Denpasar (Antara Bali) - Ketua Perkumpulan Pemilik Toko Plaza Amata GWK, Sinyo Hendra Dinata mengaku semangat membuka kembali pertokoan di kawasan wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK), Kabupaten Badung, Bali.
"Walau ada gejolak dengan PT Gain selaku pengelola GWK, saya tidak mau diam. Kami justru `jengah` untuk membangkitkan pertokoan yang 13 tahun terjadi kevakuman," katanya di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan dalam kawasan pertokoan tersebut sudah ada 15 unit toko siap dibuka dari jumlah mencapai 200 unit. Toko yang dibuka mulai dari perkantoran, usaha Spa dan lainnya.
Bahkan, kata Sinyo Hendra Dinata, terus bergerak dengan membuka sejumlah toko. Salah satunya dijadikan pusat klinik pengobatan penyakit jantung. Karena kini pemeriksaan deteksi dan pengobatan penyakit jantung dari dokter ahli jantung dunia hadir di pertokoan tersebut.
Sinyo Hendra Dinata menjelaskan pemeriksaan deteksi dan pengobatan penyakit jantung dari dokter ahli jantung dunia, yakni dari Begium sebagai salah satu Hard Center Jantung terbaik di dunia akan hadir diakhir Desember 2015.
"Akhir tahun ini Hard Center atau pusat untuk pemeriksaan deteksi dan pengobatan penyakit jantung dari dokter ahli jantung dunia. Kita ketahui, Begium sebagai salah satu Hard Center Jantung terbaik di dunia," ucapnya.
Sinyo Hendra Dinata mengaku pembukaan Hard Center jantung di dunia di areal kawasan GWK. Selain membuka Hard Center jantung di Bali, disekitarnya akan dibuka lagi 48 toko untuk pusat kuliner (food court).
"Disekitar Hard Center Jantung juga akan ada pameran barang antik dari negeri China. Koleksi barang antik tersebut sebagai wawasan mengenal kejayaan negeri Tiongkok sejak zaman dahulu hingga zaman sekarang," katanya.
Ia mengaku ditengah ekonomi yang lesu pihaknya harus tetap bergerak untuk membuka pertokoan Plaza Amata diareal GWK. Bahkan, diakhir bulan ini sekitar 15 toko akan dibuka dan saat ini sudah direnovasi.
Selain itu, juga akan dipamerkan barang antik Bali yang jumlahnya bisa ribuan sehingga pengunjung atau masyarakat bisa langsung melihat budaya Bali dan China di GWK.
Ia mengaku lebih banyak mengalah ditengah permasalahan yang dihadapinya dan tidak mau ribut agar pariwisata di Bali tetap jalan dengan baik. Belajar dari kasus yang dialaminya, ia berharap Pemerintah Provinsi Bali menyeleksi investor yang datang ke Bali.
"Kita hanya mau berdamai. Pemerintah harus selektif terhadap investor, jangan sekadar berinvestasi dan mereka wajib berkontribusi untuk Bali, jangan sampai dibodoh-bodohi oleh investor yang jahat. Ini kenyataan terjadi itu faktanya," ucap pemilik "Galery Sinyo" di kawasan Jalan Gatot Subroto Denpasar.
Seperti masalah GWK, dimana PT Alam Sutera nunggu Plaza Amata tergeletak dan menyerah. Namun pihaknya sampai mati pun siap dan tidak akan mundur menghadapi persoalan ini sampai selesai.
"Saya membela banyak orang tidak masalah bagi saya, jika investasi saya itu hilang, saya masih bisa hidup," katanya.
Sinyo Hendra Dinara menjelaskan selama 13 tahun pertokoan Plaza Amata tidak bisa beroperasi akibat masalah yang dihadapinya bersama ratusan pemilik toko lainnya.
Bahkan, untuk mengadukan ketidakadilan yang dialami bersama rekan-rekannya mereka sudah mengadu dan sempat bertemu Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta yang memfasilitasi masalahnya, namun hingga kini belum bisa diselesaikan.
"Sebetulnya tidak ada Edy Sukamto maka tidak ada masalah seperti sekarang. Karena masalah ini sangat simpel saja. Kami ingin investor PT Alam Sutera duduk bareng. ada apa Edy Sukamto dengan Alam Sutera selaku pemilik PT Gain ini tidak berani datang," katanya. (WDY)