Singaraja (Antara Bali) - Warga Catur Adat Dalem Tamblingan, Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, menggelar persembahyangan bersama di Pura Pemulungan Agung di desa setempat, Rabu.
"Persembahyangan ini digelar untuk memperingati hari raya Galungan, hari kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan)," kata Balian Gede Asmara, pemimpin upacara di Pura setempat.
Ia menjelaskan, selain sebagai peringatan hari raya Galungan yang dilaksanakan seluruh umat Hindu di Bali, persembahyangan juga bertepatan dengan rangkaian upacara pujawali (peringatan pendirian) Pura terbesar di daerah itu.
"Pujawali tahun ini berdekatan dengan hari raya Galungan, sehingga terkesan upacaranya bersamaan, hal ini sudah biasa terjadi seperti hari raya Galungan sebelumnya," katanya.
Ia menambahkan, umat Hindu yang ada di Catur Desa Dalem Tamblingan, melingkupi empat desa adat yakni Desa Gobleg, Desa Umejero, Desa Gesing dan Desa Munduk dapat memaknai hari raya Galungan dan Pujawali sebagai sarana perbaikan diri menuju kualitas rohani yang lebih baik.
"Segala perilaku yang diperbuat selama enam bulan kebelakang diingat kembali, seberapa banyak kita berbuat yang baik dan seberapa banyak kita berbuat yang buruk, yang baik dilanjutkan, yang buruk dibuang jauh-jauh dan jangan diulangi, sederhana namun penuh makna," ujarnya.
Ia menambahkan, ajaran Agama Hindu bersumber dari kitab suci Catur Veda dan Bhagawad Gita mengajarkan manusia untuk selalu berbuat dharma, berbuat baik kepada semua mahluk, bukan kepada manusia saja, tetapi hewan dan tumbuhan.
Dia mengatakan semua mahluk adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki jiwa (roh) yang bersumber sama, yakni bersumber dari Yang Maha Satu.
"Galungan bukan hanya melakukan upacara semata, lebih dari itu, Galungan harus dimaknai sebagai sarana meningkatkan bhakti dan kasih kita kepada semua ciptaan Tuhan," ujarnya.
Asmara melanjutkan, tiga kerangka Agama Hindu yakni "Tatwa" (Pengetahuan), "Susila" (Etika) dan "Upacara" juga harus dimaknai secara seimbang.
"Ketiga hal tersebut harus berjalan seimbang, upacara misalnya, harus diikuti dengan pemaknaan upacara dan etika dalam pelaksanaannya," ucapnya. (WDY)