Denpasar (Antara Bali) - Ketua Perhimpunan luka bakar dan penyembuhan luka (Ina-BWS) Indonesia, Dr dr I Nyoman Putu Riasa, SpBP-RE(K) mengatakan, rata-rata 68 persen kasus luka bakar pada tubuh dialami pria akibat faktor kesalahan teknis saat bekerja.
"Kasus luka bakar selama ini terjadi paling banyak dialami pria yang pekerja di sektor kelistrikan dan industri sehingga kami mengimbau agar seminimal mungkin mencegah kotak dengan penyebabnya seperti aliran listrik tegangan tinggi," ujar Nyoman Putu Riasa, di Denpasar, Rabu.
Pihaknya mencatat untuk kasus luka bakar di Bali sejak tahun 2012 sebanyak 194 kasus, tahun 2013 (188), tahun 2014 (211) sehingga total kasus yang terjadi di Bali mencapai 593 kasus paling tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia.
Putu Riasa menjelaskan faktor penyebab tingginya kasus luka bakar pada tubuh itu karena terkena api sebanyak 47 persen, sengatan listrik (22,9 persen) dan ledakan tabung gas (13 persen).
"Selain itu, penyebab lain luka bakar pada tubuh karena tersengat aliran listrik pada mesin mobil yang tidak terawat, bahan kimia, dan alat-alat elektronik yang ada di dalam rumah," ujarnya.
Sedangkan, untuk kasus kematian akibat luka bakar itu, lanjut dia, tertinggi pada tahun 2015 yang mencapai 1,18 persen. "Untuk tahun 2013 tidak ada kasus luka bakar di Bali dan tahun 2014 mencapai 0,57 persen," katanya.
Ia menambahkan untuk pertolongan pertama pada perawatan luka bakar pada tubuh dapat dilakukan dengan cara membersihkan luka pada air mengalir selama 10 menit, dan merujuk ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
Kemudian, apabila penyebab luka bakar karena aliran listrik agar segera mencabut tegangan yang menyambungkan aliran itu sehingga tidak menyengat ke orang lain yang hendak menolong.
"Untuk mencegah luka bakar akibat terkena air panas sebisa mungkin agar menggunakan ketel air (bukan panci) dan saat menaruh air hangat di dalam ember mandi agar diisi air dingin," ujarnya. (WDY)