Denpasar (Antara Bali) - Rektor Universitas Warmadewa Prof Dr I Made Sukarsa, SE, MS mengingatkan kepada mahasiswanya mengenai pentingnya memiliki bekal kewartawanan, baik ilmu jurnalistik, kemampuan menulis maupun pengalaman menjadi wartawan.
"Kalau memiliki minat besar dan sanggup, sekalian nantinya terus menjadi wartawan. Tetapi kalau tidak, bekal itu akan berguna dalam mengembangkan karier ke depan di bidang apapun," katanya saat membuka diskusi bertema "Sejuta Masalah Bangsa Satu Solusi" di kampus Universitas Warmadewa (Unwar) di Jalan Terompong, Denpasar, Sabtu.
Diskusi itu diselenggarakan Sentral Komunitas Mahasiswa Unwar bekerjasama dengan Dengurus Daerah FKPPI dan Generasi Muda FKPPI Bali, Perum LKBN Antara Biro Bali serta menghadirkan Letkol Sunarto selaku pencipta karya visioner buku video berjudul "Dokumen Nusantara Sejuta Masalah Bangsa Satu Solusi".
Diskusi itu membahas pentingnya visi dan misi bangsa Indonesia, yang sejalan dengan karya ciptaan Letkol Sunarto, yang adalah Kepala Bagian Pendidikan Rindam IX/Udayana di Tabanan.
Sebelum diskusi, sekaligus dibahas rencana kerja sama Unwar dengan Perum LKBN Antara terkait penyelenggaraan pendidikan jurnalistik bagi mahasiswa, publikasi dan hal lain yang menunjang pengembangan perguruan tingga di bawah naungan Yayasan Korpri Provinsi Bali itu.
Prof Sukarsa menceritakan pengalaman masa mudanya yang sempat belajar menjadi wartawan dipandu oleh Widminarko, yang kemudian dikenal sebagai salah seorang tokoh pengembangan pers di Bali.
"Apa yang saya dapatkan dari 'Pak Wid' saat itu, walaupun saya tidak lanjut menjadi wartawan, karena ternyata tidak gampang, berguna sampai sekarang. Bukan hanya dalam mendukung pembuatan karya tulis ilmiah, tetapi juga sisi kemampuan menganalisa dan menyimpulkan suatu masalah secara cepat," katanya.
Diskusi yang dipandu Drs I Made Suantina, MSi, salah seorang dosen ilmu pemerintahan Unwar itu, juga menghadirkan Ketua Pengurus Daerah XVI Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri Ida Bagus Somayasa, SE, SH serta Ketua Generasi Muda FKPPI Bali Tri Nugraha yang juga Kepala Kantor Pertanahan Kota Denpasar.
Dari diskusi tersebut, sekitar 85 persen peserta dari kalangan mahasiswa, akademisi, organisasi dan pers itu, langsung mendukung pentingnya dirumuskan visi dan misi bangsa agar tidak setiap berganti presiden ganti pula programnya dan yang telah dibangun sebelumnya menjadi mubazir.
Peserta yang tidak langsung setuju mengenai pentingnya ditetapkan visi dan misi bangsa, terutama karena mereka menganggap bahwa hal itu telah tercantum dalam butir-butir Pancasila dan UUD '45.
Menurut Sunarto, Pancasila dan UUD '45 lebih tepat sebagai landasan idiil dan dasar negara, sehingga tetap diperlukan visi dan misi bangsa, dengan harapan pemerintahan maupun pembangunan dapat terus berlanjut tanpa terpengaruh pergantian presiden.
Setelah mendapat penjelasan tersebut, peserta yang semula tidak setuju, kemudian "mengamininya". Alasannya, jika tidak ada penegasan yang jelas-jelas tercantum dalam visi dan misi bangsa, seperti selama ini, maka calon presiden maupun presiden berikutnya, akan menjalankan pemerintahan tanpa acuan yang pasti.
"Sudah berapa kali kita berganti presiden, visi dan misinya selalu berbeda-beda. Oleh karena itu perlu kita susun visi dan misi yang mengacu dari landasan idiil serta dasar negara itu," ujar Sunarto yang disambut tepuk tangan peserta.
Ia yang telah mendapat promosi dan segera pindah ke lingkungan TNI AD di Jakarta, bersama forum diskusi menyarankan penyusunan visi dan misi bangsa melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mengingat keberadaan MPR RI kini tidak lagi merepresentasikan semua komponen bangsa.(*)