Badung, Bali (Antara Bali) - Kerajinan dulang ukir yang berbahan baku dari rotan khas Bali banyak diminati para konsumen dari Bali antara lain Provinsi Sumatera dan Sulawesi, sebagai sarana perlengkapan ritual umat Hindu dan hiasan meja dalam rumah.
"Konsumen dari luar Bali banyak yang membeli dulang ukir di tempat saya, karena memiliki ukiran dan motif yang unik," kata Putu Suartini, Pemilik usaha kerajinan dulang di UD Eka Dewi, di Pasar Beringkit Mengwi, Badung, Kamis.
Ia mengakui, permintaan dulang ukir berbahan baku dari rotan itu bisa mencapai 100 buah per bulan yang kebanyakan dibeli konsumen dari luar daerah secara grosir. Namun, pihaknya juga menjual dulang ukir itu secara eceran.
Untuk harga yang ditawarkan cukup bervariasi tergantung dari ukuran dan motif yang dimiliki dulang ukir itu. "Rata-rata harga dulang yang kami tawarkan di sini kisaran harga Rp200.000 hingga Rp1 juta," ujar wanita paruh baya itu.
Pemilik usaha dulang ukir yang sudah menjajakan barang dagangannya itu sejak Tahun 1980 hingga saat ini mendapatkan bantuan modal dari PT Asabri Cabang Denpasar, yang sudah menjadi anggota binaan badan usaha milik pemerintah itu.
Ia mengakui selain menjual dulang ukir, lanjut dia, juga menjual prosuk lokal Bali lainnya diantaranya bokor, dan alat-alat ritual. "Produk ini juga diminati konsumen dari luar Bali hingga 50 buah hingga 100 buah," ujarnya.
Selain, menjual ke luar daerah, permintaan dulang ukir berbahan dasar rotan itu juga banyak diminati hotel-hotel yang ada di Pulau Dewata. "Untuk permintaan dulang rotan ini biasanya berukuran kecil untuk menempatkan buah yang dihias," ujarnya
Pihaknya juga mengakui, terkadang banyak wisatawan asing yang mencari dulang rotan ini untuk hiasan rumah. "Di sini juga menjual `sok kasi` yang biasanya digunakan untuk sarana ritual," ujarnya.
Ia menegaskan, hasil kerajinan dulang ukir dari bahan rotan itu didapat dari pengerajin dari Desa Taro, Gianyar, Bali.(SRW)