Denpasar (Antara Bali) - Busana Bali yang dibuat secara manual mendapat pangsa pasar cukup bagus di pasaran ekspor, terutama ke Amerika Serikat, namun akibat persaiangan yang begitu ketat, pesanan yang diterima berkurang pada awal 2015.
"Perdagangan pakaian memang berkurang, namun masih menjadi idola dari masyarakat Amerika, oleh sebab itu hingga sekarang konsumen negeri Paman Sam itu merupakan pembeli terbanyak," kata seorang pengusaha dan eksportir Ni Made Wardani di Denpasar Senin.
Konsumen AS masih tercatat sebagai pembeli busana Bali terbanyak, menyusul pemesan dari Perancis dan Australia di tempat ketiga, disamping pemesan yang datang dari Hong Kong, Italia dan Singapura, serta negara Eropa lainnya. Pengusaha pakaian jadi (Garmen) di Bali bertahan memelihara pangsa pasar mancanegara berkat mampu menciptakan rancangan busana yang unik dan menarik bagi konsumen, terutama ke Amerika Serikat dan kawasan Eropa lainnya.
Ni Made Wardani menambahkan, hampir 28,30 persen realisasi ekspor garmen Bali yang memasuki pasar Amerika Serikat selama April 2015 bernilai 4,8 juta dolar AS, menyusul Singapura 9,80 persen, Australia 8,80 persen serta konsumen Jepang membeli sekitar delapan persen. Produk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) buatan masyarakat Bali yang memasuki pasar ekspor masih mendominan jika dibandingkan matadagangan nonmigas lainnya, kecuali hasil sektor perikanan yang tertinggi yakni 10 juta dolar AS.
Ia mengatakan, pengusaha garmen di daerah ini selain masih gencar merambah pasar luar negeri dengan menerima pesanan dari rekan bisnisnya dari luar negeri dalam jumlah sangat terbatas, mulai melirik pasar dalam negeri (lokal). "Kami mulai melirik pasar dalam negeri dan bersyukur bisa bertahan hidup dengan jumlah pesanan sangat terbatas akibat dari dampak resesi ekonomi yang menimpa konsumen di Amerika Serikat dan Eropa yang masih dirasakan hingga kini," ujar Ni Made Wardani.
Ia mengaku bersyukur karena bisa bertahan saja dalam menjalankan roda usaha, mengingat kondisi pasar pakaian jadi buatan Bali merosot ke pasaran ekspor sejak dihapuskannya sistem kuota, sekitar tahun 2000-an.
Sementara itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali mencatat perolehan devisa dari usaha pakaian jadi Bali selama Januari-April 2015 hanya bernilai 35,8 juta dolar AS berkurang 24,35 persen jika dibandingkan periode yang sama 2014 mencapai 47,5 juta dolar. (WDY)