Solo (Antara Bali) - Ilmuwan di Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Jawa Tengah, melakukan penelitian daun sirsak (Annona muricata L) untuk
dikembangkan sebagai obat kanker serviks dan nasopharing.
Prof Dr Okid Parama Astirin,MS selaku ketua penelitian pembuatan
obat tersebut di Surakarta, Rabu, mengatakan daun sirsak merupakan bahan
alam yang memiliki potensi sebagai agen antikanker.
Ia mengatakan penelitian ini dilakukan dari 2012 sampai 2015 dan
menunjukkan bahwa secara in vitro, melalui pemberian ekstrak, fraksi
hingga isolat daun sirsak menunjukkan hasil yang efektif dalam
menghambat pertumbuhan kanker, khususnya kanker serviks dan nasopharing.
Dikatakannya pada penelitian ini akan dikembangkan tidak lagi
menggunakan crude extract daun sirsak sebagaimana yang diaplikasikan
banyak penelitian sebelumnya, namun dilakukan isolasi sehingga akan
memperjelas komponen senyawa apa yang lebih dominan dan selektif
terutama dengan melihat aspek molekulernya.
Okid mengatakan selain itu, untuk memudahkan pemakaiannya di
masyarakat, akan dikembangkan juga teh herbal dengan bahan baku daun
sirsak sebagai food suplllement bagi penderita kanker, sehingga daun
sirsak akan lebih termanfaatkan sebagai agen preventif kanker serviks
dan nasopharing.
"Ya untuk masalah penelitian obat ini kami berharap 2017 sudah
bisa dilempar ke pasar sehingga bisa membantu pencegahan penyakit yang
menakutkan itu. Untuk sekarang hak patennya juga sudah dalam proses,"
katanya.
Ia mengatakan di Indonesia berdasarkan dari bulletin kesehatan,
setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks sekitar
8.000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian.
Dikatakan menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia merupakan
negara dengan jumlah penderita kanker serviks tertinggi di dunia.
Sementara itu kanker nasopharing di Indonesia merupakan tumor ganas
terbanyak di bidang telinga hidung dan tenggorokan (THT) dan merupakan
urutan ke lima terbanyak untuk tumor ganas di seluruh bagian tubuh
dengan angka kematian yang tinggi.
Kurang lebih lima dari 100.000 penduduk Indonesia adalah pengidap
KNF. Kanker ini ditemukan dua kali lebih banyak pada pria dibandingkan
wanita, kata Okid. Pembuatan bioproduk daun sirsak dilakukan mengingat sampai saat
ini penggunaan daun tersebut di masyarakat hanya terbatas dalam bentuk
rebusan (infusa).
Dengan gaya hidup masyarakat yang mempunyai
mobilitas tinggi membuat mereka enggan untuk mengkonsumsinya karena
dianggap tidak praktis serta bau rasanya kurang enak. Perlu dilakukan
suatu inovasi dalam pemanfaatan daun sirsak dalam bentuk bioproduk
sebagai agen terapi kanker. (WDY)
UNS Kembangkan Obat Kanker dari Daun Sirsak
Rabu, 17 Juni 2015 14:01 WIB