bulan sebelumnya yang hanya 38,04 juta dolar AS.
Matadagangan berupa perabot dan alat penerangan rumah tangga yang dibuat dengan disain yang unik dan menarik paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yakni 15,85 persen, menyusul Australia 11,63 persen , Jepang 4,50 persen, Singapura 0,92 persen, Hong Kong 0,04 persen dan Belanda 3,71 persen.
Selain itu juga menembus pasaran Thailand 2,41 persen, Inggris 0,96 persen, Prancis 1,37 persen, Jerman 1,64 persen dan sisanya 56,97 persen diserap berbagai negara lainnya, ujar Panasunan Siregar.
Wayan Sumantra, seorang eksportir berbagai jenis furniture di Gianyar mengaku persaingan aneka jenis perabot rumah tangga cukup ketat ke pasaran potensial Amerika Serikat, namun berkat kreativitas perajin Bali membuat jenis antik menjadikan matadangan itu mampu menembus pasaran ke negara adikuasa.
Konsumen Amerika Serikat merupakan peminat fanatik seni kerajinan Bali, sehingga sebagian besar aneka barang perabotan rumah tangga yang dibuat antik itu mampu memasuki pasar negeri Paman Sam dan merupakan pembeli terbanyak selama ini.
Ia yakin perajin Bali yang dinilai kreatif dalam bidang memadukan seni tradisional dengan yang berkembang di negara konsumen, maka barang jenis antik produksi dari Pulau Dewata akan tetap laku ke pasar ekspor terutama ke AS.
Hal itu terbukti masih ada pesanan yang diterima pengusaha dan perajin Bali terhadap permintaan di tengah krisis keungan global, kondisi itu menunjukkan furniture asal Bali masih memiliki peminat fanatik di negeri Paman Sam tersebut.
Dengan bertambah banyak permintaan pasar akan furniture jenis antik seperti perabotan rumah tangga dirasakan semakin membaik dalam suasana ekonomi belum lancar benar karena ekonomi global belum kondusif, ujarnya. (WDY)