Denpasar (Antara Bali) - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Denpasar terus melakukan pembinaan dan memotivasi pengrajin pengusaha kecil guna meningkatkan daya saing produk di pasar global.
Ketua Dekranasda Kota Denpasar Ny. Selly Dharmawijaya Mantra di Denpasar, Selasa mengatakan, pihaknya melakukan pembinaan ke industri kerajinan kali ini menyasar tiga lokasi pengrajin di Kecamatan Denpasar Selatan, yakni CV Raphael Collection di Jalan Tukad Yeh Aya, pengrajin Tiga Dupa dan Jepun Bali di kawasan Jalan Raya Sesetan.
"Pembinaan ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing dan kualitas produksi dari pengrajin-pengrajin kecil yang ada di Kota Denpasar. Dengan melakukan pemantauan ke tempat pengrajin diharapkan dapat mengetahui secara langsung perkembangan dari para pengusaha tersebut," katanya.
Disamping itu, kata Selly Mantra, untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi di lapangan selama ini oleh para pengrajin melalui pemantauan langsung ke pengrajin, pihaknya juga telah memberikan pelatihan kepada para pengrajin.
Dimana nantinya untuk mengenalkan produk-produk para pengrajin kecil ini akan dibawa ke dalam pameran-pameran lokal terlebih dahulu, seperti hasil produksi CV Raphael Collection yang berupa kerajinan perak dan batu mulia yang sekarang ini makin banyak diminati oleh konsumen lokal.
"Penghasil kerajinan perak dan bantu mulia di Kota Denpasar masih minim, oleh karena itu pengrajin perak dan batu mulia ini harus terus dibina dan dikembangakan, apa lagi produk mereka sangat bagus dan tidak kalah saing dengan produk-produk kenamaan yang telah ada," ucapnya.
Seorang pengrajin perak dan batu mulia Trisna Dewi mengatakan sangat senang dengan adanya pembinaan yang dilakukan pemkot melalui Dekranasda Kota Denpasar ini, karena dengan pembinaan ini pihaknya bisa terbantu untuk mempromosikan produk-produknya ke pasaran.
Terlebihi produk yang diproduksi pihaknya berbeda dengan produk lainnya dengan menggunakan metode yang lebih tradisional yang memanfaatkan formula unik dengan menggabungkan kristal, batu mulia dan logam halus seperti emas, perak dan tembaga, bersama-sama dengan simbol dan warna kuno dengan gaya dari chic organik untuk keanggunan modern.
Ia berharap agar terus bisa dibantu untuk pelatihan membuat desain yang lebih menarik sehingga mampu bersaing.
Sementara Gede Hendra Tirtana seorang pengrajin yang bergerak usaha dupa mengatakan, dupa yang diproduksinya masih sangat terbatas mengingat hanya memiliki satu mesin dengan kapasitas maksimal menghasilkan 30 kg dupa sehari.
Sedangkan permintaan sudah cukup tinggi, akan tetapi baru bisa dipasarkan dipengecer kecil saja dan belum bisa menembus pasaran. Untuk itu pihaknya mengharapkan untuk selalu dilibatkan dan ikut serta dalam promosi produk-produk dupa yang dihasilkan. (APP)
Dekranasda Denpasar Bina Perajin Hadapi Pasar Global
Selasa, 28 Juli 2015 15:20 WIB